c. Status sosial
Status sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan diri. Individu yang memiliki status sosial-
ekonomi yang rendah cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial-ekonomi yang lebih baik dari dirinya. Menurut Davis dalam
Andrews Robinson, 1991, individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki psychological well-
being yang lebih tinggi. d.
Budaya Sistem nilai yang bersifat individualis dapat memberi dampak terhadap psychological
well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang
menjunjung tinggi kolektivitas memiliki skor lebih tinggi pada hubungan positif dengan orang lain.
C. Well-Being Therapy
1. Pengertian Well-Being Therapy
Well-being therapy adalah strategi psikoterapeutik baru dengan tujuan untuk meningkatkan psychological well-being Fava, 2003. Terapi ini awalnya diaplikasikan
pada pasien mood disorder dan anxiety disorder yang berada pada fase residual, tetapi telah dikembangkan hingga pencegahan relapse pada penderita depresi, post traumatic
stress disorder dan general anxiety disorder. Well-being therapy juga dapat digunakan untuk menggambarkan gangguan yang spesifik pada pasien affective disorder dan
membantu dalam modifikasi tingkah laku dan psikologis untuk mencapai fungsi manusiawi yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan well-being therapy adalah untuk meningkatkan level psychological well- being pada individu, sesuai dengan enam dimensi yang dikemukakan oleh Ryff 1989. Ini
didukung oleh Linley Joseph 2004 yang mengatakan bahwa implikasi teoritis dari well-being therapy adalah bahwa kesejahteraan wellness dan hidup yang sehat dapat
dicapai dengan membantu individu menyadari potensi diri yang sesungguhnya, memiliki keterlibatan secara penuh dengan orang lain, dan meraih fungsi yang optimal. Dikatakan
juga bahwa distres psikologis dapat diatasi dan bahkan dicegah dengan cara meningkatkan level well-being.
2. Struktur Well-Being Therapy
Well-being therapy memiliki sesi yang waktunya dapat berkisar antara 30-50 menit. Teknik ini menekankan pada pemikiran dan kepercayaan yang mengarah pada
interupsi prematur. Alat bantu yang digunakan adalah self observation dengan penggunaan buku harian yang berstrukstur serta interaksi antara pasien dan terapis. Well-being therapy
dilandasi oleh model kognitif dari psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff 1989.
Adapun urutan sesi-sesi pada well-being therapy adalah sebagai berikut: a.
Initial sessions Sesi ini menitikberatkan pada identifikasi episode dari kondisi well-being episodes of
well-being dan meletakkannya pada konteks situasional. Individu diminta untuk membuat laporan situasi seputar episodes of well being yang mereka alami dalam
bentuk buku harian yang terstruktur, seperti yang terdapat dalam table 1. Setiap situasi tersebut kemudian diberi nilai berdasarkan skala 0-100, dimana 0 berarti sama sekali
tidak well being, dan 100 adalah well-being yang paling intensif yang dapat dialami. Individu sering menolak mengerjakan pekerjaan rumah ini, karena menurut mereka,
tidak ada situasi sejahtera dalam hidup mereka. Terapis dapat membantu dengan
Universitas Sumatera Utara
meyakinkan individu bahwa saat-saat tersebut sebenarnya terjadi namun terlewatkan tanpa diperhatikan. Karena itu, individu harus memonitornya dengan baik. Fase awal
ini umumnya meluas menjadi lebih dari beberapa sesi.
Table 2.1 Self observation of episodes of well being
Situasi Peranan Well-Being
Intensitas 0-100 Saya pergi mengunjungi keponakan-
keponakan saya dan mereka menyambut saya dengan antusias dan
gembira Mereka suka dan
peduli sama saya 40
b. Intermediate sessions
Setelah contoh dari well-being telah diidentifikasi dengan benar, individu didorong untuk mengenali pemikiran dan kepercayaan yang mengarah pada interupsi prematur
terhadap well-being . Misalnya, pada contoh di table 1, individu menambahkan “itu
hanya karena aku membawa 2 hadiah”. Pemicu self-observation yang digunakan, dalam well-being therapy didasari oleh kondisi well-being, bukan kondisi distres.
Fokus dari terapi ini dititikberatkan pada identifikasi situasi-situasi psychological well- being dengan menggunakan self-monitoring terhadap saat-saat dan perasaan well-
being. Hindari alternatif saran yang konseptual dan teknikal kecuali tingkat self- observation yang dicapai telah cukup memuaskan. Fase intermediate ini dapat meluas
hingga lebih dari 2 atau 3 sesi, tergantung kepada motivasi dan kemampuan individu. Dengan memonitor episodes of well-being pada individu, terapis dapat menyadari
gangguan spesifik dalam dimensi well-being yang dikemukakan oleh Ryff. Sumber informasi tambahan bisa didapatkan dari self-rating inventory yang terdiri dari 55
aitem, yang dibuat Ryff.
Universitas Sumatera Utara
c. Final sessions
Mendiskusikan hal-hal yang diperoleh individu selama menjalani terapi berhubungan dengan psychological well-being yang ia miliki. Dimensi psychological well-being
yang dikemukakan oleh Ryff diperkenalkan pada individu secara progresif, selama material yang dicatat mengarah kepada hal tersebut. Misalnya, terapis dapat
menjelaskan bahwa autonomy terdiri dari adanya locus of control internal, kemandirian dan self-determination, atau bahwa personal growth terdiri dari
keterbukaan terhadap pengalaman baru dan menganggap self berkembang sepanjang waktu, jika pasien tersebut menunjukkan gangguan pada area spesifik ini. Gangguan
dalam berpikir dan interpretasi alternatif kemudian didiskusikan.
3. Konsep Utama dari Well-Being Therapy