Dimensi Psychological Well-Being Psychological Well-Being

sekedar terbebas dari rasa cemas melainkan lebih menekankan pada keberfungsian positif serta bagaimana pandangan individu terhadap potensi-potensi positif dalam dirinya. Menurut Ryff 1989, yang dimaksud dengan psychological well-being adalah kondisi optimalnya fungsi individu sebagai perwujudan segala potensinya. Individu dikatakan sejahtera jika ia tidak mengalami disfungsi psikologis seperti kecemasan, depresi, dan bentuk-bentuk gejala psikologis lainnya. Individu yang berada dalam kondisi psychological well-being yang optimal adalah individu yang dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri, mampu mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan, mampu mengatur lingkungan, dan memiliki tujuan dalam hidupnya.

2. Dimensi Psychological Well-Being

Konsep psychological well-being memiliki enam dimensi pendukung, yang masing-masingnya menjelaskan tantangan-tantangan yang berbeda yang dihadapi oleh individu untuk berfungsi secara penuh dan positif Ryff, 1989; Ryff dan Keyes, 1995 dalam Keyes, Smothkin dan Ryff, 2002. Enam dimensi tersebut diantaranya adalah: a. Penerimaan diri self acceptance Penerimaan diri merupakan ciri utama dari konsep psychological well-being dan juga sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan menerima diri seperti apa adanya dari segi positif maupun negatif dan memiliki pandangan positif terhadap masa lalu. b. Hubungan positif dengan orang lain positive relations with others Ryff menekankan pentingnya menjalin hubungan saling percaya dan hangat dengan orang lain. Kualitas yang dihubungkan dengan kemampuan membina hubungan yang positif dengan orang lain meliputi kemampuan untuk mencintai orang lain, membina Universitas Sumatera Utara hubungan interpersonal yang hangat dan saling percaya. Ia juga mempunyai rasa afeksi dan empati yang kuat terhadap orang lain. c. Otonomi autonomy Dalam dimensi otonomi dijelaskan mengenai penentuan diri self determination, kemandirian, pengendalian perilaku dalam diri, dan penggunaan locus of control yang bersifat internal dalam mengevaluasi diri. d. Penguasaan lingkungan environmental mastery Secara umum dapat dikatakan bahwa dimensi ini melihat kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian di luar dirinya dan mengatur sesuai keadaan dirinya sendiri. Individu dapat memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. Individu dapat memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisinya, berpartisipasi dengan lingkungan luar, mengendalikan dan memanipulasi lingkungan dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang dalam lingkungan. e. Tujuan hidup purpose in life Menurut dimensi ini orang harus memiliki tujuan dan arah dalam hidupnya, ia juga merasa bahwa kehidupan di masa lalu dan masa sekarang dapat memberikan makna dalam hidupnya, memiliki keyakinan yang dapat memberikan tujuan dalam hidupnya, dan memiliki target yang ingin dicapai dalam menjalani hidupnya. f. Pertumbuhan pribadi personal growth Salah satu hal penting dalam dimensi ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Individu juga memiliki keinginan untuk terus berkembang, merealisasi potensinya, serta dapat melihat kemajuan baik dalam diri maupun perilakunya. Universitas Sumatera Utara

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-Being