Hipotesis Organizing system of forest and land fire control organization in Indonesia
16 mencapai luasan lima juta hektar dan menimbulkan kerugian total sekitar US 9,1
juta, sedangkan perkiraan Barber dan Schweithelm 2000 luasan tersebut sekitar 3,2 – 3,6 juta hektar. Kebakaran hutanlahan tahun 1997-1998 yang juga terkenal
karena luasnya cakupan dampak asapnya dicatat dengan angka yang berbeda- beda. The Singapore Center for Remote Imaging, Sensing and Processing
CRISP berdasarkan citra satelit SPOT Sisteme Pour L’observation de la Terre mencatat luas kebakaran hutanlahan tahun 1997 sekitar 1,5 juta ha di Sumatera
dan tiga juta ha di Kalimantan, sedangkan kebakaran tahun 1998 tercatat 2,5 juta ha di Kalimantan Timur. Sementara WWF Indonesia menghitung antara 1,97 juta
dan 2,3 juta ha terbakar di Kalimantan antara Agustus – Desember 1997 Barber Schwithelm 2000. Proyek kerja sama Dep. Kehutanan dengan Uni Eropa di
Sumatera Selatan Forest Fire Prevention and Control ProjectFFPCP menghitung luas kebakaran tahun 1997 berdasarkan citra satelit seluas 2,3 juta ha
hanya untuk Sumatera Ramon Wall 1998. Mayell 2001 menyatakan bahwa hasil pengamatan dengan citra satelit dan
survei udara di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi pada tahun 1998 di provinsi tersebut menghanguskan sekitar lima juta hektar
konsesi hutan, perkebunan dan lahan konversi pertanian. Berdasarkan data tersebut, CIFOR Center for International Forestry Research memperkirakan
kerugian ekonomi bagi Indonesia mencapai US sembilan miliar. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan Qadri 2001. Qadri berdasarkan
pendugaan melalui distribusi spasial terhadap kawasan-kawasan yang terbakar pada tahun 1997-1998 memperkirakan jumlah kerugian secara keseluruhan hanya
US enam milyar. Kerugian dihitung dari luasan yang terbakar yaitu enam juta hektar di Kalimantan, lebih dari 1,5 hektar di Sumatera, sekitar satu juta hektar di
Irian Jaya, 400 ribu hektar di Sulawesi dan 100 ribu hektar di Jawa, serta dari luasan tersebut 4,65 juta ha di antaranya adalah kawasan hutan.
BAPPENAS 1999 yang menghimpun data dari berbagai sumber melalui proyek Perencanaan Pencegahan Kebakaran dan Pengelolaan Kekeringan di
BAPPENAS yang didanai oleh bantuan teknis dari Asian Development Bank ADB pada tahun 1999 membukukan nilai-nilai kerugian yang berkisar antara
17 US 8,7 milyar dan US 9,7 milyar dan mengambil angka rata-rata sebesar US
9,3 milyar BAPPENAS 1999. Di lingkungan global, catatan sejarah kebakaran di dunia menunjukkan
bahwa kebakaran telah berdampak pada dua sisi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Di satu sisi, kebakaran berdampak positif terhadap
ketersediaan pakan bagi satwa liar maupun hewan ternak serta untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, hewan dan manusia. Bowman 2003 dan Qadri
2001 menceritakan bahwa pada masa prasejarah, api atau kebakaran banyak digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari terkait dengan pemenuhan
kebutuhan hidupnya, antara lain dalam perburuan, perladangan dan pertanian. Di sisi lain, kebakaran telah merusak begitu banyak aset perekonomian
masyarakat. Qadri 2001 menyebutkan beberapa contoh kerugian akibat kebakaran hutanlahan di masa lampau. Kebakaran di Brazil pada tahun 1963
menghanguskan 2 juta ha lahan, merusak lebih dari 5000 rumah dan 110 jiwa. Kemudian pada tahun 1987 Brazil’s Legal Amazon yang luasnya 500 juta ha
terbakar seluas 20,5 juta ha di mana delapan juta di antaranya dianggap sebagai deforestasi dari hutan yang lebat. Pada tahun 1998 kebakaran menghanguskan 3,2
– 3,5 juta ha lahan, 200 ribu ha di antaranya merupakan hutan lebat. Australia juga mencatat kerugian dari kebakaran berupa korban jiwa manusia 76 orang, 300
ribu domba dan rusa mati dan lebih dari 2500 rumah terbakar pada tahun 1983. Kebakaran yang fenomenal di Amerika Serikat pada tahun 1988 yang
menghanguskan hampir seluruh kawasan Taman Nasional Yellowstone, menyebabkan kerugian di sektor pariwisata antara tahun 1988 dan 1990 mencapai
sekitar US 60 juta. Kebakaran hutanlahan di Italia dalam periode 1970-2005 setiap tahunnya menghanguskan sekitar 45.000 hektar hutan. Contoh-contoh lain
menunjukkan dampak kebakaran hutanlahan di berbagai negara seperti RRC, Nicaragua, Afrika Barat, Rusia, Mexico dan Amerika Tengah dan Mongolia, di
mana kebakaran berdampak pada usaha peternakan akibat terbunuhnya ratusan ribu hewan ternak seperti sapi, kambing, domba dan sebagainya.
Kerugian lain dari kebakaran hutanlahan juga mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan baik secara langsung untuk operasi pemadaman kebakaran maupun
yang secara tak langsung keluar atau hilang atau terganggu akibat kebakaran