Efek samping radiasi yang dapat dirasakan adalah mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, infeksiperadangan, reaksi pada kulit seperti terbakar sinar
matahari, rasa lelah, sakit pada mulut dan tenggorokan, diare dan kebotakan dalam Chyntia, 2009. Terapi radiasi dapat menyebabkan luka kecil pada paru-paru, sehingga
mengakibatkan iritasi dan batuk, atau terkadang sulit bernapas dalam Dixon dan Leonard, 2002. Beberapa pasien kehilangan selera makannya dan mengalami kesulitan pada sistem
pencernaan mereka selama pengobatan Odgen, 2004. Efek samping tersebut bersifat kumulatif, beberapa pasien semakin merasa buruk
pada akhir rangkaian pengobatan daripada awal pengobatan. Pada sebuah studi, hampir sepertiga dari pasien masih mengeluh akan rasa lelah yang berlebihan setelah terapi radiasi
dan masih dirasakan setahun setelah pengobatan berakhir Fallowfield, dalam Tavistock Routledge, 2002. Lucas dalam Tavistock Routledge, 2002 menemukan bahwa
terdapat korelasi yang kuat antara jumlah terapi radiasi yang diberikan, reaksi yang tidak menyenangkan, dan berikutnya psychiatric morbidity, akan tetapi terkadang pikiran-
pikiran akan pengobatan saja pun cukup untuk menciptakan kecemasan. Tidak disangkal bahwa beberapa kecemasan dan depresi tersebut berkaitan dengan adanya diagnosa kanker
payudara, sehingga penyakit ini membuat wanita khawatir bahkan meskipun mereka memulai terapi radiasi dengan pikiran positif dan optimis.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker dalam Chyntia,
2009. Jadwal pengobatan kemoterapi sangat bervariasi. Seberapa sering dan seberapa lama pasien mendapatkan kemoterapi tergantung pada tipe dan stadium kanker, tujuan
pengobatan apakah kemoterapi digunakan untuk mengobati kanker, mengontrol
Universitas Sumatera Utara
perkembangannya, atau mengurangi gejala-gejala, tipe kemoterapi, dan bagaimana tubuh bereaksi terhadap kemoterapi dalam Bellenir, 2009.
Kemoterapi dibagi atas dua jenis yaitu kemoterapi sistemik dan kemoterapi regional. Kemoterapi sistemik adalah kemoterapi yang diberikan melalui mulut atau
disuntik melalui pembuluh darah vena atau otot, sehingga obat-obatan masuk ke aliran arah dan dapat mencapai sel kanker melalui tubuh. Sedangkan kemoterapi regional adalah
kemoterapi yang ditempatkan langsung ke dalam lajur spinal, organ, atau rongga tubuh, seperti daerah perut, sehingga obat-obatan akan mempengaruhi sel kanker di area tersebut.
Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan meracuni atau membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak
menyebar atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker dalam Chyntia, 2009. Sayangnya, obat-obatan anti kanker tidak dapat mengenali sel-sel kanker
secara spesifik, dan akan membunuh sel-sel lain yang membelah secara aktif seperti sel-sel darah atau sumsum tulang dan rambut dalam Dixon dan Leonard, 2002.
Kemoterapi mempengaruhi orang dengan cara yang berbeda. Bagaimana efek fisik yang dirasakan tergantung dari seberapa sehat seseorang sebelum pengobatan, tipe kanker,
seberapa parah kanker tersebut, jenis kemoterapi yang didapatkan, dan dosisnya. Beberapa efek samping yang umum terjadi akibat kemoterapi adalah rasa sakit, nyeri dan luka pada
mulut dalam Bellenir, 2009. Pasien yang menerima kemoterapi akan mengalami peningkatan risiko terkena infeksi, dimana hal ini menandakan bahwa mereka
membutuhkan perawatan ekstra untuk menghindari situasi yang berisiko. Depresi dan rasa
lelah akan membuat keadaan tersebut semakin memburuk dalam Odgen, 2004.
Kebanyakan pasien yang diberikan kemoterapi juga mengalami mual, muntah, dan kerontokan rambut dalam Tavistock Routledge, 2002. Banyak orang yang
memandang bahwa rambut mereka merupakan bagian yang sangat penting dari
Universitas Sumatera Utara
penampilan. Pada beberapa budaya, rambut juga merupakan lambang dari kesuburan atau status, sehingga kerontokan rambut dapat menjadi pengalaman yang begitu sulit dalam
Odgen, 2004. Kebanyakan efek samping mereda setelah kemoterapi berakhir. Tetapi terkadang efek tersebut dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Kemoterapi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang yang tidak kunjung reda seperti kerusakan hati, paru-paru, ginjal, saraf, atau organ reproduksi. Beberapa tipe
kemoterapi bahkan dapat menyebabkan kanker tambahan beberapa tahun kemudian dalam Bellenir, 2009.
Pada wanita yang telah mengalami banyak penderitaan secara fisik dan emosional akibat kanker payudara yang mereka derita, kabar bahwa sekarang mereka harus
menjalani beberapa rangkaian kemoterapi selama periode lebih dari 6 bulan, sering menciptakan rasa takut sekaligus curiga. Seperti ketika kebutuhan akan terapi radiasi yang
membuat ketakutan karena kanker yang tidak dapat disembuhkan secara efektif dengan pembedahan, kebutuhan akan kemoterapi juga akan menciptakan kecemasan yang serupa
dalam Tavistock dan Routledge, 2002. Dengan tidak melibatkan efek fisik yang muncul, terdapat banyak efek samping psikologis berkaitan dengan kemoterapi. Maguire dalam
Tavistock dan Routledge, 2002, mempelajari psychiatric morbidity pada wanita-wanita yang sedang menjalani mastectomy disertai dengan pemberian kemoterapi dengan yang
menjalani mastectomy saja. Secara signifikan, wanita-wanita yang juga menerima kemoterapi lebih mengalami kecemasan danatau depresi. Dan semakin mereka
mengalami efek samping yang buruk, maka semakin parah kecemasan danatau depresi yang dialami.
Universitas Sumatera Utara
5. Dampak Psikologis Individu dengan Kanker Payudara