DIAGNOSA SARAN IDENTITAS KELUHAN GAMBARAN PSIKOLOGIS

yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, ia mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil mencapai posisi terbaik yang ia inginkan dalam pekerjaan dan ketika ia berhasil mempertahankan posisinya tersebut. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Aulia tidak dapat menerimamenolak keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan. Ia mengembangkan defensive berupa distortion, dengan membiarkan pengalaman muncul ke kesadaran tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan self. Kondisi ini membuatnya menjadi semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Ia merasa dikasihani karena penyakitnya, dan hal tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.

5. DIAGNOSA

Axis I : 293.84 Anxiety Disorder Due to General Medical Condition Axis II : V71.09 No Diagnosis, represi menekan perasaan untuk menghindari konflik Axis III : Carcinoma mamae with metastase pulmo Axis IV : Occupational problem; difficult work condition sulitterhambat melakukan tugas-tugas rumah dan tugas-tugas kantor Axis V : 65

6. SARAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, disarankan agar Aulia mengikuti well being therapy. Tujuan dari terapi ini adalah agar Aulia mampu meminimalisirmereduksi emosi-emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, sehingga Aulia lebih terbuka dan mampu untuk menerima kondisinya saat ini dan menjalin hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitarnya. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN II DATA RESUME PARTISIPAN II Universitas Sumatera Utara DATA RESUME PARTISIPAN II

7. IDENTITAS

Nama : Rheina Usia : 39 Tahun Tanggal pemeriksaan : September sd Januari 2012 Tempat pemeriksaan : Home visite

8. KELUHAN

Rheina selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali ada bagian tubuhnya yang terasa nyeri dan sakit. Ia merasa khawatir bahwa penyakit kanker payudara yang ia derita telah menyebar dan menggerogoti bagian tubuhnya yang lain, sehingga akan kembali membuat kondisinya tidak berdaya dan memperjelas statusnya sebagai perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang ia maksud adalah menjadi hanya memiliki sebelah payudara, dan terbatas dalam menjalankan peran sebagai istri untuk membantu suami menafkahi keluarga dan sebagai ibu yang mendampingi anak- anaknya tumbuh dewasa. Kondisi ini membuatnya lebih sensitif dan sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya.

9. HASIL ASESMEN d. Kesimpulan Observasi

Rheina bersikap ramah dan ingin selalu terlihat ceria meski ia sedang dihadapkan pada permasalaha hidup berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Ia cenderung tertutup, dan hanya akan bercerita kepada orang-orang yang dianggap dekat atau orang-orang yang ia percaya. Selama pemeriksaan, ia cukup ekspresif untuk menunjukkan emosi-emosi negatif yang ada dalam dirinya, seperti ketika mengekspresikan perasaan sedih, perasaan kesal, perasaan takut, perasaan marah, dan perasaan kecewanya. Perasaan-perasaan tersebut tergambar jelas ketika ia bercerita mengenai keluhan dan permasalahan yang ia alami. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Universitas Sumatera Utara

e. Kesimpulan Wawancara 1 Data Autoanamnesa

Rheina berasal dari keluarga besar dengan ayah yang dua kali kembali menikah setelah ibunya meninggal dunia, dan kenyataan bahwa ia yang masih berusia 11 tahun waktu itu harus mengasuh adiknya yang masih kecil dan tinggal terpisah dari ayahnya meski ayah mencukupi kebutuhan hidup mereka. Rheina tumbuh dalam kondisi ayah yang jarang ada bersama mereka dan ibu pengganti yang tidak mampu berperan menjadi sosok ibu yang diharapkan. Sosok ibu yang diharapkan yang ia maksud adalah sosok ibu yang menyayangi, mendampingi, dan memenuhi segala kebutuhan Rheina dan saudaranya. Kondisi tersebut membuatnya tumbuh mandiri dengan peran sebagai kakak sekaligus ibu bagi adiknya. Ketekunan dan kerja keras membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan dengan nilai yang cukup memuaskan, meski butuh kesabaran sebelum akhirnya ia berhasil mendapatkan pekerjaan. Rheina sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria, namun pada akhirnya selalu berakhir dengan kesedihan dan kecewaan. Rheina kemudian bertemu dengan Rudy yang dianggap memahami dan menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Ia kemudian menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang anak. Kehidupan pernikahannya berjalan harmonis meski kesulitan ekonomi dan campur tangan dari pihak keluarga Rudy sering kali menjadi permasalahan tersendiri di keluarga kecil mereka. Rheina yang ikut membantu Rudy mencari nafkah, membuatnya mengabaikan rasa lelah dan tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah mengalami keluhan-keluhan berkaitan dengan fisiknya sampai suatu hari di bulan Maret 2007, Rheina merasa nyeri di payudaranya sebelah kanan dan ia mudah lelah ketika menjalani aktivitasnya. Rheina berusaha mengabaikan keluhan fisiknya sampai kondisinya semakin hari semakin mengkhawatirkan, sehingga Rudy membawanya memeriksakan diri ke dokter. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa Rheina memiliki tumor jinak yang tumbuh di sebelah kanan payudaranya sehingga harus dilakukan operasi untuk pengangkatan tumor jinak tersebut. Rheina merasa sedih, shock, namun ia berusaha bersikap tegar setelah mendapat dukungan dari suami, anak-anak, dan keluarganya. Saat itu ia berpikir bahwa ia harus tetap sehat demi keluarganya, meski kesehatannya harus melalui operasi untuk mengambil penyakit dari tubuhnya. Setelah operasi pengangkatan, Rheina tidak mengalami keluhan yang signifikan pada payudaranya seperti sakit atau nyeri, dan yang lainnya. Ia merasa gembira karena Universitas Sumatera Utara kembali dapat bekerja dan beraktivitas seperti sebelumnya. Akan tetapi pada bulan September di tahun yang sama, ia kembali merasakan keluhan di payudara sebelah kanannya yang dirasa sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pada awalnya ia abaikan sampai akhirnya suami memaksanya kembali memeriksakan diri ke dokter. Hal yang mengejutkan Rheina dari pemeriksaan tersebut adalah ketika dokter kembali memberitahu Rheina bahwa telah tumbuh tumor ganaskanker pada payudaranya yang di sebelah kanan. Hal ini membuat Rheina harus melakukan operasi pengangkatan pada seluruh payudara sebelah kanannya. Rheina merasa kecewa, sedih, shock, dan tidak terima atas ujian kesehatan yang menimpanya. Ia merasa ujian yang ditujukan padanya sangat berat untuk dipikul, membuatnya tidak berdaya sehingga pada akhirnya ia menyerah dengan kondisi yang mengharuskannya hanya memiliki sebelah payudara. Setelah pembedahan, Rheina menjadi tidak percaya diri dengan bentuk payudaranya, terutama ketika meraba bagian payudaranya, ketika berhadapan dengan suami, dan ketika melihat bentuk payudara wanita lain yang masih utuh. Akan tetapi, Rheina masih tetap melakukan hubungan suami istri dengan Rudy, meski ia sering kali merasa tidak nyaman dengan bentuk payudaranya. Rheina sering menyamarkan bentuk payudaranya dengan segala cara seperti menambahkan ganjalan di dalam bra yang ia pakai, dengan memakai jilbab yang menjuntai ke bawah menutupi payudaranya dan dengan memakai pakaian yang longgar dari yang biasa ia pakai. Selain pembedahan, Rheina juga masih harus mengikuti radiotherapy sebanyak 25 kali, dan kemoterapi sebanyak 11 kali yang membuatnya sulit tidur, merasakan mual, muntah, panas, kaku, nyeri, rambut rontok, dan sebagainya, sebagai efek radiotherapy dan kemoterapi yang ia jalani. Rheina merasa beban dan ujian hidupnya semakin berat, membuatnya semakin tidak berdaya dan merasa tersakiti dengan vonis dan segala tindakan medis yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi dari semua hal yang terjadi berkaitan dengan pemulihan kesehatannya, baginya hal yang tidak mampu dipulihkan adalah kondisinya yang tidak lagi sebagai wanita sempurna, yakni wanita yang menderita penyakit kanker payudara yang hanya memiliki satu payudara. Ia tidak menyukai bentuk payudara dimana satu payudara sudah tidak ada lagi, dan sering kali bersedih dan menjadi lebih sensitif dalam keseharian. Meski demikian, Rheina berupaya untuk tetap terlihat tegar dan termotivasi berkat dukungan keluarga, terutama dari suami dan anak-anaknya. Ketika melihat kedua anaknya, ia dapat menjadi lebih kuat karena ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh dengan kekurangan kasih sayang ibu seperti Universitas Sumatera Utara ketika dulu ia di masa kanak-kanak. Hal tersebut membuat Rheina membiasakan diri dengan penyakit dan payudaranya yang hanya tinggal sebelah, membuatnya kembali beraktivitas, dan menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Meski demikian perasaan sedih dan kecewa dalam dirinya masih saja sering muncul. Pada tahun 2011, Rheina kembali merasakan keluhan pada bagian lengan kanannya yang terasa nyeri dan tegang ketika digerakkan. Selain itu, ia sering merasa sesak dan sulit bernafas ketika ia telah lelah beraktivitas. Kondisi tersebut membuatnya khawatir dan takut jika ia menderita penyakit baru. Rheina yang kemudian ditemani oleh suaminya, kembali memeriksakan diri ke dokter. Kekhawatiran Rheina pun terjawab ketika dokter kembali memvonis bahwa kankernya kembali tumbuh di ketiakaksila sebelah kanan, meski massanya tidak terlalu besar. Selain itu, sel kanker yang ada di tubuh Rheina telah mulai menyebar hingga ke paru yang terkadang membuatnya sesak dan sulit bernafas. Kondisi ini membuat Rheina harus kembali mengikuti kemoterapi sebanyak 6 kali, yang jadwalnya akan berakhir pada bulan September 2012. Kemoterapi tahap lanjut yang dijalani Rheina, sangat menguras energi dan keikhlasannya. Ia merasakan efek fisik dan mental yang lebih parah dibandingkan kemoterapi tahap sebelumnya. Saat ini Rheina menjadi sangat hati-hati dan menjadi sangat perasa ketika ia merasakan nyeri, sakit atau hal yang tidak beres pada tubuhnya. Ia menjadi takut, cemas dan gelisah, merasa khawatir bahwa penyakit kanker payudara yang ia derita telah menyebar dan menggerogoti bagian tubuhnya yang lain. Ia tidak ingin kembali sakit yang membuatnya tidak berdaya dan memperjelas statusnya sebagai perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang ia maksud adalah menjadi hanya memiliki satu payudara dan terbatas dalam menjalankan peran sebagai istri yang membantu suami menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang mendampingi anak-anaknya tumbuh dewasa. Di satu sisi Rheina menyadari bahwa penyakit yang dideritanya membuatnya banyak memiliki keterbatsaannya, namun di sisi lain ia merasa tidak nyaman jika harus meminta bantuan dan perhatian dari orang lain meski ia merasa membutuhkannya. Kondisi tersebut membuat Rheina lebih sensitif, menjadi mudah marah dan mudah sedih, sehingga menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Universitas Sumatera Utara 2 Data Alloanamnesa Diperoleh dari : Rudy 43 tahun, laki-laki Hubungan dengan Rheina : Suami Menurut Rudy, vonis kanker payudara dan serangkaian tindakan medis yang dilakukan oleh dokter telah membuat banyak perubahan pada Rheina, dari yang dulunya bersemangat dalam banyak hal, ceria, banyak bicara dan terbuka, berubah menjadi murung, banyak memiliki ketakutan, bersikap tertutup dan sensitif untuk hal-hal yang tidak pada tempatnya dan terkadang sensitif tanpa alasan yang jelas. Kadang Rheina mengawali hari dengan ceria dan bersemangat untuk mempersiapkan barang dagangannya, namun mendadak marah ketika Rudy dan kedua anak mereka membantunya tanpa diminta. Akan tetapi di waktu lain ketika Rudy melihat Rheina mengawali hari dengan ceria dan semangat, maka ia dan kedua anaknya menunggu waktu kapan mereka harus membantu, namun hal tersebut malah membuat Rheina marah. Rudy sering mendapati Rheina murung, dan ketika ditanya atau ketika Rudy mencoba menghiburnya, maka Rheina malah lebih murung, bahkan juga terkadang memicu kemarahan Rheina. Kondisi perubahan yang terjadi pada Rheina sering membuat Rudy bingung dalam bersikap dan sering kali memicu perselisihan mulut diantara ia dan Rheina. Rheina sulit diajak bicara dengan baik-baik, dan selalu berpikir bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya terutama keluarga tidak ada yang peduli dan perhatian padanya. Rudy mencoba memahami kondisi kesehatan Rheina, dan memberi pengertian kepada kedua anak mereka untuk juga memahami dan sabar dalam menghadapi Rheina, serta terus mendukung agar Rheina bisa sehat, ceria dan bersemangat lagi seperti sebelumnya. Diperoleh dari : Reza dan Erna 15 dan 11 tahun, laki-laki dan perempuan Hubungan dengan Rheina : Anak Menurut Reza dan Erna, Rheina banyak berubah sikap semenjak bermasalah dengan kondisi kesehatanannya. Perubahan sikap tersebut seperti mudah sensitif dalam keseharian, dan khawatir yang berlebih terhadap segala hal yang terkait dengan perubahan-perubahan yang Rheina rasakan dalam tubuhnya. Rheina sering sensitif untuk hal yang tidak pada tempatnya, dan seringnya tanpa alasan yang bisa dimengerti oleh Reza dan Erna. Rheina juga sering berpikir kalau ia menghadapi sendiri penyakitnya, tanpa ada satu orang pun yang peduli dan mengerti dia, padahal Rheina yang sering kali menganggap salah kepedulian dan perhatian yang diberi. Kondisi ini membuat hubungan yang mereka jalani dengan Rheina kurang harmonis. Perubahan tersebut kadang membuat Universitas Sumatera Utara keduanya bingung dalam mencari cara terbaik untuk memperlakukan ibunya tersebut, agar tetap semangat melawan penyakitnya.

f. Kesimpulan Tes 1 Tes Inteligensi

Hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Rheina memiliki kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas Full Scale IQ=110 menurut skala Wechsler. Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Rheina dalam perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara mudah, dan memiliki long term memory yang cukup baik. Namun ia kurang memiliki kemampuan dalam penalaran angka dan komputansi, kurang dapat mengingat hal-hal yang sifatnya jangka pendek, tidak mampu berfikir fleksibel sehingga rentan mengalami kecemasan. Untuk kemampuan performance, kemampuan yang paling menonjol adalah kemampuannya dalam hal identifikasi dan perhatian visual, serta kesadaran terhadap detail. Sedangkan kemampuan yang kurang dapat dilakukannya adalah kemampuan untuk membedakan atau menghubungkan antara satu objek dengan objek lainnya, kemampuan dalam hal visual motorik, dan kemampuan untuk belajar dan merespon hal baru, sehingga ia mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan baru di dalam kehidupannya. 2 Tes Kepribadian Hasil tes kepribadian menunjukkan bahwa Rheina memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Ia merasa tidak yakin dan cemas akan ketidakmampuannya dalam mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan harapannya TAT. Hal ini terkait dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha, nasibtakdir dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk mendukung dan mendengarkannya, untuk menyayangi, perhatian dan peduli padanya HT, HLOC, TAT. Akan tetapi ia merasa lingkungan sekitar meninggalkannya, mengabaikannya dan menolaknya TAT. Ia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi dengan orang- orang yang lebih tua darinya yang membuatnya mampu bersikap menyayangi dan menunjukkan kepeduliannya, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda dan seumuran dengannya. Meski pada dasarnya ia juga dapat bersikap menyayangi dan peduli pada orang-orang yang lebih muda dan seumur dengannya, namun terkadang pengabaian dan penolakan dari mereka membuatnya merasa khawatir dan mengalami kekecewaan TAT. Ia butuh waktu dan memiliki toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan labil Universitas Sumatera Utara secara emosi sehingga ia rentan mengalami kecemasan terutama ketika dihadapkan pada permasalahan-permasalahan baru di dalam kehidupannya HT, TAT

10. GAMBARAN PSIKOLOGIS

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rheina dapat dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa isi self yang dimiliki Rheina adalah tanggung jawab, punya keinginantekad yang kuat. Isi self ini berkembang dari riwayat keluarganya. Rheina memiliki ideal self berupa untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab dengan berperan sebagai istri yang membantu menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang menyayangi dan mendampingi anak- anaknya hingga tumbuh dewasa. Dalam perjalanan hidup Rheina selanjutnya, setelah beberapa kali pacaran yang berakhir karena pasangan Rheina menganggap Rheina wanita yang kurang peduli pada pasangan, Rheina akhirnya menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang anak. Rudy mampu memahami dan menerimanya, dan bersama Rudy membuat Rheina merasa bahwa akan terpenuhi ideal selfnya. Akan tetapi beberapa tahun berselang, kehidupan Rheina berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus menjalani beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatannya. Mulai saat itu, Rheina merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya. Kondisi ini tidak sesuai dengan ideal self yang ada pada Rheina, dan menimbulkan kecemasan anxiety pada dirinya. Hal ini didasari oleh hambatannya untuk melakukan organismic valuing process ketika ia berperan sebagai ibu dalam kondisi sakit. Ia menyadari kondisinya, namun ia tidak mau mengevaluasi keadaan berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi kesehatannya yang kemungkinan semakin memburuk, membuatnya tidak mampu menjalankan peran sebagai istri dan ibu sesuai dengan ideal selfnya. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan perkembangan positive regard ke positive self regard yang dimiliki oleh Rheina, dimana ia memiliki tuntutan yang tinggi pada dirinya. Hal ini dikembangkan dari pengalamannya yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, Rheina mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil berperan menjadi sosok ibu bagi saudaranya saat mereka tidak memiliki sosok ibu, dan ketika ia berhasil mendampingi suami dan keluarga saat keluarga besar suami melecehkan kondisi mereka yang sulit di awal pernikahan. Universitas Sumatera Utara Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Rheina tidak dapat menerimamenolak keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan setiap kali merasakan sakit dan nyeri atau hal yang tidak beres pada tubuhnya. Apa yang terjadi pada Rheina berkaitan dengan kondisi kesehatannya, merupakan defensive yang muncul pada dirinya. Defensive yang dikembangkan oleh Rheina yaitu denial. Rheina mempersiapkan struktur self dari ancaman dengan menolak munculnya pengalaman yang menimbulkan kecemasan tersebut. Kondisi ini membuat Rheina menjadi semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Rheina merasa perhatian dan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya tidak tulus dan hanya untuk membuatnya senang. Rheina merasa dirinya dikasihani karena penyakitnya, dan hal tersebut membuat Rheina merasa tidak nyaman. Ia merasa dirinya menjadi beban orang-orang di sekitarnya.

11. DIAGNOSA