91
C. Pengaruh booklet terhadap sikap menstrual hygiene responden
Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus Nursalam Efendi, 2008. Setelah seseorang mengetahui suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah
bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut Notoatmodjo, 2012. Azwar 2012 menyatakan bahwa sikap akan terbentuk setelah terjadi proses tahu terlebih dahulu.
Informasi yang disampaikan akan membawa pesan sugestif yang jika cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga terbentuk ke arah sikap tertentu.
Hasil penelitian ini menunjukkan data bahwa pada kelompok intervensi pendidikan kesehatan media booklet terdapat peningkatan yang signifikan pada jumlah responden
yang memiliki sikap positif terhadap menstrual hygiene p=0.039. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriani 2015 mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan media booklet terhadap pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara di Surakarta bahwa pendidikan kesehatan dengan media booklet dapat
membuat sikap menjadi positif. Hasil analisis data tersebut juga menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pengetahuan siswi, maka sikap siswi semakin menjadi positif.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bataha et al., 2014 mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah di
Manado bahwa dari 56 responden yang berpengetahuan baik, 54 responden diantaranya memiliki sikap yang positif.
Hal ini bertentangan dengan dengan kelompok kontrol yang tidak memiliki peningkatan yang signifikan pada jumlah responden yang memiliki sikap positif
terhadap menstrual hygiene p=1.0. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sahli et al 2014 di Lampung juga bertentangan dengan hasil penelitian dimana pada penelitian
Sahli, et al., 2014 menyatakan bahwa media booklet tidak efektif dalam meningkatkan
92
sikap siswa baik setelah intervensi p=0.313 maupun setelah 3 hari intervensi booklet dilakukan. Perubahan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
pendidikan dan faktor metode. Informasi yang pertama kali didapatkan dan tidak diberikan secara ulang memiliki kemungkinan untuk tidak adanya perubahan sikap dari
responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukan oleh Azwar 2006 bahwa tingkatan sikap yang dimiliki oleh remaja baru berada pada tingkataan menerima.
Metode yang diggunakan dalam penelitian Sahli et al 2014 berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode pertemuan berulang dimana dalam penelitian ini
dilakukan 3 kali pertemuan yang bertujuan untuk mengubah sikap siswi menjadi pada sikap menstrual hygiene yang positif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriastutik 2010 di Jepara juga mendapatkan hasil bahwa permainan tebak gambar lebih efektif
daripada booklet dalam meningkatkan sikap tentang karies gigi pada siswa SD. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zulkifli 2007 bahwa anak Sekolah Dasar
adalah anak yang berusia diantara 6-12 tahun. Pada masa ini anak memiliki sifat suka bermain karena didalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan
mengembangkan diri sehingga peran permainan sangat membantu mengatasi kejenuhan anak dalam menerima materi penyuluhan.
Pendidikan kesehatan sangat penting karena merupakan sebuah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materiteori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri Maulana, 2009. Tujuan diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet selain untuk memberikan informasi-informasi penting,
diharapkan informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pola pikir ke arah positif.
93
Pola pikir tersebut akan menumbuhkan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang Asiah et al., 2010 dan Novrianda et al., 2015
Hal ini sesuai dengan teori Rogers dalam buku Efendi 2009 bahwa penerimaan perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif akan membentuk
perilaku positif yang bertahan lama. Tetapi sebaliknya jika perilaku tidak didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
D. Keterbatasan penelitian
1. Waktu penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah pada pertemuan pertama adalah pada pukul 14.30 sampai pukul 15.00. hal ini bertepatan dengan waktu istirahat siswi.
Oleh karena pada saat dilakukan intervensi banyak siswi yang mengeluh karena waktu istirahat mereka terpakai sehingga waktu untuk makan siang terambil. Hal ini
berpengaruh pada respon siswi saat dilakukan intervensi pendidikan kesehatan. Beberapa siswi terlihat tidak tertarik untuk mendengarkan materi yang diberikan.
Beberapa siswi tidak kondusif sehingga mengganggu proses penyampaian informasi dari pemateri.
2. Tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan adalah di aula sekolah dengan jendela terbuka sehingga suara dari luar kelas dapat terdengar dari dalam. Saat intervensi
berlangsung, beberapa teman dari responden melakukan keributan baik dengan membuat suara gaduh. Hal ini mengganggu proses penyampaian materi.
3. Pada saat mengisi kuesioner beberapa responden mengatakan malu untuk mengisi kuesioner karena kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang dianggap responden
terlalu intim. Sehingga saat pengisian kuesioner memakan waktu yang lama, yaitu 20 menit.