Konsep Utama dari Well-Being Therapy

c. Final sessions Mendiskusikan hal-hal yang diperoleh individu selama menjalani terapi berhubungan dengan psychological well-being yang ia miliki. Dimensi psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff diperkenalkan pada individu secara progresif, selama material yang dicatat mengarah kepada hal tersebut. Misalnya, terapis dapat menjelaskan bahwa autonomy terdiri dari adanya locus of control internal, kemandirian dan self-determination, atau bahwa personal growth terdiri dari keterbukaan terhadap pengalaman baru dan menganggap self berkembang sepanjang waktu, jika pasien tersebut menunjukkan gangguan pada area spesifik ini. Gangguan dalam berpikir dan interpretasi alternatif kemudian didiskusikan.

3. Konsep Utama dari Well-Being Therapy

Ryff dalam Fava, 2003, mengemukakan konsep cognitive restructuring pada well-being therapy. Tujuan dari terapi yang dilakukan adalah untuk membimbing individu dari level impaired menuju level yang lebih optimal dalam enam dimensi dari psychological well-being untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. a. Penerimaan diri self acceptance Individu mungkin mempertahankan suatu standar tinggi dan harapan yang tidak realistis yang dipengaruhi oleh sikap perfeksionis yang merefleksikan kurangnya penerimaan diri dan atau memaksakan standar eksternal dan bukannya standar personal yang merefleksikan kurangnya otonomi. Hasilnya, setiap keadaan well- being kemudian dinetralisasikan oleh ketidakpuasan kronis akan diri sendiri. Individu mungkin menetapkan suatu standar yang tidak realistis pada performance dirinya. Universitas Sumatera Utara b. Hubungan positif dengan orang lain positive relations with others Hubungan interpersonal bisa dipengaruhi oleh sikap yang dipegang terlalu kuat yang tidak didasari oleh individu dan bisa bersifat disfungsional. Misalnya, seorang perempuan muda yang baru menikah mungkin menetapkan suatu standar yang tidak realistis akan hubungan pernikahannya dan kemudian seringkali mengalami kekecewaan. Pada saat yang bersamaan dia mungkin menghindari membuat perencanaan sosial yang melibatkan orang lain dan kekurangan sumber daya pembanding. Kerusakan impairment pada penerimaan diri dengan hasil berupa kepercayaan akan penolakan dan ketidaklayakan untuk dicintai juga dapat menjadi masalah hubungan dengan orang lain. c. Otonomi autonomy Observasi klinis seringkali menunjukkan bahwa individu dapat menunjukkan suatu pola dimana kurangnya penghargaan diri akan menghasilkan tingkah laku yang tidak asertif. Individu mungkin menyembunyikan pendapat atau pilihannya, mengikuti situasi yang bukan menjadi ketertarikan utamanya atau secara konsisten menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri. Pola ini terkait dengan penguasaan lingkungan dan tujuan hidup yang pada akhirnya akan berpengaruh pada otonomi, karena dimensi-dimensi ini memiliki tingkat keterkaitan yang sangat tinggi pada populasi klinis. Sikap tersebut mungkin tidak terlalu jelas pada individu yang menyembunyikan kebutuhan mereka demi untuk mendapatkan persetujuan dari lingkungan sosial. Individu yang mencoba menyenangkan setiap orang cenderung gagal dalam mencapai tujuan ini dan konflik yang muncul akan menimbulkan ketidakpuasan dan frustasi. Universitas Sumatera Utara d. Penguasaan lingkungan environmental mastery Biasanya ini terbentuk dari adanya pemikiran bahwa individu tidak pernah mendapatkan atau meraih sesuatu yang sifatnya positif dalam keseharian dan kehidupannya secara umum. Ini adalah salah satu bentuk permasalahan yang sering terjadi, dan dapat dinilai dari keluhan individu. Misalnya anggapan bahwa dirinya hanya beruntung dan tidak peduli pada seberapa besar harapan untuk meraihnya menjadikan ia menganggap dirinya adalah seorang yang gagal. e. Tujuan hidup purpose in life Pada kasus terapi yang menekankan pada self-help, misalnya pada cognitive behavioral, terapi itu sendiri memiliki nuansa arah direction dan karenanya memiliki tujuan yang bersifat jangka pendek short-term goal. Walau demikian, ini tidak bergantung saat gejala akut menurun danatau fungsi sebelumnya telah mendekati optimal suboptimal. Individu mungkin mengalami kurangnya sense akan arah dan akan meniadakan fungsi mereka dalam hidup. Ini muncul jika environmental mastery dan personal growth mengalami kerusakan atau bermasalah. f. Pertumbuhan pribadi personal growth Individu biasanya cenderung menekankan jauhnya jarak antara situasi mereka saat ini dengan tujuan yang mereka harapkan, bukan pada penekanan terhadap kemajuan yang telah mereka buat ke arah pencapaian tujuan tersebut. Permasalahannya terletak pada ketidakmampuan untuk mengenali persamaan antara kejadian dan situasi yang pernah ditangani dengan baik di masa lalu dengan di masa depan transfer of experience. Gangguan pada persepsi akan personal growth dan environment mastery kemudian akan berinteraksi dengan cara yang disfungsional. Misalnya seorang mahasiswa yang tidak mampu melihat kesamaan ini dan metodologi antara ujian yang telah berhasil ia Universitas Sumatera Utara lalui dengan yang akan dihadapi berikutnya menunjukkan gangguan pada penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi. Table 2.2 Modifikasi enam dimensi dari psychological well-being menurut Ryff Dimensi Impaired Level Optimal Level Self-acceptance Subjek merasa tidak puas dengan dirinya; merasa kecewa dengan apa yang terjadi di masa lalu; terganggu dengan kualitas pribadi tertentu; berharap dirinya berbeda dari apa yang ada. Subjek memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri; menerima kualitas baik dan buruk dalam dirinya; merasa positif dengan kehidupan masa lalu. Positive relations with others Subjek memiliki hanya sedikit hubungan yang dekat dan dapat dipercaya dengan orang lain; kesulitan dalam membuka diri dan terisolasi, serta mengalami frustasi dalam hubungan interpersonal, tidak mau melakukan kompromi demi mempertahankan hubungan dengan orang lain. Subjek memiliki hubungan yang hangat dan dapat dipercaya dengan orang lain; peduli akan kesejahteraan orang lain; mampu merasakan empati serta keintiman yang kuat; paham akan memberi dan menerima dalam hubungan sesama manusia. Autonomy Subjek terlalu peduli akan harapan dan evaluasi dari orang lain; tergantung pada penilaian orang lain dalam mengambil keputusan yang penting; menyesuaikan diri dengan tekanan social dalam berpikir dan bertingkah laku. Subjek dapat menentukan sesuatu sendiri dan mandiri; dapat bertahan terhadap tekanan social; mengatur tingkah laku dari dalam dirinya; mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Enviromental mastery Subjek mengalami atau merasakan kesulitan dalam mengatur masalah sehari- hari; merasa tidak mampu mengubah atau mengembangkan konteks sekitarnya; tidak sadar akan peluang yang ada di sekitarnya; kurang sadar akan kendali atas dunia luar. Subjek memiliki kesadaran akan penguasaan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan; mengendalikan aktivitas eksternal; dapat menggunakan secara efektif peluang yang ada di sekitarnya; dapat membuat atau memilih konteks sesuai dengan kebutuhan- Universitas Sumatera Utara kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Purpose in life Subjek kurang menyadari makna dari hidup; memiliki hanya sedikit tujuan, kurang sadar akan arah, tidak dapat melihat tujuan dari kehidupan di masa lalu; tidak memiliki keyakinan yang dapat memberi makna dalam hidup. Subjek memiliki tujuan dan arah dalam hidup; merasakan adanya makna dari kehidupan di masa kini dan masa lalu; memiliki keyakinan yang dapat memberikan tujuan hidup; memiliki tujuan untuk kehidupan. Personal growth Subjek mengalami kebuntuan pribadi; kurang kesadaran akan pengembangan dan perluasan dari waktu ke waktu; merasa bosan dan tidak tertarik dengan kehidupan; merasa tdak mampu mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru. Subjek merasakan perkembangan dan berkelanjutan; melihat dirinya sebagai sesuatu yang bertumbuh dan berkembang; terbuka terhadap pengalaman yang baru; sadar akan potensi dirinya; dapat melihat perkembangan dalam diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu.

4. Teknik-teknik Well-Being Therapy