mengerjakannya sendiri, meski setelah itu ia butuh istirahat lebih lama untuk memulihkan kondisi fisiknya.
3. Data Hasil Tes Psikologi
Aulia memiliki daya ingat jangka pendek yang cenderung kurang baik, ia kurang dapat berkonsentrasi dan mempertahankan perhatian, terkadang mudah terdistraksi atau
mengalami gangguan rentang perhatian, dan visual motorik yang kurang baik. Kondisi ini membuatnya sulit berkonsentrasi dan beradaptasi terhadap hal-hal baru terkait kondisi
kesehatannya, sehingga membuatnya rentan mengalami kecemasan. Selain itu, konsep diri yang dimilikinya cenderung negatif. Ia mudah cemas, lelah dan bosan dalam menghadapi
tuntutan dalam hidupnya. Tuntutan tersebut berkaitan dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha dan dukungan dari orang-orang di
sekitarnya. Ia merasa kurang mampu, dan butuh waktu serta kenyamanan dalam menghadapi permasalahan yang yang terjadi. Ia juga butuh perhatian, kepedulian dan
dukungan untuk membantunya terlepas dari permasalahan yang ada.
4. Kesimpulan
Aulia memandang dirinya negatif sejak kondisi kesehatannya memburuk, sehingga membuatnya pesimis dalam menjalani harinya. Sikap pesimis Aulia tersebut
mempengaruhi hubunganinteraksinya dengan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilakunya yang belum bisa menerima kondisi kesehatan yang membuatnya sedih dan
kecewa dengan keterbatasannya, membuatnya tidak nyaman dan khawatir bahwa kondisi kesehatannya semakin memburuk, sikapnya yang tertutup dan membatasi diri untuk
berbicara mengenai segala hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya, dan menjadi lebih sensitif dengan merespon negatif perlakuan dari orang-orang di sekitarnya yang
memperlakukannya sama seperti ketika ia belum bermasalah dengan kondisi kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi di atas menunjukkan bahwa kondisi Aulia setelah mastectomy dan munculnya kembali kanker payudara metastase dalam tubuhnya telah memicu emosi-
emosi negatif dalam dirinya, yang kemudian mempengaruhi dimensi-dimensi psychological well-being yang dimilikinya. Dalam hal ini dimensi yang menjadi fokus
penelitian adalah dimensi self acceptance dan dimensi positive relations with others. Kedua dimensi ini merupakan masalah utama pada Aulia yang memicu munculnya
masalah emosi, yang kemudian mempengaruhi dimensi-dimensi yang lain, sehingga psychological well-being yang ia miliki tidak optimal. Dimensi-dimensi tersebut
diantaranya adalah dimensi autonomy, yakni Aulia merasa terhambat untuk menyesuaikan diri dengan tekanan sosial terkait dukungan dan penilaian dari lingkungan sekitarnya,
dimensi environmental mastery, yakni mengalami hambatan untuk menciptakan situasi yang nyaman bagi dirinya di lingkungan, dimensi purpose in life, yakni Aulia merasa tidak
memiliki arah dan tujuan dalam hidupnya, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi kesehatannya, dan dimensi personal growth, yakni Aulia merasa bosan dengan hidupnya
yang terkait vonis dan tindakan medis yang harus ia jalani, dan merasa tidak mampu mengambil serta mengembangkan sikap atas kondisi yang terjadi.
c. Fase Pelaksanaan Terapi Sesi 1 : Pembukaan dan Identifikasi Masalah
Tujuan : Aulia mendapatkan insight mengenai pikiran dan keyakinan interupsi
premature yang menghambatnya memperoleh well being yang optimal
Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 3 November 2012
Waktu : 120 menit
Universitas Sumatera Utara
1 Observasi
Sesaat sebelum terapi, terapis dan Aulia melakukan perbincangan ringan seputar keseharian dan kondisi kesehatan Aulia. Dalam perbincangan tersebut, Aulia terlihat
murung, sedih dan kecewa ketika memperlihatkan tangan kirinya yang tidak kunjung membaik, dan kondisi fisiknya yang semakin hari semakin terbatas melakukan aktivitas
yang ia kehendaki. Untuk beberapa waktu, Aulia sempat terlihat melamun sambil meraba payudara kirinya. Perbincangan tersebut selesai ketika Aulia tersadar dari lamunannya,
dan untuk sesaat telah mengabaikan terapis. Ketika kemudian terapis memintanya untuk bercerita mengenai lembar “Suasana Hati” yang berisi perasaan-perasaan positif dan
negatif yang telah selesai ia tuliskan, ia terlihat lebih antusias ketika mengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya, bahkan perasaan-perasaan positif pun terkesan terabaikan
dengan perasaan-perasaan negatifnya yang dominan. Hal tersebut membuatnya murung, dan membuat senyum di wajahnya memudar. Ekspresi wajahnya berubah ceria ketika
mendengarkan terapis menyampaikan tentang kegiatan terapi, dan segala hal yang berkaitan dengan terapi yang akan dilakukan selama beberapa waktu ke depan. Hal yang
disampaikan terapis membuat Aulia antusias dan bersemangat ketika memulai dan mengikuti kegiatan-kegiatan terapi. Tidak ada kendala yang berarti selama sesi pertama
dilakukan. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi mengenai pengisian lembar observasi diri yang diberikan terapis.
2 Hasil terapi
Kegiatan I Berdasarkan hasil dari pengisian dan cerita yang diutarakan Aulia dari lembar
“Suasana Hati” miliknya, diperoleh data bahwa perasaan-perasaan negatifnya lebih banyak dibandingkan emosi-emosi positifnya. Emosi-emosi negatif tersebut diantaranya
adalah emosi marah, sedih, kecewa, kesal, takut, khawatir dan gelisah yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
cara pandangnya terhadap diri dan kondisi kesehatannya. Ketika kemudian terapis menyampaikan informasi dan pemahaman pada Aulia mengenai segala hal yang berkaitan
dengan terapi yang akan dilakukan, Aulia menerimanya dengan baik. Informasi pertama yang diberikan terapi adalah mengenai alasan dilakukannya terapi. Terapis menyampaikan
bahwa kondisi kesehatan Aulia saat ini mempengaruhi cara pandangnya akan diri dan kemampuannya sehingga hal tersebut membuatnya tidak sejahtera secara psikologis.
Ketidaksejahteraan secara psikologis tersebut dapat terlihat dari emosi-emosi negatif yang lebih dominan dibandingkan emosi-emosi positif yang dimilikinya, sehingga hal tersebut
juga mempengaruhi kondisi kesehatannya. Selanjutnya terapis memberikan informasi yang kedua mengenai tujuan dari
kegiatan terapi. Terapis menyampaikan bahwa tujuan kegiatan terapi adalah membantu Aulia untuk merasa sejahtera secara psikologis dengan meminimalisir emosi-emosi
negatifnya dan meningkatkan emosi-emosi positif yang dimilikinya. Untuk hal tersebut perlu adanya kerja sama dari Aulia dan terapis dalam melakukan serangkaian kegiatan
selama proses terapi hingga selesai, yakni selama lima sesi pertemuan dalam kurun waktu lima minggu. Kerja sama tersebut terkait dengan peran yang akan dilakukan masing-
masing pihak, yakni peneliti yang juga sebagai terapis, dan Aulia sebagai partisipan dalam penelitian yang akan diberikan terapi. Informasi tersebut merupakan informasi ketiga,
keempat, dan kelima yang diberikan oleh terapis. Ketika terapis selesai menyampaikan informasi tersebut, Aulia berkomentar seperti di bawah ini:
“Kamu benar Ver, saya merasa diri saya buruk dan selalu saja menilai diri saya negatif. Tapi…meskipun saya sadar itu semua, saya tetap saja nggak
bisa berhenti berpikir dan perasaan saya ini selalu saja negatif. Saya tahu…manusia sebagai makhluk ciptaanNya, tidak boleh kufur akan
nikmat Allah. Saya bersyukur ketemu kamu, dan saya ingin dibantu untuk menjadi lebih baik. Untuk bisa buat saya tidak terus menerus berpikir
tentang penyakit saya, dan untuk membuat saya sejahtera dengan
pengalaman dan ilmu kamu” Wawancara personal, 3 November 2012.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan II Pada kegiatan kedua, terapis menjelaskan mengenai episodes of well-being pada
Aulia. Penjelasan tersebut adalah bahwa episodes of well-being merupakan saat-saat ketika individu merasa sejahtera, memiliki pandangan dan pikiran yang positif, meski dalam
situasi dan kondisi yang sulit sekali pun. Kata “sejahtera” yang diungkapkan terapis, menarik perhatian Aulia, seperti yang diungkapkannya di bawah ini:
“Saya senang waktu kamu bilang kata „sejahtera‟. Kata itu buat hati saya nyaman, apalagi waktu diujungnya kamu bilang berpikir positif dalam
situasi sulit. Kata itu unik bagi saya, tapi saya senang. Seperti ada
harapan” Wawancara personal, 3 November 2012. Terapis kemudian meminta Aulia untuk memberikan beberapa contoh melalui
pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Pengalaman tersebut merupakan bagian dari observasi diri yang selanjutnya dijelaskan oleh terapis. Dalam penjelasan tersebut, Aulia
diminta untuk menulis pengalamannya dalam kolom situasi, pikiran dan perasaan yang muncul pada situasi tersebut, dan kemudian mengkategorikannya. Kategori yang diberikan
berdasarkan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik. Hal tersebut terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Contoh Episodes of Well-Being
NO. SITUASI
PIKIRANPERASAAN KATEGORI
1. Pergi sendiri ke dokter untuk
memeriksakan benjolan yang ada di payudara
Saya optimis bisa menyelesaikan masalah kesehatan saya sendiri,
tapi kenyataannya saya terpuruk Buruk
2. Suami
mendesak saya
mengikuti saran dokter untuk operasi pembedahan
Suami menunjukkan kepedulian terhadap saya, tapi membuat saya
semakin sedih dengan penyakit saya
Buruk
3. Kehadiran anak di saat saya
memiliki peluang
sangat kecil
untuk memiliki
keturunan Saya bisa menjadi ibu meski saya
sakit, namun saya tetap merasa tidak sempurna
Cukup
4. Saya dapat kembali bekerja
setelah vonis pertama Saya merasa bahagia masih dapat
bekerja, namun saya memiliki Cukup
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan 5.
Vonis kanker
tumbuh kembali
Orang-orang terdekat
menyemangati saya, tapi saya merasa kecewa, khawatir, dan
pesimis untuk masa depan Buruk
tulisan bercetak miring merupakan peranan well-being
Diskusi dilakukan pada setiap pengalaman yang disampaikan Aulia untuk kemudian membuatnya paham mengenai episodes of well-being dengan menekankan
peranan well-being pada setiap pengalamannya. Dalam diskusi tersebut, perasaan-perasaan negatif Aulia masih mendominasi sehingga membuatnya butuh waktu untuk memahami
peranan well-being yang ia miliki. Terapis kemudian memanfaatkan kata “sejahtera” yang
menarik perhatian Aulia di awal dengan mengatakan: “Setiap pengalaman yang situasinya baik atau buruk, pasti ada saat ketika
kita merasa sejahtera. Seperti tadi yang ibu bilang, merasa sejahtera membuat kita punya harapan. Sejahtera itu ada, ketika kita berpikir
positif” Wawancara personal, 3 November 2012
Aulia kemudian tersenyum dan berkata: “Iya ya Ver, sepertinya ketutup karena udah mikir negatif duluan. Jadinya
nggak sejahtera dong, nggak ada harapan juga kalau gitu. Ayuk kita coba lagi ya Ver” Wawancara personal, 3 November 2012.
Setelah Aulia memberikan dan menyelesaikan dengan benar contoh-contoh episodes well-being, dan mulai memahami peranan well-being untuk membantunya, ia
kemudian ditugaskan oleh terapis untuk mengisi lembar “Observasi Diri”, yang akan
didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. 3
Kesimpulan Pada sesi pertama ini Aulia mulai dapat secara terbuka mengemukakan perasaan-
perasaan negatif dan perasaan-perasaan positif mengenai diri dan kesehatannya. Ia cukup mudah untuk memahami segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan terapi dan
Universitas Sumatera Utara
dianggap cukup berhasil meski sedikit butuh waktu untuk mendapatkan insight guna meminimalisir pikiran dan keyakinan interupsi premature yang menghambatnya
memperoleh well being yang optimal.
Sesi II : Cognitive Restructuring: Self Acceptance I
Tujuan : Aulia mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi.
Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 9 November 2012
Waktu : 120 menit 1
Observasi Pada sesi ini Aulia banyak bercerita mengenai perasaan-perasaan negatifnya yang
muncul ketika mengingat vonis pertama mengenai kondisi kesehatannya yang membuat ia kehilangan sebelah payudaranya, dan juga vonis kedua yang membuat perasaan-perasaan
negatifnya tidak kunjung berkurang. Aulia terlihat murung dan dengan seketika ia menangis sambil mengelus-elus dadanya. Ia kemudian terlihat kesal dan menepuk-nepuk
ringan tangan kirinya yang bengkak dan kaku sambil terus menangis, dan berbicara cepat mengenai kegelisahannya, ketakutannya dan keterbatasannya di masa depan. Terapis
mencoba menenangkannya, memberinya tissue dan air mineral untuk ia minum. Ketika suasana menjadi lebih tenang, dan Aulia pun sudah kembali ceria, sesi
terapi dilanjutkan dengan diskusi dan evalua si lembar isian “Observasi Diri” yang telah
diselesaikan Aulia. Ia terlihat antusias dan bersemangat mengemukakan kemajuannya untuk melihat episodes well-being dari kejadian-kejadian yang ia alami. Antusias dan
semangatnya juga masih terlihat ketika ia diminta untuk bercerita mengenai hal-hal yang ia lakukan dalam menghadapi situasi-situasi berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk beberapa bagian cerita, nada suara Aulia mendadak menjadi rendah dan pelan, terutama pada bagian cerita saat ia merasa pesimis dalam menghadapi penyakitnya.
Setelah Aulia selesai bercerita, peneliti menuntunnya untuk belajar menggunakan lembar “Potensiku”. Seluruh kegiatan di sesi kedua terapi ini berjalan lancar, Aulia cukup terbuka,
terlihat antusias, dan cukup mudah mengerti instruksi yang disampaikan terapis. 2
Hasil terapi Kegiatan I
Aulia menunjukkan hasil isian lembar “Observasi Diri” yang telah ia buat kepada terapis. Hasil isian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Diri NO.
SITUASI PIKIRANPERASAAN
KATEGORI
1. Tangan kiri terasa lebih
kaku dari hari biasanya, membuat aktivitas terbatas
meski
bisa diselesaikan
dengan bantuan
orang- orang sekitar
Gembira ada yang membantu dan peduli, meski perasaan hati tidak
nyaman karena merepotkan orang dan khawatir tangan akan semakin
sulit digerakkankaku Buruk
2. Mendengarkan ceramah di
pengajian tentang “Demi Masa”
Senang bertambah ilmu, meski hati sedih karena saat ini diberi
ujian yang saya anggap berat bagi hidup saya
Cukup
3. Aktivitas harian berjalan
lancar, tugas kantor dan tugas
rumah bisa
diselesaikan tanpa bantuan orang
lain dan
tanpa dihalangi penyakit
Saya merasa hidup saya berarti, merasa
sehat, meski
saya sebenarnya sakit parah
Baik
4. Penyakit dan keterbatasan
fisik mudah lelah dalam menyiapkan acara ulang
tahun anak Merasa tidak
mampu, antara optimis dan pesimis, namun saya
berhasil menyiapkannya membuat saya merasa berarti bagi anak
saya Baik
5. Pagi
yang cerah
dan pekerjaan di kantor tidak
terlalu diburu sehingga bisa menghadiri
acara ulang
Saya merasa gembira, merasa berarti, merasa berhasil untuk
sehari merayakan ulang tahun anak, meski saya sadar anak
Cukup
Universitas Sumatera Utara
tahun anak di sekolah membutuhkan ibu yang selalu
sehat untuk merayakan setiap ulang tahunnya
6. Melanjutkan
pekerjaan kantor,
namun menjadi
terhambat karena data-data yang
diperlukan belum
semuanya disediakan Saya
merasa senang
dapat kembali bekerja, merasa sehat
dengan melakukan rutinitas di kantor, tapi kadang-kadang merasa
jenuh dengan data yang belum sampai
Cukup
7. Banyak aktivitas di luar
sehingga badan terasa capek dan mudah jatuh sakit
Merasa senang dapat melakukan banyak aktivitas, tapi fisik saya
yang tidak seperti dulu membuat saya sedih, kecewa dan perasaan
khawatir saya meningkat kalau sudah sakit
Buruk
8. Kenalan
yang memiliki
penyakit yang
sama meninggal dunia
Saya sedih, berduka, dan saya semakin gelisah akan kondisi
penyakit saya, meski kemudian saya bersyukur karena saya masih
diberi kesempatan untuk tetap hidup sampai detik ini
Buruk
9. Mengurungkan niat untuk
check up dan fisioterapi yang disarankan oleh orang-
orang terdekat Bahagia
dengan kepedulian
orang-orang sekitar
terhadap saya, tapi saya merasa check up
dan fisioterapi
tidak akan
menyembuhkan saya dan tidak akan membuat saya merasa lebih
baik Cukup
10. Berserah
kepada Allah
ketika harus istirahat total selama 3 hari karena sakit,
tangan membengkang,
terasa kaku,
dan sulit
bernafas, namun tidak ingin memeriksakan
diri ke
dokter Khawatir, takut, dan pikiran tidak
tenang jika bertemu dokter hanya untuk mendengarkan kabar buruk
tentang penyakit saya, sehingga menyerahkan
semuanya pada
Allah yang membuat saya lebih tenang
Buruk
11. Mendengarkan ceramah di
acara kantor
tentang “Hakikat Ujian”
Saya senang bertambah ilmu dan memiliki semangat untuk tetap
sabar dalam ujian penyakit dari Allah, meski di depan saya belum
bisa memastikan apakah saya bisa mempertahankan semangat saya
Baik
12. Bertemu
dan berdiskusi
dengan kenalan
yang keluarganya
memiliki penyakit yang sama
Saya merasa
senang dapat
berbagi pengalaman dan ilmu, tapi tidak banyak mengurangi
perasaan khawatir saya akan penyakit saya yang buat saya sulit
fokus Cukup
Universitas Sumatera Utara
13. Pergi
makan bersama
keluarga besar Saya gembira dan bahagia bisa
berkumpul dan melakukan makan bersama orang-orang yang saya
sayang, tapi saya takut jika hal ini merupakan yang terakhir dalam
hidup saya Cukup
tulisan bercetak miring merupakan peranan well-being
Terapis meminta Aulia untuk menyampaikan peranan well-being pada setiap pengalaman yang telah ia tulis. Pada beberapa pengalaman, Aulia sudah cukup baik dan
sudah cukup mengerti mengenai peranan well-being dari pengalamannya, dan untuk beberapa pengalaman yang lain terapis menuntunnya dan kemudian mendiskusikannya
bersama. Dalam diskusi tersebut, Aulia mengaku perasaannya menjadi lebih positif. Ia merasa sangat terbantu untuk melihat dan memandang dirinya lebih positif dalam melihat
situasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Kegiatan II
Setelah kegiatan evaluasi lembar isian “Observasi Diri” selesai dilakukan, maka selanjutnya terapis meminta Aulia untuk menceritakan bagaimana ia mengatasi situasi-
situasi dimana ia merasa kurang beruntung dengan penyakit yang ia derita. Pada kegiatan ini Aulia sangat terbuka untuk menceritakan setiap situasi yang ia hadapi dengan diagnosa
penyakit dan segala pengobatan baik medis dan alternatif yang harus ia lakukan, dan bagaimana ia menghadapinya. Dari cerita yang disampaikan Aulia, terdapat beberapa hal
positif yang ia miliki, dintaranya: sikap pantang menyerah, sikap ingin tahu, mandiri, dan rasa religiusitas yang tinggi pada Allah. Akan tetapi, ada juga hal negatif yang ia miliki di
suatu waktu yang tentu saja hal tersebut mengganggu dirinya untuk bersikap positif, diantaranya: keras kepala, sensitif, dan perasaan khawatir dan takut yang sulit ia
kendalikan.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan III Pada kegiatan ketiga, terapis memperkenalkan dan mengajarkan Aulia untuk
mengguna kan lembar “Potensiku”. Terapis menuntun Aulia dengan meminta Aulia untuk
menyebutkan beberapa contoh dari pengalamannya yang merupakan situasi sulit yang pernah ia hadapi. Kemudian Aulia diminta untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan
yang ia miliki dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Dari hal yang dilakukan, kemudian terapis dan Aulia melakukan diskusi, untuk melihat seberapa jauh Aulia telah memahami
penggunaan lembar “Potensiku”. Di bawah ini merupakan beberapa contoh dari isian lembar “Potensiku” yang dibuat oleh Aulia.
Tabel 4.4 Contoh Isian Lembar Potensiku NO.
SITUASI KELEBIHAN YANG
DIMILIKI + KEKURANGAN
YANG DIMILIKI -
1. Sulit
untuk memperoleh
keturunan setelah
pernikahan Tetap
bersabar, dan
terus mengusahakan
menjalani berbagai
pengobatan Sulit
membendung perasaan
sedih dan
kecewa terhadap harapan diri sendiri
2. Pekerjaan rumah tangga dan
pekerjaan kantor padat di waktu yang bersamaan
Gigih mengerjakannya sendiri meski kondisi
fisik rentan drop Kurang
mampu memperhitungkan
kemampuan fisik setelah sakit
3. Beberapa kenalan kondisi
fisiknya semakin memburuk setelah
vonis kanker
payudara Berserah
pada kekuasaan Allah
Down, khawatir, takut dan resah jika kondisi
serupa terjadi
Kegiatan IV Kegiatan selanjutnya adalah diskusi dari beberapa contoh isian lembar “Potensiku”
yang telah diselesaikan oleh Aulia. Pada diskusi tersebut terlihat bahwa Aulia menyadari bahwa di setiap pengalaman sulit yang ia jalani, ia memiliki kelebihan dan kekurangan
diri. Ia mulai menyadari bahwa kelebihan-kelebihan tersebut dapat ia gunakan untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Selanjutnya, terapis menugaskan Aulia untuk
Universitas Sumatera Utara
melanjutkan mengisi lembar “Potensiku” yang akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.
3 Kesimpulan
Pada sesi kedua ini Aulia sudah lebih berhasil untuk melihat peranan well-being dari setiap pengalamannya. Ia juga dapat secara terbuka bercerita mengenai hal-hal positif
dan negatif yang ia miliki ketika dihadapkan pada situasi-situasi sulit terutama yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Terapis menganggap Aulia cukup berhasil dalam
memperoleh insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu ungkapan
Aulia berikut. “Pertemuan kita hari ini membuat saya senang. Saya merasa memiliki
kekuatan dan keyakinan bahwa saya seharusnya bisa punya sikap positif untuk diri saya sendiri dan untuk penyakit saya ini. Yaaah, masih ada
kesempatan, bahkan mungkin lebih banyak dari yang saya kira. Selama ini saya nggak ngasi kesempatan mungkin ya Ver untuk diri saya? Makanya
saya nggak sejahtera” Wawancara personal, 9 November 2012.
Sesi III: Cognitive Restructuring: Self Acceptance II
Tujuan : Aulia dapat memiliki sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap situasi saat ini dan situasi di masa depan
Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 15 November 2012
Waktu : 120 menit 1
Observasi Pada sesi ketiga ini, Aulia menyampaikan dengan gembira bahwa ia telah berhasil
menyelesaikan isian lembar “Potensiku”, meski dengan kerja keras dan kesabaran karena ternyata sulit menemukan hal positif dalam keadaan sulit. Ia menyampaikan hal tersebut
sambil tertawa lepas dan sambil memegangi tangan kirinya yang bengkak. Aulia terlihat
Universitas Sumatera Utara
sangat bersemangat memberi penjelasan kepada terapis tentang apa yang telah ia tulis, yang kemudian didiskusikan bersama. Ia juga terlihat sangat ekspresif ketika terapis
memintanya bercerita mengenai situasi-situasi yang membuatnya merasa puas terhadap dirinya, senang dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, dan memiliki hal yang sesuai
dengan harapannya. Begitu juga ketika terapis memintanya untuk bercerita mengenai situasi-situasi yang membuatnya tidak puas dengan dirinya, kecewa terhadap hal yang
telah terjadi, dan harapannya dalam kondisi kesehatannya saat ini. Selain itu, Aulia cukup mudah memahami instruksi yang diberikan terapis
tentang pengisian lembar “Caraku Bersyukur”. Tidak ada kendala dalam pelaksanaan sesi ketiga dalam terapi ini. Hal ini
terlihat dari sikap Aulia yang sangat menikmati serangkaian kegiatan yang dilakukan. 2
Hasil terapi Kegiatan I
Di bawah ini merupakan hasil isian lembar “Potensiku” yang telah dibuat oleh Aulia.
Tabel 4.5 Hasil Lembar Potensiku NO.
SITUASI KELEBIHAN YANG
DIMILIKI + KEKURANGAN
YANG DIMILIKI -
1. Setelah
biopsi, dokter
memvonis saya harus segera operasi angkat payudara
Berusaha tenang
dan mengingat Yang Maha
Kuasa Panik dan belum bisa
menerima keadaan yang sesungguhnya
2. Konsultasi dengan dokter
bedah sambil
mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang harus
disiapkan Berusaha
mencari pengobatan
jalan alternatif yang lain, yang
penting tidak
operasi pengangkatan
Takut melihat
perlengkapan dokter
bedah sehingga
menunda operasi 3.
Atas desakan suami dan keluarga,
akhirnya terlaksana juga operasi
Pasrah dan
berusaha tetap optimis
Takut karena dari mulai sejak kecil belum pernah
menjadi pasien RS
4. Kemoterapi harus dijalani
sebanyak 8 kali Berhasil
menjalani kemoterapi sebanyak 3
kali Kemoterapi
keempat tidak bisa karena kondisi
yang tidak
memungkinkan, dan
dilanjutkan di kota M.
Universitas Sumatera Utara
5. Ada kekhawatiran sedikit
ketika pada tahun 2010, ketika melakukan kegiatan
olah raga seperti benjolan di bawah ketiak
Memberanikan diri
memeriksakan diri
sekaligus konsultasi ke dokter, dan mengecek
hasil tes darah ternyata positif
Kekurangan informasi
yang mendetail tentang penyakit yang diderita
sehingga menunda
kemoterapi
6. Tahun
2011 kembali
menjalani kemoterapi Menyiapkan diri secara
mental Masih
merasa takut
karena pengalaman yang lalu
7. Kemoterapi tidak terealisasi
sesuai rencana Bersikap optimis tetap
sembuh Kurang percaya kepada
dokter karena
kemoterapi yang dijalani tidak
sesuai dengan
komitmen dokter di awal ketika konsultasi, dan
obat yang
katanya terbaik tidak terbukti
8. Ketika badan terlalu lelah
tangan terasa berat Istirahat dan tidur cukup,
berusaha memunculkan
pikiran positif Kadang-kadang
was- was, khawatir dan takut
datang dengan
sendirinya sehingga
tidak bisa berpikir jernih Diskusi dan evaluasi dari hasil isian lembar “Potensiku di atas, diperoleh data
bahwa Aulia mendapatkan pemahaman mengenai episodes of well-being dan peranan well-being yang dimilikinya untuk kemudian menuntunnya memperoleh hikmah dari
kondisi kesehatannya. Ia memahami bahwa dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan ketika dihadapkan pada situasi sulit, dan ia menyadari bahwa hal tersebut dapat ia
gunakan untuk membuatnya berpikir positif tentang situasi yang terjadi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Aulia di bawah ini:
“Hidup itu nggak selamanya susah, nggak selamanya juga sulit ya Ver. Ada porsi waktu masing-masing untuk setiap orang. Saya bisa buat
kesimpulan ini dari penyampaian kamu. Untuk situasi sulit, kita punya kelebihan dan kekurangan. Kalau kita sadar, kita bisa jadi berpikir positif
tentang situasi sulit yang Allah kasi untuk kita. Seperti penyakit saya, yang sebelum kegiatan ini rasanya berat, berat sekali untuk saya. Tapi
setelah dipikir-
dipikir ya kan Ver, ada manfaatnya. Seharusnya…pasti ada manfaatnya. Intropeksi diri supaya saya semakin dekat dengan Allah.
Wawancara personal, 15 November 2012. Kegiatan II
Dari hasil kegiatan kedua ini diperoleh bahwa Aulia merasa puas, senang dan memiliki banyak harapan yang berhasil ia wujudkan dalam kondisi sehatnya. Meskipun ia
Universitas Sumatera Utara
tidak memungkiri bahwa ada beberapa hal yang kadang mengecewakannya ketika harapannya tidak berhasil ia wujudkan dengan alasan tertentu. Ketidakpuasan,
kekecewaan, justru benar-benar mulai sangat ia rasakan ketika kondisi kesehatannya memburuk. Akan tetapi Aulia memiliki harapan dalam kondisi kesehatannya saat ini,
yakni masih dapat menjalankan perannya sebagai istri, ibu dan wanita bekerja dalam keterbatasannya. Ia menyadari bahwa selama ini harapannya yang besar terhadap diri
dengan kondisi kesehatannya saat ini, sulit untuk ia wujudkan yang kemudian membuatnya resah, gelisah, khawatir dan takut. Hal tersebut ia ungkapkan dalam kutipan
di bawah ini: “Setiap orang memiliki harapan dalam hidup, tapi mungkin saya berharap
terlalu tinggi pada diri saya. Saya jadi gelisah, tidak tenang, khawatir dan ketakutan hampir selalu. Seharusnya saya tidak boleh berharap terlalu
tinggi seperti waktu saya sehat, supaya saya tidak tambah sakit. Tidak wajar rasanya, yang wajar itu harapan kalau saya masih bisa menjalankan
peran saya di rumah dan di luar rumah sesuai kemampuan saya” Wawancara personal, 15 November 2012.
Setelah ungkapan di atas, Aulia mengaku berjanji bahwa dia akan belajar bersikap sesuai keadaan dan kemampuannya.
Kegiatan III Terapis memperkenalkan dan mengajarkan Aulia untuk menggunakan lembar
“Caraku bersyukur”. Aulia menyebutkan beberapa situasi dari pengalamannya yang ia hadapi dalam kehidupannya, kemudian menganalisa pikiran dan perasaan terhadap situasi
tersebut, mengkategorikannya, dan menyebutkan cara bersyukur yang dapat ia lakukan. Beberapa contoh yang ia berikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Contoh Isian Lembar Caraku Bersyukur NO.
SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI
CARA BERSYUKUR
1. Mengawali
hari dengan status sakit
Pikiran tidak tenang, perasaan tidak nyaman,
dan merasa pesimis bisa beradaptasi
Buruk Intropeksi
diri akan kekuasaan
Allah, dan
meningkatkan ibadah
Universitas Sumatera Utara
2. Anak tidak rewel
ketika kondisi saya menurun
Pikiran tidak tenang, tapi sikap
anak membuat
perasaan nyaman Cukup
Mensyukuri anugerah
anak dengan
memuji Allah
dan bersikap optimis
3. Teman
dekat meluangkan waktu
untuk mendengarkan
masalah yang saya hadapi
Bahagia memiliki teman yang benar-benar peduli
dan dapat dipercaya Baik
Berusaha melakukan
hal yang sama ketika
dia maupun
orang lain yang butuh bantuan
Berdasarkan contoh-contoh yang telah dikemukakan oleh Aulia, dapat dikatakan bahwa Aulia telah memahami cara penggunaan lembar isian “Caraku Bersyukur”. Hal ini
dapat terungkap dari apa yang disampaikan Aulia: “Pada lembaran ini, saya menuliskan pengalaman tentang situasi yang
saya hadapi, kemudian menuliskan isi pikiran dan perasaan saya, membuat kategori, lalu apa yang saya lalukan sebagai cara saya bersyukur. Oke,
saya ngerti” Wawancara personal, 15 November 2012. Kegiatan IV
Hasil diskusi dan evaluasi dari beberapa contoh yang telah dikemukakan Aulia, dimanfaatkannya untuk membantunya melakukan analisa terhadap hal-hal positif maupun
negatif yang terjadi. Hal tersebut mengarahkannya untuk bersyukur dengan apa yang terjadi dan bersyukur dengan apa yang ia miliki dalam hidupnya, seperti yang
diungkapkannya dalam kutipan berikut. “Sepertinya sekarang saya akan bisa lihat jelas apa yang terjadi dalam
hidup saya, dan begitu banyak hal yang saya punya. Yaah, saya pantas bersyukur” Wawancara personal, 15 November 2012.
3 Kesimpulan
Aulia cukup berhasil mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan ia pun sudah dapat merasa positif dengan apa yang terjadi. Ia mulai
menyadari banyak hal yang ia miliki dan juga alasan yang patut ia syukuri dalam hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Sesi IV: Cognitive Restructuring: Positive Relational With Others
Tujuan : Aulia mendapatkan insight untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya
Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 22 November 2012
Waktu : 120 menit 1
Observasi Pada sesi ini Aulia mulai menunjukkan perubahan-perubahan positif dalam
dirinya. Sikapnya sudah terlihat lebih tenang, dan mulai bisa tertawa lepas. Aulia terlihat gembira dengan hasil isian lembar “Caraku Bersyukur” yang ia tunjukkan dan diskusikan
dengan peneliti. Ia juga terlihat lebih santai ketika terapis memintanya untuk bercerita mengenai situasi-situasi ketika ia merasa tidak memiliki hubungan yang positif, hangat
dan dapat dipercaya dengan orang lain. Dalam hal ini, Aulia tidak butuh waktu ketika mengidentifikasi pikiran dan keyakinannya terhadap situasi-situasi tersebut, dan juga
ketika terapis menuntunnya untuk mengerti cara penggunaan lembar “Saling Memberi dan
Menerima”. 2
Hasil terapi Kegiatan I
Berikut ini merupaka n hasil isian lembar “Caraku Bersyukur milik Aulia yang ia
tunjukkan dan diskusikan dengan terapis.
Tabel 4.7 Hasil Lembar Caraku Bersyukur NO.
SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI
CARA BERSYUKUR
1. Permasalahan hidup
yang sangat tidak menyenangkan
Tenang dan berusaha untuk mencari solusi
dari permasalahan
tersebut Buruk
Dengan membandingkan
keadaan orang
lain yang lebih
Universitas Sumatera Utara
tidak beruntung dibandingkan
saya
2. Sakit
Berusaha tenang dan optimis segala penyakit
pasti ada obatnya, dan juga pergi berobat
Buruk Intropeksi
diri apakah
Yang Maha
Pemberi Hidup menegur
atau akan
menguji saya
dalam keimanan kepadaNya,
menjadikan saya sabar dan ikhlas
dalam menjalaninya
3. Terpuruk dalam arti
rezeki saya masih belum
dikabulkan atau bahkan rezeki
saya diambil
olehNya Harus
tenang, dan
realistis bahwa
kehidupan sudah ada yang mengatur
Cukup Menjalaninya
dengan sabar dan ikhlas, berusaha
lebih
hati-hati dan
bijaksana mengatur
keuangan, serta tetap optimis
4. Mendapatkan rezeki
atau ada salah satu keluarga
yang berulang tahun
Senang masih
bisa merasayakan
ulang tahunnya
Baik Mengajak
saudara-saudara beserta keluarga
dan
anak- anaknya makan
bersama, dan
menyisihkan sebagian rezeki
untuk keluarga
yang kurang
mampu 5.
Menginginkan sesuatu
tanpa disadari hal tersebut
dapat terwujud baik dari
orang-orang terdekat
maupun dari orang-orang di
lingkungan Senang
dan tidak
menduga niat
baik orang-orang
terhadap saya
Cukup Selalu bersyukur
dan intropeksi
diri bahwa Yang Maha
Kuasa begitu
sayang, murah
dan mudahnya
saya mendapatkan
yang saya
inginkan 6.
Dalam hal kondisi sakit, ada saja yang
datang membantu Sedang
dan merasa
beruntung Cukup
Menjadikan orang
tersebut seperti
saudara sendiri
dan menjalin
Universitas Sumatera Utara
silaturahmi yang baik dengannya
7. Ketika
sakit, kualitas tidur sudah
tidak lagi terganggu Tenang
dan selalu
menikmati Cukup
Melihat orang
lain yang tidak sakit saja susah
tidur sementara saya
tidak bermasalah
8. Ketika
beberapa teman
mengalami penyakit yang sama,
namun keluhannya lebih parah baik dari
segi
finansial maupun
non financial
Tetap tenang
dan optimis
Baik Saya
menjadi lebih bersyukur
karena saya lebih beruntung
Hasil diskusi dan evaluasi isian lembar “Caraku Bersyukur” di atas menunjukkan pemahaman Aulia yang semakin baik dalam melihat episodes of well-being yang terjadi
pada setiap situasi dan pengalamannya. Kegiatan ini juga menuntunnya untuk menyadari bahwa peranan well-being dalam setiap situasi yang ia alami berkaitan dengan orang-
orang di sekitarnya, sehingga akan baik jika hubungan positif dapat terjalin dengan mereka. Di bawah ini merupakan ungkapan Aulia mengenai hal tersebut:
“Saya sejahtera dan kesehatan saya akan semakin pulih dan baik kalau saya bisa silaturrahmi dengan orang-orang di lingkungan saya. Makhluk
individual dan sosial kan Ver? Tetap butuh orang lain, ng gak bisa sendiri”
Wawancara personal, 22 November 2012. Kegiatan II
Pada kegiatan ini, meski Aulia menyadari tentang kebutuhannya untuk menjalin hubungan positif dengan orang-orang di sekitarnya, Aulia terkadang masih sulit untuk
melakukannya. Ia berpikir bahwa kondisi kesehatannya akan membuat orang-orang di sekitarnya menilai buruk tentang dirinya dan memberikan label negatif yang tidak ia
kehendaki. Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan terhadap pikiran dan keyakinannya tersebut, kondisi ini dipengaruhi oleh perasaannya yang sensitif, sehingga memicu
Universitas Sumatera Utara
penilaian negatif dalam dirinya terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang sulit ia kendalikan. Penilaian dan label negatif yang dimaksudkan Aulia adalah wanita
lemah, sekarat yang hanya memiliki sebelah payudara, wanita yang punya keterbatasan sehingga nantinya akan terus bergantung pada orang lain, dan sebagainya.
Kegiatan III Sebagai upaya membantu Aulia untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat
dipercaya dengan orang-orang di sekitarnya, peneliti menuntunnya untuk menggunakan lembar “Saling Memberi dan Menerima”. Aulia memberikan beberapa contoh situasi yang
pernah ia hadapi, kemudian menuliskan pikiran dan perasaannya, membuat kategori dan hal yang ia lakukan dalam situasi tersebut berkaitan dengan konsep saling memberi dan
menerima. Berdasarkan diskusi dan evaluasi yang dilakukan terhadap beberapa contoh yang dikemukakan Aulia, ia menyadari bahwa perasaan sensitifnya telah merusak
hubungan positif yang ia jalin. Untuk itu, ia bersedia untuk belajar meredam perasaan sensitifnya untuk menjaga perasaannya sendiri dan orang lain. Ia juga akan belajar untuk
mengubah sikapnya dengan memberi kesempatan pada dirinya untuk menilai positif orang lain dan menghargai hal baik yang diberikan orang lain terhadapnya.
Tabel 4.8 Contoh Isian Lembar Saling Memberi dan Menerima NO.
SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI
YANG DAPAT DILAKUKAN
1. Teman
melihat benjolan
di payudara,
dan memberitahu untuk
segera periksa Tidak nyaman dengan
teman, tapi
tetap memeriksakan diri
Cukup Berterima kasih
dengan teman
yang menyarankannya
periksa sehingga tahu lebih cepat
2. Mbak
di rumah
membantu menyediakan
dan mengurus keperluan
anak Sedikit sedih dengan
keterbatasan saya yang membuat
peran saya
terhambat Cukup
Memperlakukan mbak
dengan wajar dan baik
Universitas Sumatera Utara
3 Kesimpulan
Hasil yang diperoleh pada sesi ini, menunjukkan bahwa Aulia mulai menyadari tentang pentingnya menjalin hubungan positif dengan orang lain. Ia sudah dapat
mengidentifikasi pikiran dan keyakinan yang membuatnya sulit dan terhambat untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan
orang-orang di sekitarnya.
Sesi V: Evaluation and Termination
Tujuan : Aulia mampu memahami bagaimana mengelola episodes of well-being yang terjadi padanya, dan juga mampu memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan untuk meningkatkan psychological well being dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, serta meningkatkan hubungan positif dengan orang lain yang ada
disekitarnya. Lokasi : Rumah Aulia
Tanggal : 29 November 2012 Waktu : 120 menit
1 Observasi
Pada sesi ini Aulia menjadi sangat antusias seiring dengan keberhasilan- keberhasilan yang ia peroleh dalam upaya meminimalisir emosi-emosi negatignya dan
meningkatkan emosi-emosi positifnya. Ia mulai banyak terbuka terhadap dirinya dan orang lain, semangatnya semakin meningkat, percaya diri dan sikap optimisnya semakin
terlihat jelas dari serangkaian aktivitas dan kegiatan yang ia lakukan. Ketika berada di tengah keluarga, teman, dan kenalan, Aulia juga sudah mulai bisa bersikap lebih tenang,
menghargai pendapat dan perhatian yang ia terima. Aulia terlihat senang dan puas dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Universitas Sumatera Utara
2 Hasil terapi
Kegiatan I Di bawah ini adalah has
il isian lembar “Saling Memberi dan Menerima” yang dikerjakan Aulia.
Tabel 4.9 Hasil Lembar Saling Memberi dan Menerima NO.
SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI
YANG DAPAT DILAKUKAN
1. Ketika sakit, semua
keluarga dan teman- teman
memberi saran dan dukungan
yang positif Menjadi lebih optimis
untuk sembuh
secepatnya Baik
Menerima saran, dukungan,
dan menjalaninya
2. Ketika
sakit dan
memutuskan untuk berhenti
bekerja, atasan
memberi saran
dan kesempatan
agar saya tetap bekerja
setelah sembuh dan atasan
membantu biaya pengobatan
Tenang dan
merasa senang
Baik Bekerja dengan
sebaik-baiknya, memberikan hal
yang bermanfaat untuk pekerjaan
3. Ketika
di kantor
teman-teman pada
mengerti tentang
keadaan saya, saya menjadi
merasa kurang enak hati
karena merasa kerja saya terlalu ringan
Kurang nyaman
tapi menguntungkan
kesehatan saya Cukup
Dinyaman- nyamankan
karena kondisi
seperti ini yang dianjurkan, dan
membantu teman-teman jika
dibutuhkan
4. Ketika sedang sakit,
teman-teman, tetangga,
memberikan bantuan
moril maupun materi
Sedih dan
terharu dengan apa yang teman-
teman lakukan sebagai tanda mereka peduli
Cukup Lebih
optimis akan
kesembuhan
5. Ketika sakit, anak
mengerti keadaan
ibunya sehingga dia bisa sedikit mandiri
Tenang, senang
dan bangga pada anak
Cukup Memperhatikan
anak sambil
sekali-kali bercanda
dan belajar, berusaha
mengganti
Universitas Sumatera Utara
perhatian di saat kondisi
sudah sedikit lebih baik
Hasil dikusi dan evaluasi lembar isian “Saling Memberi dan Menerima” di atas menunjukkan pemahaman Aulia yang semakin baik terhadap cara mengelola episodes of
well-being yang terjadi pada dirinya. Ia memahami bahwa peranan well-being pada setiap pengalaman yang berkaitan dengan kodisi kesehatannya membuat perasaannya menjadi
positif dan membuatnya lebih “sehat” dalam keseharian. Hal tersebut diungkapkannya seperti di bawah ini:
“Sekarang kalau ingat tentang penyakit, saya tidak lagi sedih. Saya langsung cut pikiran dan perasaan negatif, apapun itu. Seperti udah mulai
terpola di kepala kalau penyakit ini harus diterima, dan harus disikapi dengan positif. Saya lebih mau mengedepankan hal-hal yang buat saya
bahagia dibandingkan hal-hal yang buat saya sedih, kecewa, takut, tidak tenang, dan semacamnya. Itu buat saya bebas masalah dengan diri saya
dan orang-orang di sekeliling saya Wawancara personal, 29 November 2012.
Kegiatan II Pada kegiatan ini, Aulia mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah
menjalani terapi. Hasil dari kegiatan tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Diri SAYA YANG DULU
Ketika sakit pikiran dan perasaan saya selalu pesimis dan mudah sedih. Berkat dukungan keluarga, teman-teman, tetangga, bahkan orang yang bekerja di rumah, saya bisa melewati
masa-masa sulit tersebut, karena saya merasa mereka juga masih membutuhkan saya. Tapi perasaan pesimis tetap sering muncul, kalau pikiran saya tidak tenang, resah, gelisah,
perasaan kecewa pada diri sendiri, takut, sehingga saya tidak bisa nyaman beraktivitas dan menjalani hari.
SAYA YANG SAAT INI Berusaha dan juga selalu optimis agar saya tidak mengalami hal-hal buruk yang terulang
kembali pada saya. Berusaha menghilangkan pikiran-pikiran yang negatif yang sekali-kali timbul dalam benak saya, dan berusaha lebih bersabar. Silaturahmi sudah mulai hangat,
karena saya sudah tidak lagi sensitif. Saya sudah lebih semangat, sudah lebih percaya diri, sudah bisa mengedepankan hal-hal positif yang saya miliki dalam diri saya meski status
saya sakit.
Universitas Sumatera Utara
SAYA DI MASA DEPAN Meniatkan dalam diri untuk menyambut masa-masa ke depan dengan jalan yang optimis
dan benar-benar berusaha menghindari hal-hal yang dapat memicu kembali timbulnya penyakit. Intinya ke depan saya ingin bisa punya sikap, pikiran dan perasaan positif seperti
sekarang, dan kalau bisa meningkat sehingga bisa jadi contoh untuk orang lain yang punya penyakit seperti saya.
Diskusi dari lembar evaluasi Aulia menghasilkan peningkatan terhadap emosi- emosi positif dalam dirinya. Ia merasa lebih positif untuk saat ini dan ke depan, yang
membuatnya lebih optimis dalam menjalani hari dengan kondisi kesehatannya. Ia sudah dapat memahami keterbatasannya terkait kondisi kesehatannya, dan hal tersebut telah
mereduksi kekecewaan, kegelisahan dan ketakutannya selama ini. Ia mulai terbiasa untuk membuat dirinya tidak lagi berkecil hati dengan ujian kesehatan yang diberikan padanya
karena ia juga sudah mampu memahami hal yang menjadi kelebihannya, kualitas dan potensi diri yang dimilikinya sebagai sesuatu yang dapat ia manfaatkan dan patut ia
syukuri. Emosi-emosi positif yang muncul dari pikiran dan perasaan positifnya semakin meningkatkan keimanan, spiritual dan rasa syukurnya untuk lebih menghargai makna dari
kesehatan. Kegiatan III
Setelah melakukan diskusi dan evaluasi terhadap kondisi Aulia, sebelum, saat dan setelah melakukan serangkaian aktivitaskegiatan terapi, diperoleh data bahwa Aulia telah
mengalami peningkatan terhadap psychological well-being terutama untuk dimensi self acceptance dan positive relational with others. Pikiran dan sikap positif yang dimilikinya
telah berhasil membuatnya meningkatkan emosi-emosi positif yang dimilikinya dan meminimalisir emosi-emosi negatif yang selama ini menghambatnya untuk memiliki
kesejahteraan psikologis. Melihat perubahan tersebut, maka terapis dan Aulia sepakat untuk melakukan terminate. Aulia yang telah merasakan manfaat dan perubahan positif
Universitas Sumatera Utara
selama proses terapi, akan terus menggunakan apa yang telah ia dapat selama terapi untuk mengoptimalkan psychological well-being dalam dirinya.
3 Kesimpulan
Pada akhir sesi terapi ini, Aulia sudah lebih mampu memahami bagaimana ia harus mengelola episodes well-being yang terjadi padanya dengan memanfaatkan peranan well-
being dari setiap situasi dan pengalaman terkait kondisi kesehatannya. Aulia sudah lebih mampu untuk memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan untuk
meningkatkan dimensi self acceptance dan positive relational with others pada psychological well-being dan berkeinginan untuk terus mempertahankannya.
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan WBT Partisipan I SESI
TUJUAN KEGIATAN
HASIL
Sesi I Aulia mendapatkan
insight mengenai
pikiran dan
keyakinan interupsi premature
yang menghambatnya
memperoleh well-
being yang optimal.
- Penjelasan
dan pengisian
lembar “Suasana Hati” -
Penyampaian informasi dan pemahaman mengenai terapi
yang akan diberikan alasan, tujuan, waktudurasi, peran
terapis dan peran partisipan
- Penjelasan mengenai episodes
of well-being dengan meminta Aulia
memberikan contoh
dalam hidupnya.
Setelah partisipan memberikan contoh
yang benar,
peneliti menjelaskan
tentang self
observation, diikuti dengan contoh dari partisipan. Terapis
meminta partisipan
untuk memberikan contoh kejadian
dengan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik,
sangat baik -
Aulia mulai dapat secara terbuka
mengemukakan perasaan-perasaan negatif dan
perasaan-perasaan positif
mengenai diri dan kesehatannya -
Aulia cukup mudah memahami segala
hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan terapi
- Aulia sedikit butuh waktu untuk
mendapatkan insight
guna meminimalisir
pikiran dan
keyakinan interupsi premature yang
menghambatnya memperoleh well being yang
optimal hingga akhirnya ia berhasil
Sesi II Aulia mendapatkan
insight untuk
memiliki sikap
positif terhadap
- Pemeriksaan dan diskusi tugas
episodes well being. -
Meminta kesediaan Aulia untuk menceritakan bagaimana
- Aulia sudah cukup baik dan
sudah cukup mengerti mengenai peranan
well-being dari
pengalamannya, meski untuk
Universitas Sumatera Utara
dirinya, dan merasa positif dengan hal
yang terjadi. ia
mengatasi situasi-situasi
dimana ia
merasa tidak
beruntung menderita sakit -
Belajar menggunakan “Lembar Potensiku
” yang membantunya untuk
menganalisa potensi
yang ia miliki saat dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia
merasa tidak
beruntung menderita sakit
- Diskusi hasil pengisian Lembar
Potensiku, digunakan untuk menghasilkan sikap menerima
diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki
pandangan
positif terhadap
kondisi kesehatannya beberapa pengalaman ia masih
membutuhkan tuntunan dari peneliti.
Ia mengaku
perasaannya menjadi
lebih positif.
- Aulia berhasil menganalisa
beberapa hal positif yang ia miliki,
dintaranya: sikap
pantang menyerah, sikap ingin tahu,
mandiri, dan
rasa religiusitas yang tinggi pada
Allah, dan juga hal negatif di suatu
waktu yang
menghambatnya untuk bersikap positif,
diantaranya: keras
kepala, sensitif, dan perasaan khawatir dan takut yang sulit ia
kendalikan.
- Aulia mulai menyadari bahwa
di setiap pengalaman sulit yang ia jalani, ia memiliki kelebihan
dan kekurangan diri.
- Aulia mulai menyadari bahwa
kelebihan-kelebihannya dapat ia gunakan untuk membuat dirinya
menjadi lebih baik.
Sesi III Aulia
dapat memiliki
sikap menerima diri apa
adanya dari
segi positif
maupun negatif,
dan memiliki pandangan
positif terhadap
situasi saat ini dan situasi
di masa
depan -
Pemeriksaan dan diskusi tugas episodes well being.
- Meminta kesediaan Aulia
untuk bercerita
mengenai situasi-situasi
dimana ia
merasa puas dengan dirinya, senang dengan apa yang terjadi
dan memiliki hal yang sesuai dengan harapannya. Lalu cerita
mengenai
situasi-situasi dimana ia merasa tidak puas
dengan dirinya, kecewa dengan apa
yang terjadi
dan harapannya
dalam kondisi
sekarang. -
Mengajarkan penggunaan
“Lembar Caraku Bersyukur” -
Berdiskusi tentang hasil dari lembar
“Caraku Bersyukur” -
Aulia mendapatkan
pemahaman mengenai episodes of well-being dan peranan well-
being untuk
kemudian menuntunnya
memperoleh hikmah
dari kondisi
kesehatannya. -
Aulia merasa puas, senang dan memiliki banyak harapan yang
berhasil ia wujudkan dalam kondisi sehatnya. Meskipun ia
tidak memungkiri bahwa, ada beberapa hal yang kadang
mengecewakannya
ketika harapannya tidak berhasil ia
wujudkan dengan
alasan tertentu.
Ketidakpuasan, kekecewaan,
justru benar-
benar mulai sangat ia rasakan ketika kondisi kesehatannya
memburuk. Akan tetapi Aulia memiliki
harapan dalam
Universitas Sumatera Utara
kondisi kesehatannya saat ini, yakni masih dapat menjalankan
perannya sebagai istri, ibu dan wanita
bekerja dalam
keterbatasannya. -
Aulia menyadari bahwa selama ini harapannya yang besar
terhadap diri dengan kondisi kesehatannya saat ini, sulit
untuk
ia wujudkan
yang kemudian membuatnya resah,
gelisah, khawatir dan takut. -
Aulia berhasil mendapatkan insight untuk memiliki sikap
positif terhadap dirinya, dan ia pun sudah dapat merasa positif
dengan apa yang terjadi. Ia mulai menyadari banyak hal
yang ia miliki dan juga alasan yang patut ia syukuri dalam
hidupnya.
Sesi IV Aulia mendapatkan insight
untuk memiliki hubungan
positif, hangat dan dapat
dipercaya dengan orang-orang
terdekat dan orang- orang di sekitarnya.
- Pemeriksaan tugas episodes
well-being. Tugas diperiksa dan
didiskusikan untuk
mendapatkan gambaran
mengenai pemahaman
partisipan akan episodes of well-being dan menuntunnya
agar mendapat insight akan hubungan yang positif dengan
orang-orang
yang ada
di sekitarnya
- Meminta
partisipan menceritakan
situasi-situasi dimana
ia merasa
tidak memiliki
hubungan yang
positif, hangat
dan dapat
percaya dan mengidentifikasi pikiran
dan keyakinannya
terhadap situasi-situasi tersebut -
Memperkenalkan dan
mengajarkan penggunaan
“Lembar Saling Memberi” dan Menerima kepada partisipan
yang dapat
membantunya memiliki
hubungan positif,
hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat
- Aulia semakin baik dalam
melihat episodes of well-being yang terjadi pada setiap situasi
dan pengalamannya.
- Aulia
menyadari tentang
kebutuhannya untuk menjalin hubungan
positif dengan
orang-orang di
sekitarnya, meski ia masih sulit untuk
melakukannya. -
Aulia berhasil mengidentifiksi pikiran dan keyakinannya yang
keliru yakni
kesulitanhambatan yang
dialami dipengaruhi
oleh perasaannya
yang sensitif,
sehingga memicu penilaian negatif dalam dirinya terhadap
diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya
yang sulit
ia kendalikan.
Universitas Sumatera Utara
dan orang-orang di sekitarnya Sesi V
- Aulia
mampu memahami
bagaimana mengelola
episodes of well being yang terjadi
padanya.
- Aulia
mampu memanfaatkan
hal-hal dan
kegiatan-kegiatan yang
sudah dilakukan untuk
meningkatkan psychological
well being dalam dirinya berkaitan
dengan
kondisi kesehatannya,
serta meningkatkan
hubungan positif dengan orang lain
yang
ada disekitarnya.
- Evaluasi tugas episodes of
well- being -
Mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah menjalani
terapi -
Terminasi -
Pemahaman Aulia
yang semakin baik terhadap cara
mengelola episodes of well- being
yang terjadi
pada dirinya.
- Aulia paham bahwa peranan
well-being pada
setiap pengalaman yang berkaitan
dengan kodisi kesehatannya membuat perasaannya menjadi
positif dan membuatnya lebih
“sehat” dalam keseharian. -
Peningkatan terhadap emosi- emosi positif, merasa lebih
positif untuk saat ini dan ke depan.
- Aulia sudah mulai dapat
memahami keterbatasannya
terkait kondisi kesehatannya, dan
hal tersebut
telah mereduksi
kekecewaan, kegelisahan dan ketakutannya
selama ini. Ia tidak lagi berkecil hati dengan ujian
kesehatan
yang diberikan
padanya karena ia juga sudah mampu memahami hal yang
menjadi kelebihannya, kualitas dan
potensi diri
yang dimilikinya sebagai sesuatu
yang dapat ia manfaatkan dan patut ia syukuri.
- Emosi-emosi positif yang
muncul dari
pikiran dan
perasaan positifnya semakin meningkatkan
keimanan, spiritual dan rasa syukurnya
untuk lebih menghargai makna dari kesehatan.
- Aulia merasakan manfaat dan
perubahan positif
selama terapi,
dan akan
terus menggunakan apa yang telah ia
dapat selama terapi untuk mengoptimalkan psychological
well-being dalam dirinya.
Universitas Sumatera Utara
d. Follow-Up
Kegiatan follow-up dilakukan setelah seluruh terapi dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat konsistensi perilaku yang sudah didapatkan selama proses terapi dan setelah
pelaksanaan terapi berakhir. Kegiatan follow-up ini berlangsung dua kali, yakni yang pertama dua minggu setelah kegiatan terapi berakhir dan yang kedua setelah satu bulan
setengah setelah kegiatan terapi berakhir.
1. Follow-up I 2 minggu setelah kegiatan terapi
Terapis mendatangi Aulia setelah dua minggu selesai terapi dan melakukan wawancara terkait hasil terapi yang mampu dipertahankan dan ditingkatkan oleh Aulia
dengan memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan selama proses terapi. Adapun hasil wawancara tersebut terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Hasil Follow Up I
Dimensi PWB HalKegiatan yang Dilakukan
Hasil
Penerimaan diri self acceptance
- Situasi sehari-hari dijalani
dengan berpikir positif - Mengabaikan kecemasan dan
ketakutan yang
muncul pikiranperasaan
negatif dengan
memanfaatkan peranan
well-being dari
situasi yang menimbulkan cemas dan takut
- Memanfaatkan
kelebihan, kualitas dan potensi diri
untuk menjadi percaya diri dan terbiasa untuk terbuka
terhadap diri sendiri
- Meningkatkan ibadah untuk terus menjaga diri agar terus
bersyukur - Kecemasan dan ketakutan
tereduksi - Menerima kelemahan dan
keterbatasan karena
penyakit, dengan
memanfaatkan kelebihan,
kualitas dan potensi diri yang dimiliki
- Semakin dekat dengan Tuhan dan rasa syukur
meningkat
Hubungan positif
dengan orang
lain positive relational with
others -
Berpikir positif dan bersikap wajar
terhadap perlakuan
keluarga, rekan kerja dan orang-orang terdekat lainnya
-
Menghadapi dan bersikap - Hubungan lebih hangat
dengan orang-orang
terdekat dan orang-orang di sekitar
Universitas Sumatera Utara
biasa dengan
kunjungan, pertanyaan dan pembicaraan
seputar kondisi kesehatan
-
Kembali aktif mengikuti kegiatan informal bersama
rekan kerja dengan tetap memprioritaskan kesehatan
2. Follow up II 1,5 bulan setelah kegiatan terapi