Pengertian dan Tren Kebakaran HutanLahan

17 US 8,7 milyar dan US 9,7 milyar dan mengambil angka rata-rata sebesar US 9,3 milyar BAPPENAS 1999. Di lingkungan global, catatan sejarah kebakaran di dunia menunjukkan bahwa kebakaran telah berdampak pada dua sisi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Di satu sisi, kebakaran berdampak positif terhadap ketersediaan pakan bagi satwa liar maupun hewan ternak serta untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, hewan dan manusia. Bowman 2003 dan Qadri 2001 menceritakan bahwa pada masa prasejarah, api atau kebakaran banyak digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya, antara lain dalam perburuan, perladangan dan pertanian. Di sisi lain, kebakaran telah merusak begitu banyak aset perekonomian masyarakat. Qadri 2001 menyebutkan beberapa contoh kerugian akibat kebakaran hutanlahan di masa lampau. Kebakaran di Brazil pada tahun 1963 menghanguskan 2 juta ha lahan, merusak lebih dari 5000 rumah dan 110 jiwa. Kemudian pada tahun 1987 Brazil’s Legal Amazon yang luasnya 500 juta ha terbakar seluas 20,5 juta ha di mana delapan juta di antaranya dianggap sebagai deforestasi dari hutan yang lebat. Pada tahun 1998 kebakaran menghanguskan 3,2 – 3,5 juta ha lahan, 200 ribu ha di antaranya merupakan hutan lebat. Australia juga mencatat kerugian dari kebakaran berupa korban jiwa manusia 76 orang, 300 ribu domba dan rusa mati dan lebih dari 2500 rumah terbakar pada tahun 1983. Kebakaran yang fenomenal di Amerika Serikat pada tahun 1988 yang menghanguskan hampir seluruh kawasan Taman Nasional Yellowstone, menyebabkan kerugian di sektor pariwisata antara tahun 1988 dan 1990 mencapai sekitar US 60 juta. Kebakaran hutanlahan di Italia dalam periode 1970-2005 setiap tahunnya menghanguskan sekitar 45.000 hektar hutan. Contoh-contoh lain menunjukkan dampak kebakaran hutanlahan di berbagai negara seperti RRC, Nicaragua, Afrika Barat, Rusia, Mexico dan Amerika Tengah dan Mongolia, di mana kebakaran berdampak pada usaha peternakan akibat terbunuhnya ratusan ribu hewan ternak seperti sapi, kambing, domba dan sebagainya. Kerugian lain dari kebakaran hutanlahan juga mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan baik secara langsung untuk operasi pemadaman kebakaran maupun yang secara tak langsung keluar atau hilang atau terganggu akibat kebakaran 18 tersebut. Asap dari kebakaran hutanlahan juga menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap perekonomian. Kebakaran hutanlahan pada tahun 1997- 1998 di wilayah Asia Tenggara, misalnya, telah menyebabkan polusi asap yang mengganggu tidak kurang dari 70 juta orang di wilayah tersebut dan menyebabkan kerugian bagi Indonesia sekitar US 9,3 milyar atau kurang lebih Rp 5,96 trilyun setara dengan sekitar 70,1 dari nilai PDB sektor Kehutanan tahun 1997 BAPPENAS 1999; Qadri 2001. Kerugian secara ekonomi akibat kebakaran tidak hanya berasal dari kerusakan atau hilangnya sumberdaya hutan, melainkan juga akibat keluarnya biaya-biaya untuk operasi pemadaman. BAPPENAS 1999 mencatat biaya pemadaman kebakaran tahun 1997-1998 mencapai US 12 juta atau Rp 144 milyar. Pemerintah Amerika Serikat AS membelanjakan tidak kurang dari US 1,6 milyar untuk mengatasi kebakaran hutanlahan pada tahun 2002 saja, sedangkan untuk pemadaman kebakaran hutan di Taman Nasional Yellowstone pada tahun 1988 AS membelanjakan sekitar US 160 juta Polzin et al. 1993, diacu dalam Qadri 2001. Butry et al. 2001 menggolongkan biaya dan kerusakan akibat kebakaran ke dalam tujuh kategori besar yaitu: biaya-biaya pra- pemadaman, biaya pemadaman, belanja penanganan bencana disaster relief expenditures , kerugian dari kayu, kerusakan barang-barang milik, kehilangan yang terkait dengan pariwisata, dan efek terhadap kesehatan manusia. Sebenarnya masih banyak komponen-komponen kerugian yang lain seperti misalnya hilangnya kesempatan memperoleh upah lost wages, menurunnya kualitas hidup, pembelanjaan bagi pemadaman jangka panjang, rehabilitasi lansekap, dan degradasi lingkungan. NIFC National Interagency Fire Center, lembaga pengelola kebakaran hutanlahan AS, dalam laporan tahun 2000 seperti dikutip Butry et al. 2001 menyatakan bahwa pada periode 1994-1999 pemerintah federal telah membelanjakan rata-rata US 500 juta per tahun untuk pemadaman kebakaran. Kerugian akibat kebakaran terhadap lingkungan hidup juga sangat besar. Para ahli kehutanan dan lingkungan sepakat bahwa hutan tropis memiliki kemampuan sangat tinggi dalam penyerapan karbon. Alikodra dan Syaukani 2004 secara tegas menyatakan bahwa seandainya hutan tropis musnah maka 19 pemanasan global akan makin menjadi-jadi. Hal ini terkait dengan kemampuan hutan menyerap CO 2 yang cukup tinggi yakni sekitar 3 – 5 milyar ton per tahun, sementara itu atmosfer bumi ketambahan CO 2 sebanyak tiga milyar ton Chomitz et al. 2007 sampai dengan enam milyar ton setiap tahunnya. Penambahan CO 2 Kebakaran juga mengancam kelestarian keanekaragaman hayati kehati. Sumarwoto 1994, diacu dalam Atmojo 2005 menyatakan bahwa hutan hujan tropis tropical rain forest memiliki kehati begitu besar. Kehati tersebut sangat penting untuk menjamin ketersediaan sumberdaya, khususnya pangan, bagi kehidupan umat manusia. Daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan daerah asal jenis pertanian tertentu yang disebut Pusat Vavilov. Pencagaran Pusat Vavilov sangat penting karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Kebakaran hutan dapat menyebabkan hancurnya pusat-pusat Vavilov sehingga secara tak langsung dapat mengancam kehidupan umat manusia. tersebut dapat berasal dari pembakaran biomasa di kawasan hutan dan lahan. Qadri 2001 mencatat bahwa pembakaran biomasa ditengarai sebagai sumber emisi global yang signifikan dengan kontribusi sedikitnya 10 dari total karbon dioksida dan 38 dari ozon troposfer. Emisi akibat pembakaran biomasa dapat mencapai 220 – 13.500 gigaton Tg karbon dioksida, 120 – 680 Tg karbon mono- oksida, 2 – 21 Tg nitro oksida, dan 11 – 53 Tg gas metana.

2.1.4. Pengendalian Kebakaran hutanlahan

Kebakaran liar memerlukan pencegahan dan pemadaman sedangkan kebakaran yang diinginkan justru dibuat atau dilakukan karena adanya kepentingan tertentu. Kebakaran yang diinginkan perlu pengendalian agar dapat terlaksana sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan kebakaran liar perlu pengendalian agar tidak terjadi, dan kalaupun terjadi terdapat pilihan-pilihan yaitu dipadamkan ataukah cukup diawasi dan dibiarkan padam dengan sendirinya. Pemahaman mengenai terkendalinya kebakaran hutanlahan dengan demikian menjadi sangat penting. Kebakaran hutanlahan merupakan suatu situasi darurat Gaylor 1974 dan termasuk salah satu dari jenis bencana menurut UU No. 24 tahun 2007, dan oleh