94
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pebahasan yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol memiliki perbandingan siswi yang sama yaitu kelas V sebanyak 7 siswi dan kelas VI
sebanyak 8 siswi . Karakteristik usia menarke pada kelompok kontrol sebagian besar responden mengalami menstruasi pertama kali pada usia 11 tahun sebanyak 9
responden 60, 2 responden 13.3 pada usia 10 tahun dan 4 responden 26.7 pada usia 12 tahun. Namun pada kelompok intervensi sebagian besar responden
mengalami menstruasi pertama kali pada usia 10 tahun sebanyak 9 responden 60, 5 responden 33.3 pada usia 11 tahun dan 1 responden 6.7 pada usia 12 tahun.
2. Rata-rata skor pengetahuan menstrual hygiene siswi SDI Al-Falah I Jakarta saat pre- test pada kelompok intervensi adalah 7,4 dengan skor terendah 6 dan skor tertinggi 9
Sedangkan pada kelompok kontrol adalah 7.33 dengan skor terendah 5 dan skor tertinggi 10
3. Rata-rata skor pengetahuan menstrual hygiene siswi SDI Al-Falah I Jakarta saat post- test pada kelompok intervensi adalah 11.87 dengan skor terendah 11 dan tertinggi 12.
Sedangkan pada kelompok kontrol adalah 8.67 dengan skor terendah 6 dan tertinggi 12. Artinya kedua kelompok sama-sama meningkat pengetahuannya namun pada
kelompok intervensi peningkatan pengetahuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol.
95
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi skor pengetahuan menstrual hygiene siswi SDI Al-Falah I Jakarta dengan nilai beda rata-rata post-test
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p = 0 0.005. Nilai yang lebih kecil dari alpha ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa booklet berpengaruh positif meningkatkan pengetahuan tentang menstrual hygiene siswi Sekolah Dasar.
5. Gambaran sikap menstrual hygiene siswi SDI Al-Falah I Jakarta saat pre-test pada kelompok intervensi adalah sebanyak 4 responden 26.7 memiliki sikap positif dan
11 reponden 73.3 memiliki sikap negatif. Adapun pada kelompok kontrol adalah sebanyak 11 responden 73.3 memiliki sikap positif dan 4 responden memiliki
sikap positif. 6. Gambaran sikap pada post-test adalah sebanyak 11 responden 73.3 memiliki sikap
positif dan 4 responden 26.7 memiliki sikap negatif. Adapun kelompok kontrol pada post-test gambaran sikap responden adalah sebanyak 3 responden 20
memiliki sikap positif dan 12 responden 80 memiliki sikap negatif. 7. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi skor sikap menstrual
hygiene siswi SDI Al-Falah I Jakarta dengan nilai beda rata-rata post-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p = 0.039 0.005. Nilai yang lebih kecil
dari alpha ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa booklet berpengaruh positif
meningkatkan sikap tentang menstrual hygiene siswi Sekolah Dasar.
96
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan keperawatan Insitusi pendidikan keperawatan diharapkan terus mengembangkan kurikulum
pendidikan mengenai metode promosi kesehatan khususnya promosi kesehatan reproduksi untuk anak usia Sekolah Dasar. Penggunaan metode promosi kesehatan
yang lebih dapat dipahami dan lebih menarik dapat lebih meningkatkan pengetahuan anak usia Sekolah Dasar.
2. Bagi sekolah SDI Al-Falah I Jakarta diharapkan mampu menjalin kerjasama lebih baik dengan
puskesmas terdekat untuk dapat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi secara berkala.. Selain itu, organisasi ekstrakurikuler seperti
PMR diharapkan aktif kembali agar semakin banyak informasi yang disampaikan ke para siswi mengenai kesehatan reproduksi melalui organisasi ini.
3. Bagi pelayanan kesehatan Bagi pelayanan kesehatan terdekat puskesmas diharapkan mampu mengadakan
promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan secara berkala dan berkelanjutan bagi remaja putri terutama pada siswi Sekolah Dasar mengenai kesehatan reproduksi
terutama menstrual hygiene. Puskesmas juga diharpaakan mampu bekerjasama dengan organisasi ekstrakurikuler di sekolah agar terlibat aktif dalam promosi
kesehatan untuk mengadakan seminar kesehatan atau penyuluhan kesehatan. 4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor keberhasilan pendidikan kesehatan seperti pemilihan waktu dan ruangan yang tepat untuk
melakukan pendidikan kesehatan. Diharapkan pula peneliti melibatkan pihak sekolah seperti guru untuk mengawasi pengisian kuesioner dan saat pendidikan kesehatan
97
berlangsung agar lebih kondusif. Selain itu, peneliti diharapkan mampu mengembangkan kuesioner pengetahuan dan sikap maupun praktik mengenai
menstrual hygiene sehingga isi kuesioner tidak memiliki konten yang terbatas mengenai menstrual hygiene tetapi juga mengenai perawatan organ genitalia dan
kesehatan reproduksi lain untuk siswi Sekolah Dasar.