DATA RESUME PARTISIPAN 1
1. IDENTITAS
Nama : Aulia
Usia : 49 Tahun
Tanggal pemeriksaan : September sd Januari 2012
Tempat pemeriksaan : Home visite
2. KELUHAN
Aulia mengeluhkan dirinya selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali membayangkan vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi
memulihkan kondisi kesehatannya. Ia merasa bahwa kanker payudaranya tidak akan mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan pengobatan, sehingga hanya akan
memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak sempurna, yakni wanita sekarat yang hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut diperparah ketika ia diperlakukan
istimewa oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, yang membuatnya merasa sedih, marah, dan kecewa pada diri sendiri. Ia tidak ingin dianggap lemah dan dianggap tidak
berdaya dengan kondisi kesehatannya.
3. HASIL ASESMEN a. Kesimpulan Observasi
Aulia tampil dengan sikap yang terkesan kaku, cenderung tertutup, dan hanya akan bercerita kepada orang-orang yang ia anggap dekat atau kepada orang-orang yang ia
percaya. Ia terlihat berusaha keras menyembunyikan permasalahan yang tengah ia hadapi walaupun ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya tidak cukup berhasil menyembunyikan
kondisinya tersebut. Ia tidak cukup tenang, terlihat gelisah, murung, takut, sedih, dan kecewa ketika bercerita mengenai hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Saat
pelaksanaan tes berlangsung, Aulia cukup kooperatif, dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya.
b. Kesimpulan Wawancara 1 Data Autoanamnesa
Aulia berasal dari keluarga besar yang harmonis dengan delapan orang bersaudara yang hidup dengan kesederhanaan, dan dibesarkan dengan pola asuh orang tua yang
Universitas Sumatera Utara
disiplin dan tegas. Ia memiliki ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarga, dengan menafkahi dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan
pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuat Aulia tumbuh menjadi pribadi yang
bertanggung jawab, pekerja keras, dan disiplin, yang kemudian menuntunnya untuk berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan. Akan tetapi keberhasilannya tersebut, tidak
dibarengi dengan keberhasilannya dalam menjalin hubungan kekasih. Beberapa kali dekat dan berpacaran dengan teman laki-lakinya, selalu berujung perpisahan sampai akhirnya ia
bertemu Sofyan yang kemudian dinikahinya. Bersama Sofyan, Aulia merasa diterima apa adanya, membuatnya merasa nyaman, dan tidak terhakimi oleh sikapnya yang terkadang
mengabaikan pasangan ketika bekerja. Semuanya berjalan lancar, meski usia pernikahan mereka yang telah memasuki usia sebelas tahun belum juga dikaruniai keturunan.
Keduanya tetap bersabar, saling mendukung dan tetap berusaha untuk memperoleh keturunan. Aulia tetap bahagia menjalankan perannya sebagai istri dan wanita yang
berhasil dalam karirnya. Hingga pada tahun 2003, Aulia diberitahu oleh temannya bahwa ada yang tidak
beres dengan bentuk payudaranya yang di sebelah kiri yang ketika diraba oleh Aulia ada benjolan sebesar kacang merah pada payudaranya ketika mereka berada di ruang ganti
selesai melakukan olah raga. Merasa tidak memiliki keluhan, Aulia tetap memeriksakan dirinya ke dokter dan mengambil hasil biopsi keesokan harinya. Berdasarkan hasil biopsi
yang diperoleh, Aulia divonis mengidap kanker payudara di sebelah kiri, sehingga dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi pengangkatan payudara agar sel kanker
tidak menyebar. Akan tetapi Aulia tidak ingin melakukan pembedahan yang akan membuatnya tidak sempurna sebagai perempuan yang hanya memiliki satu payudara. Ia
lebih memilih untuk menjalani berbagai macam pengobatan alternatif guna memulihkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi tiga tahun berlalu, benjolan pada payudaranya semakin
membesar hingga pecah dan mengeluarkan nanah. Aulia pada dasarnya tetap ingin mempertahankan payudaranya dan yakin bahwa ia tetap dapat pulih tanpa melakukan
pembedahan, namun atas desakan Sofyan pada akhirnya Aulia memutuskan untuk menjalani pembedahan.
Tidak hanya menjalani pembedahan, Aulia juga masih harus melakukan serangkaian tindakan radiasi dan kemoterapi sebanyak 8 kali di luar negeri, namun Aulia
merasa tidak sanggup melanjutkan kemoterapi setelah kemoterapi yang ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Aulia memilih untuk melakukan pengobatan medis dengan herbal di dalam negeri, setelah mendapat persetujuan dari dokter sebelumnya. Tindakan medis yang
dijalani Aulia, membuatnya memiliki banyak memiliki keterbatasan dan juga ditambah dengan rasa kaku dan bengkak pada tangan kirinya yang sulit untuk digerakkan. Selain itu,
tindakan medis dengan mengangkat sebelah payudaranya membuat Aulia merasa tidak menarik secara fisik, yang kemudian membuatnya tidak percaya diri untuk bertemu
banyak orang, bahkan jika harus bertemu dan berhadapan dengan orang-orang di rumahnya, termasuk Sofyan. Aulia merasa rendah diri, malu, dan kehilangan gairah di
hadapan Sofyan sehingga akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Sofyan memahami kondisi Aulia dan terus mendukungnya, namun Aulia
merasa kecewa dengan hidupnya yang tidak sempurna sebagai perempuan, karena penyakit yang ia derita tidak hanya membuat perannya terbatas, namun juga aktivitasnya
dan tidak memungkinkannya untuk memiliki keturunan. Menyadari kondisinya tersebut, ia dan Sofyan akhirnya memutuskan untuk mengasuh seorang anak di tahun 2007. Kehadiran
anak tersebut, membuat Aulia merasa hidupnya berarti dan harus diperjuangkan. Ia kemudian beranjak pulih dari penyakitnya, dan kembali bekerja. Aulia merasa
kebahagiaannya kembali dengan perannya sebagai istri, ibu, dan wanita yang mandiri. Akan tetapi di akhir tahun 2011, Aulia merasakan ada yang tidak beres dengan lengan
kirinya selesai berolahraga. Ia mulai curiga bahwa sel kankernya kembali tumbuh, sehingga di hari yang sama ia kembali memeriksakan payudaranya ke dokter. Hasil
pemeriksaan dan biopsi dokter menyatakan bahwa kankernya telah tumbuh di ketiakaksila sebelah kiri, sehingga dokter menyarankannya untuk melakukan kemoterapi
sebanyak 12 kali. Aulia merasa sangat ketakutan dengan vonis dokter mengenai kondisi kesehatannya, yang mengharuskannya kembali menjalani kemoterapi.
Selama 11 kali menjalani kemoterapi, Aulia memutuskan untuk tidak menyelesaikan kemoterapinya dan menyisakan satu kali lagi kemoterapi. Bayangan akan
vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya membuatnya merasa takut, cemas dan gelisah. Ia merasa bahwa
kanker payudaranya tidak akan mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan pengobatan, sehingga hanya akan memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak
sempurna, yakni wanita sekarat yang hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut diperparah ketika ia merasa diperlakukan istimewa oleh orang-orang yang ada di
sekitarnya, yang membuatnya merasa sedih, marah dan kecewa pada diri sendiri. Ia
Universitas Sumatera Utara
merasa tidak nyaman dengan bantuan orang lain, ia tidak ingin dianggap lemah dan dianggap tidak berdaya dengan kondisi kesehatannya, yang ia rasa semakin hari semakin
memburuk.
2 Data Alloanamnesa
Diperoleh dari : Sheira 47 tahun, perempuan
Hubungan dengan Aulia : Sahabat dan rekan kerja Sheira merupakan sahabat sekaligus rekan kerja Aulia di kantor, yang merupakan
salah satu orang terdekat yang dipercaya Aulia untuk berbagi cerita dan keluh kesahnya. Menurut Sheira, semenjak didiagnosa kanker payudara oleh dokter, dan disarankan untuk
mengikuti serangkaian tindakan medis ada banyak hal yang berubah dari Aulia. Ia menjadi pemurung, penyendiri, tidak bersemangat dan tidak lagi aktif dalam banyak kegiatan dan
pertemuan, terutama untuk kegiatan informal yang menjadi kegiatan favoritnya sebelum sakit. Selain itu, Aulia juga selalu menghindari pembicaraan yang mengarah pada kondisi
kesehatannya. Perubahan tersebut semakin bertambah ketika dokter mendiagnosa kankernya kembali tumbuh dan disarankan untuk kembali menjalani beberapa tindakan
medis, diantaranya kemoterapi. Aulia pernah mengatakan bahwa ia kecewa dan putus asa dengan pengobatan yang tidak berhasil membuat kondisi kesehatannya membaik. Ia takut
ke depan kondisi kesehatannya semakin memburuk, dengan diagnosa baru dan kembali menjalani pengobatan medis. Ia sudah sangat kecewa dan putus asa dengan vonis dan
tindakan medis saat ini yang telah membatasi peran dan aktivitasnya, sehingga tidak dapat membayangkan kondisi yang lebih parah dari saat sekarang yang membuatnya dibayangi
rasa takut hari demi hari. Semenjak itu, ia semakin jarang aktif dalam berbagai kegiatan informal favoritnya, dan menghindari pertanyaan serta pembicaraan seputar kesehatannya.
Ia juga semakin sangat sensitif dalam keseharian, mudah tersinggung dengan perlakuan yang diberikan oleh rekan-rekan kerja di kantor. Perlakuan biasa dianggap Aulia sebagai
perlakuan istimewa yang merendahkannya sebagai karyawan dengan status kesehatannya. Diperoleh dari
: Nina 29 tahun, perempuan Hubungan dengan Aulia
: Pekerja yang dianggap teman Nina merupakan pekerja rumah tangga yang telah bekerja dengan Aulia saat Aulia
divonis kanker payudara yang pertama. Menurut Nina, kondisi Sofyan yang dari awal lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota untuk bekerja, membuat Aulia juga lebih
banyak mengisi harinya untuk bekerja di kantor meski Aulia sudah di vonis kanker payudara oleh dokter. Akan tetapi semenjak divonis kankernya tumbuh kembali dan
Universitas Sumatera Utara
menjalani pengobatan medis yang terakhir, Aulia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Aulia sering mengalami suasana hati yang tidak menyenangkan karena dibayangi
ketakutan-ketakutan akan vonis dan pengobatan medis selanjutnya jika kondisi kesehatannya semakin memburuk. Hal tersebut membuat Aulia menjadi murung, tidak
bersemangat dalam keseharian, dan menghindari tamu yang datang ke rumah baik itu keluarga maupun teman kerja, Aulia juga terkadang keberatan dan merasa tidak nyaman
dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dikerjakan sehingga memilih untuk mengerjakannya sendiri, meski setelah itu ia butuh istirahat lebih lama untuk memulihkan
kondisi fisiknya yang lelah.
c. Kesimpulan Tes 1 Tes Inteligensi
Berdasarkan hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Aulia memiliki kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas Full Scale IQ=114 menurut
skala Wechsler. Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Aulia dalam perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara mudah dan fleksibel, dan memiliki long term memory yang cukup baik. Untuk kemampuan performance, kemampuan yang
paling menonjol adalah kemampuan dalam hal identifikasi dan perhatian visual, kesadaran terhadap detail dalam lingkungan, dan kemampuan untuk membedakan objek. Meskipun
demikian, daya ingat jangka pendeknya cenderung kurang baik, ia kurang dapat berkonsentrasi dan mempertahankan perhatian, terkadang mudah terdistraksi atau
mengalami gangguan rentang perhatian, dan visual motorik yang kurang baik. Hal ini membuatnya sulit berkonsentrasi dan beradaptasi terhadap hal-hal baru, sehingga
membuatnya rentan mengalami kecemasan.
2 Tes Kepribadian
Berdasarkan hasil tes kepribadian, dapat dikatakan bahwa Aulia memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Ia cemas, lelah dan bosan dalam menghadapi tuntutan dalam
hidupnya TAT. Tuntutan tersebut berkaitan dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya
TAT, HLOC. Ia kurang mampu, butuh waktu dan kenyamanan, serta perhatian, kepedulian dan dukungan untuk membantunya terlepas dari permasalahan yang ada HT,
TAT. Dalam berinteraksi, Aulia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi dengan orang-orang yang lebih muda dibandingkan dengan orang-orang yang lebih tua
Universitas Sumatera Utara
dan seumuran dengannya. Dengan orang-orang yang lebih muda, Aulia lebih dapat bersikap peduli dan menyayangi, dibandingkan dengan orang-orang yang seumuran dan
lebih tua darinya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya yang ingin diperhatikan, dipahami dan dipedulikan TAT.
4. GAMBARAN PSIKOLOGIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rima dapat dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa isi self Aulia adalah disiplin, tanggung jawab dan memiliki keinginantekad yang kuat. Isi self tersebut berkembang dari riwayat keluarganya yakni Aulia yang berasal dari
keluarga besar yang harmonis dengan pola asuh orang tua yang disiplin dan tegas. Dia menyenangi ayah yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, dengan menafkahi
dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia
dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuatnya mengembangkan ideal self berupa menjadi wanita yang berhasil dalam pekerjaan, menjadi istri yang melayani suami dengan
baik dan sebagai ibu dengan memiliki anak dan mendampingi mereka tumbuh dewasa. Dalam perjalanan hidup selanjutnya, Aulia memilih dan memutuskan menikah
dengan Sofyan yang ia anggap dapat dijadikan pasangan hidup yang mampu memahami dan menerimanya dengan segala kondisi yang ada padanya. Bersama Sofyan, membuat
Aulia merasa bahwa ideal selfnya akan terpenuhi. Akan tetapi beberapa tahun berselang, kehidupannya berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus menjalani
beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatannya. Mulai saat itu, Aulia merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya. Kondisi ini tidak sesuai
dengan ideal self yang ada padanya. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan anxiety, yang didasari oleh hambatannya untuk melakukan organismic valuing process ketika ia
berperan sebagai wanita, istri dan ibu dalam kondisi sakit. Ia menyadari kondisi tersebut, namun ia terhambat dalam mengevaluasi keadaan berkaitan dengan kondisi kesehatannya
sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi kesehatan yang kemungkinan semakin memburuk, membuatnya tidak mampu menjalankan peran yang sesuai dengan
ideal selfnya. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan perkembangan positive regard ke positive self regard yang dimilikinya, dimana ia
memiliki tuntutan yang tinggi pada diri sendiri. Hal ini dikembangkan dari pengalaman
Universitas Sumatera Utara
yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, ia mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil mencapai posisi terbaik yang ia inginkan dalam pekerjaan dan ketika ia berhasil
mempertahankan posisinya tersebut. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Aulia tidak dapat menerimamenolak
keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan. Ia
mengembangkan defensive berupa distortion, dengan membiarkan pengalaman muncul ke kesadaran tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan self. Kondisi ini membuatnya menjadi
semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Ia merasa dikasihani karena
penyakitnya, dan hal tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.
5. DIAGNOSA