Perangkat Analisis Organizing system of forest and land fire control organization in Indonesia

49 III. METODE PENELITIAN

3.1. Lingkup Penelitian

Pengendalian kebakaran hutanlahan di Indonesia melibatkan banyak organisasi, baik yang secara langsung menangani tindakan-tindakan pengendalian maupun yang secara tidak langsung menangani hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutanlahan. Hasil identifikasi terhadap organisasi- organisasi yang dimaksud mendapatkan sebanyak 40 organisasi dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten yang terlibat. Semua organisasi tersebut menjadi obyek pengamatan bagi analisis posisi dan peranan organisasi dan mekanisme hubungan antar organisasi, sedangkan untuk efektivitas organisasi hanya dilakukan terhadap organisasi-organisasi pemerintah yang menangani secara langsung pengendalian kebakaran hutanlahan. Organisasi-organisasi tersebut memiliki visi, misi, tugas dan fungsi yang berbeda-beda, namun selama ini terlibat dalam pengendalian kebakaran hutanlahan. Pengukuran efektivitas terhadap masing-masing organisasi tersebut didasarkan pada kriteria yang sama agar dapat dilakukan pembandingan efektivitas. Kriteria yang dimaksud yaitu kondisi yang mendukung efektivitas organisasi dalam menjalankan keseluruhan fungsi pengendalian kebakaran hutanlahan yang mencakup pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data di tingkat nasional dilaksanakan di Jakarta dan sekitarnya di mana kantor dari organisasi atau instansi-instansi tersebut berada Lampiran 2. Pengumpulan data pada organisasi atau instansi di tingkat provinsi dilakukan di dua lokasi yaitu Riau dan Kalimantan Barat dan untuk organisasi atau instansi tingkat kabupatenkota dipilih dua kabupatenkota di masing-masing provinsi tersebut yaitu Kota Dumai dan Kabupaten Inderagiri Hulu di Riau dan Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat. 50 Kedua provinsi tersebut dipilih karena termasuk dalam kategori Daerah Rawan Kebakaran I paling rawan kebakaran hutanlahan menurut klasifikasi dari Dit PKH. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh jumlah akumulasi titik panas hotspot selama 10 tahun terakhir di mana kedua provinsi tersebut termasuk di antara lima provinsi dengan jumlah titik panas tertinggi Lampiran 1 dan dianggap sebagai sumber dari polusi asap kebakaran hutanlahan di negara-negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Kedua provinsi tersebut telah mengembangkan pengelolaan pengendalian kebakaran hutanlahan, termasuk dalam hal pengorganisasian yang relatif lebih baik. Kabupaten Inderagiri Hulu dan Kota Dumai di Provinsi Riau dipilih karena keduanya merupakan daerah rawan kebakaran hutanlahan baik dari segi frekuensi kebakaran yang tinggi dengan indikasi tingginya jumlah titik panas maupun dari segi kondisi daerahnya yang memiliki obyek penting rawan kebakaran yaitu banyaknya kilang-kilang dan jaringan pipa minyak. Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kubu Raya juga merupakan daerah rawan kebakaran di Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang memiliki kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Palung, sedangkan Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang penting di mana terdapat Bandar Udara Supadio Pontianak yang operasinya dipengaruhi oleh kondisi udara yang berkaitan antara lain dengan kebakaran hutanlahan. Hal tersebut telah memberikan data dan informasi yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain terutama untuk analisis peranan organisasi dan hubungan antar organisasi. Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan mulai Juni 2009 sampai dengan Juni 2010. Kegiatannya mencakup tiga tahapan yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

3.3. Bahan dan Alat

3.3.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar daftar pertanyaan kuisioner atau angket penelitian yang terdiri atas tiga macam yaitu: 51 1. Angket penelitian untuk mengumpulkan pendapat pakar tentang posisi dan peranan organisasi, dan bobot komponen pengukuran efektivitas organisasi; 2. Angket penelitian untuk mengumpulkan data berupa pendapat dari responden praktisi organisasi tentang peranan dan mekanisme hubungan antar organisasi; 3. Angket penelitian mengumpulkan data berupa pendapat responden praktisi organisasi untuk pengukuran efektivitas organisasi. 3.3.2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat tulis, perekam suara recorder, kamera, dan seperangkat komputer.

3.4. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. a. Data sekunder adalah berupa dokumen tertulis, gambar, film, dan file komputer yang berisi profil organisasi, laporan-laporan, peraturan perundang-undangan, prosedur-prosedur, dan sebagainya. Data tentang profil organisasi meliputi nama organisasi, landasan pembentukan organisasi; visi dan misi; struktur organisasi; jumlah dan komposisi sumber daya manusia menurut tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, dan daftar absensi; dan jenis dan jumlah sarana dan prasana yang dimiliki. Di samping itu, data sekunder juga mencakup data tentang kondisi umum lokasi penelitian, jumlah akumulasi titik panas dan data cuaca selama 10 tahun terakhir di seluruh Indonesia, di Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Barat, serta di empat kabupatenkota yang menjadi lokasi pengamatan.