Fase Pelaksanaan Terapi Sesi 1 : Pembukaan dan Identifikasi Masalah

Kondisi di atas menunjukkan bahwa kondisi Aulia setelah mastectomy dan munculnya kembali kanker payudara metastase dalam tubuhnya telah memicu emosi- emosi negatif dalam dirinya, yang kemudian mempengaruhi dimensi-dimensi psychological well-being yang dimilikinya. Dalam hal ini dimensi yang menjadi fokus penelitian adalah dimensi self acceptance dan dimensi positive relations with others. Kedua dimensi ini merupakan masalah utama pada Aulia yang memicu munculnya masalah emosi, yang kemudian mempengaruhi dimensi-dimensi yang lain, sehingga psychological well-being yang ia miliki tidak optimal. Dimensi-dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi autonomy, yakni Aulia merasa terhambat untuk menyesuaikan diri dengan tekanan sosial terkait dukungan dan penilaian dari lingkungan sekitarnya, dimensi environmental mastery, yakni mengalami hambatan untuk menciptakan situasi yang nyaman bagi dirinya di lingkungan, dimensi purpose in life, yakni Aulia merasa tidak memiliki arah dan tujuan dalam hidupnya, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi kesehatannya, dan dimensi personal growth, yakni Aulia merasa bosan dengan hidupnya yang terkait vonis dan tindakan medis yang harus ia jalani, dan merasa tidak mampu mengambil serta mengembangkan sikap atas kondisi yang terjadi.

c. Fase Pelaksanaan Terapi Sesi 1 : Pembukaan dan Identifikasi Masalah

Tujuan : Aulia mendapatkan insight mengenai pikiran dan keyakinan interupsi premature yang menghambatnya memperoleh well being yang optimal Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 3 November 2012 Waktu : 120 menit Universitas Sumatera Utara 1 Observasi Sesaat sebelum terapi, terapis dan Aulia melakukan perbincangan ringan seputar keseharian dan kondisi kesehatan Aulia. Dalam perbincangan tersebut, Aulia terlihat murung, sedih dan kecewa ketika memperlihatkan tangan kirinya yang tidak kunjung membaik, dan kondisi fisiknya yang semakin hari semakin terbatas melakukan aktivitas yang ia kehendaki. Untuk beberapa waktu, Aulia sempat terlihat melamun sambil meraba payudara kirinya. Perbincangan tersebut selesai ketika Aulia tersadar dari lamunannya, dan untuk sesaat telah mengabaikan terapis. Ketika kemudian terapis memintanya untuk bercerita mengenai lembar “Suasana Hati” yang berisi perasaan-perasaan positif dan negatif yang telah selesai ia tuliskan, ia terlihat lebih antusias ketika mengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya, bahkan perasaan-perasaan positif pun terkesan terabaikan dengan perasaan-perasaan negatifnya yang dominan. Hal tersebut membuatnya murung, dan membuat senyum di wajahnya memudar. Ekspresi wajahnya berubah ceria ketika mendengarkan terapis menyampaikan tentang kegiatan terapi, dan segala hal yang berkaitan dengan terapi yang akan dilakukan selama beberapa waktu ke depan. Hal yang disampaikan terapis membuat Aulia antusias dan bersemangat ketika memulai dan mengikuti kegiatan-kegiatan terapi. Tidak ada kendala yang berarti selama sesi pertama dilakukan. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi mengenai pengisian lembar observasi diri yang diberikan terapis. 2 Hasil terapi Kegiatan I Berdasarkan hasil dari pengisian dan cerita yang diutarakan Aulia dari lembar “Suasana Hati” miliknya, diperoleh data bahwa perasaan-perasaan negatifnya lebih banyak dibandingkan emosi-emosi positifnya. Emosi-emosi negatif tersebut diantaranya adalah emosi marah, sedih, kecewa, kesal, takut, khawatir dan gelisah yang mempengaruhi Universitas Sumatera Utara cara pandangnya terhadap diri dan kondisi kesehatannya. Ketika kemudian terapis menyampaikan informasi dan pemahaman pada Aulia mengenai segala hal yang berkaitan dengan terapi yang akan dilakukan, Aulia menerimanya dengan baik. Informasi pertama yang diberikan terapi adalah mengenai alasan dilakukannya terapi. Terapis menyampaikan bahwa kondisi kesehatan Aulia saat ini mempengaruhi cara pandangnya akan diri dan kemampuannya sehingga hal tersebut membuatnya tidak sejahtera secara psikologis. Ketidaksejahteraan secara psikologis tersebut dapat terlihat dari emosi-emosi negatif yang lebih dominan dibandingkan emosi-emosi positif yang dimilikinya, sehingga hal tersebut juga mempengaruhi kondisi kesehatannya. Selanjutnya terapis memberikan informasi yang kedua mengenai tujuan dari kegiatan terapi. Terapis menyampaikan bahwa tujuan kegiatan terapi adalah membantu Aulia untuk merasa sejahtera secara psikologis dengan meminimalisir emosi-emosi negatifnya dan meningkatkan emosi-emosi positif yang dimilikinya. Untuk hal tersebut perlu adanya kerja sama dari Aulia dan terapis dalam melakukan serangkaian kegiatan selama proses terapi hingga selesai, yakni selama lima sesi pertemuan dalam kurun waktu lima minggu. Kerja sama tersebut terkait dengan peran yang akan dilakukan masing- masing pihak, yakni peneliti yang juga sebagai terapis, dan Aulia sebagai partisipan dalam penelitian yang akan diberikan terapi. Informasi tersebut merupakan informasi ketiga, keempat, dan kelima yang diberikan oleh terapis. Ketika terapis selesai menyampaikan informasi tersebut, Aulia berkomentar seperti di bawah ini: “Kamu benar Ver, saya merasa diri saya buruk dan selalu saja menilai diri saya negatif. Tapi…meskipun saya sadar itu semua, saya tetap saja nggak bisa berhenti berpikir dan perasaan saya ini selalu saja negatif. Saya tahu…manusia sebagai makhluk ciptaanNya, tidak boleh kufur akan nikmat Allah. Saya bersyukur ketemu kamu, dan saya ingin dibantu untuk menjadi lebih baik. Untuk bisa buat saya tidak terus menerus berpikir tentang penyakit saya, dan untuk membuat saya sejahtera dengan pengalaman dan ilmu kamu” Wawancara personal, 3 November 2012. Universitas Sumatera Utara Kegiatan II Pada kegiatan kedua, terapis menjelaskan mengenai episodes of well-being pada Aulia. Penjelasan tersebut adalah bahwa episodes of well-being merupakan saat-saat ketika individu merasa sejahtera, memiliki pandangan dan pikiran yang positif, meski dalam situasi dan kondisi yang sulit sekali pun. Kata “sejahtera” yang diungkapkan terapis, menarik perhatian Aulia, seperti yang diungkapkannya di bawah ini: “Saya senang waktu kamu bilang kata „sejahtera‟. Kata itu buat hati saya nyaman, apalagi waktu diujungnya kamu bilang berpikir positif dalam situasi sulit. Kata itu unik bagi saya, tapi saya senang. Seperti ada harapan” Wawancara personal, 3 November 2012. Terapis kemudian meminta Aulia untuk memberikan beberapa contoh melalui pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Pengalaman tersebut merupakan bagian dari observasi diri yang selanjutnya dijelaskan oleh terapis. Dalam penjelasan tersebut, Aulia diminta untuk menulis pengalamannya dalam kolom situasi, pikiran dan perasaan yang muncul pada situasi tersebut, dan kemudian mengkategorikannya. Kategori yang diberikan berdasarkan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik. Hal tersebut terangkum dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Contoh Episodes of Well-Being NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI 1. Pergi sendiri ke dokter untuk memeriksakan benjolan yang ada di payudara Saya optimis bisa menyelesaikan masalah kesehatan saya sendiri, tapi kenyataannya saya terpuruk Buruk 2. Suami mendesak saya mengikuti saran dokter untuk operasi pembedahan Suami menunjukkan kepedulian terhadap saya, tapi membuat saya semakin sedih dengan penyakit saya Buruk 3. Kehadiran anak di saat saya memiliki peluang sangat kecil untuk memiliki keturunan Saya bisa menjadi ibu meski saya sakit, namun saya tetap merasa tidak sempurna Cukup 4. Saya dapat kembali bekerja setelah vonis pertama Saya merasa bahagia masih dapat bekerja, namun saya memiliki Cukup Universitas Sumatera Utara keterbatasan 5. Vonis kanker tumbuh kembali Orang-orang terdekat menyemangati saya, tapi saya merasa kecewa, khawatir, dan pesimis untuk masa depan Buruk tulisan bercetak miring merupakan peranan well-being Diskusi dilakukan pada setiap pengalaman yang disampaikan Aulia untuk kemudian membuatnya paham mengenai episodes of well-being dengan menekankan peranan well-being pada setiap pengalamannya. Dalam diskusi tersebut, perasaan-perasaan negatif Aulia masih mendominasi sehingga membuatnya butuh waktu untuk memahami peranan well-being yang ia miliki. Terapis kemudian memanfaatkan kata “sejahtera” yang menarik perhatian Aulia di awal dengan mengatakan: “Setiap pengalaman yang situasinya baik atau buruk, pasti ada saat ketika kita merasa sejahtera. Seperti tadi yang ibu bilang, merasa sejahtera membuat kita punya harapan. Sejahtera itu ada, ketika kita berpikir positif” Wawancara personal, 3 November 2012 Aulia kemudian tersenyum dan berkata: “Iya ya Ver, sepertinya ketutup karena udah mikir negatif duluan. Jadinya nggak sejahtera dong, nggak ada harapan juga kalau gitu. Ayuk kita coba lagi ya Ver” Wawancara personal, 3 November 2012. Setelah Aulia memberikan dan menyelesaikan dengan benar contoh-contoh episodes well-being, dan mulai memahami peranan well-being untuk membantunya, ia kemudian ditugaskan oleh terapis untuk mengisi lembar “Observasi Diri”, yang akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. 3 Kesimpulan Pada sesi pertama ini Aulia mulai dapat secara terbuka mengemukakan perasaan- perasaan negatif dan perasaan-perasaan positif mengenai diri dan kesehatannya. Ia cukup mudah untuk memahami segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan terapi dan Universitas Sumatera Utara dianggap cukup berhasil meski sedikit butuh waktu untuk mendapatkan insight guna meminimalisir pikiran dan keyakinan interupsi premature yang menghambatnya memperoleh well being yang optimal. Sesi II : Cognitive Restructuring: Self Acceptance I Tujuan : Aulia mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi. Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 9 November 2012 Waktu : 120 menit 1 Observasi Pada sesi ini Aulia banyak bercerita mengenai perasaan-perasaan negatifnya yang muncul ketika mengingat vonis pertama mengenai kondisi kesehatannya yang membuat ia kehilangan sebelah payudaranya, dan juga vonis kedua yang membuat perasaan-perasaan negatifnya tidak kunjung berkurang. Aulia terlihat murung dan dengan seketika ia menangis sambil mengelus-elus dadanya. Ia kemudian terlihat kesal dan menepuk-nepuk ringan tangan kirinya yang bengkak dan kaku sambil terus menangis, dan berbicara cepat mengenai kegelisahannya, ketakutannya dan keterbatasannya di masa depan. Terapis mencoba menenangkannya, memberinya tissue dan air mineral untuk ia minum. Ketika suasana menjadi lebih tenang, dan Aulia pun sudah kembali ceria, sesi terapi dilanjutkan dengan diskusi dan evalua si lembar isian “Observasi Diri” yang telah diselesaikan Aulia. Ia terlihat antusias dan bersemangat mengemukakan kemajuannya untuk melihat episodes well-being dari kejadian-kejadian yang ia alami. Antusias dan semangatnya juga masih terlihat ketika ia diminta untuk bercerita mengenai hal-hal yang ia lakukan dalam menghadapi situasi-situasi berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Universitas Sumatera Utara Untuk beberapa bagian cerita, nada suara Aulia mendadak menjadi rendah dan pelan, terutama pada bagian cerita saat ia merasa pesimis dalam menghadapi penyakitnya. Setelah Aulia selesai bercerita, peneliti menuntunnya untuk belajar menggunakan lembar “Potensiku”. Seluruh kegiatan di sesi kedua terapi ini berjalan lancar, Aulia cukup terbuka, terlihat antusias, dan cukup mudah mengerti instruksi yang disampaikan terapis. 2 Hasil terapi Kegiatan I Aulia menunjukkan hasil isian lembar “Observasi Diri” yang telah ia buat kepada terapis. Hasil isian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Diri NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI 1. Tangan kiri terasa lebih kaku dari hari biasanya, membuat aktivitas terbatas meski bisa diselesaikan dengan bantuan orang- orang sekitar Gembira ada yang membantu dan peduli, meski perasaan hati tidak nyaman karena merepotkan orang dan khawatir tangan akan semakin sulit digerakkankaku Buruk 2. Mendengarkan ceramah di pengajian tentang “Demi Masa” Senang bertambah ilmu, meski hati sedih karena saat ini diberi ujian yang saya anggap berat bagi hidup saya Cukup 3. Aktivitas harian berjalan lancar, tugas kantor dan tugas rumah bisa diselesaikan tanpa bantuan orang lain dan tanpa dihalangi penyakit Saya merasa hidup saya berarti, merasa sehat, meski saya sebenarnya sakit parah Baik 4. Penyakit dan keterbatasan fisik mudah lelah dalam menyiapkan acara ulang tahun anak Merasa tidak mampu, antara optimis dan pesimis, namun saya berhasil menyiapkannya membuat saya merasa berarti bagi anak saya Baik 5. Pagi yang cerah dan pekerjaan di kantor tidak terlalu diburu sehingga bisa menghadiri acara ulang Saya merasa gembira, merasa berarti, merasa berhasil untuk sehari merayakan ulang tahun anak, meski saya sadar anak Cukup Universitas Sumatera Utara tahun anak di sekolah membutuhkan ibu yang selalu sehat untuk merayakan setiap ulang tahunnya 6. Melanjutkan pekerjaan kantor, namun menjadi terhambat karena data-data yang diperlukan belum semuanya disediakan Saya merasa senang dapat kembali bekerja, merasa sehat dengan melakukan rutinitas di kantor, tapi kadang-kadang merasa jenuh dengan data yang belum sampai Cukup 7. Banyak aktivitas di luar sehingga badan terasa capek dan mudah jatuh sakit Merasa senang dapat melakukan banyak aktivitas, tapi fisik saya yang tidak seperti dulu membuat saya sedih, kecewa dan perasaan khawatir saya meningkat kalau sudah sakit Buruk 8. Kenalan yang memiliki penyakit yang sama meninggal dunia Saya sedih, berduka, dan saya semakin gelisah akan kondisi penyakit saya, meski kemudian saya bersyukur karena saya masih diberi kesempatan untuk tetap hidup sampai detik ini Buruk 9. Mengurungkan niat untuk check up dan fisioterapi yang disarankan oleh orang- orang terdekat Bahagia dengan kepedulian orang-orang sekitar terhadap saya, tapi saya merasa check up dan fisioterapi tidak akan menyembuhkan saya dan tidak akan membuat saya merasa lebih baik Cukup 10. Berserah kepada Allah ketika harus istirahat total selama 3 hari karena sakit, tangan membengkang, terasa kaku, dan sulit bernafas, namun tidak ingin memeriksakan diri ke dokter Khawatir, takut, dan pikiran tidak tenang jika bertemu dokter hanya untuk mendengarkan kabar buruk tentang penyakit saya, sehingga menyerahkan semuanya pada Allah yang membuat saya lebih tenang Buruk 11. Mendengarkan ceramah di acara kantor tentang “Hakikat Ujian” Saya senang bertambah ilmu dan memiliki semangat untuk tetap sabar dalam ujian penyakit dari Allah, meski di depan saya belum bisa memastikan apakah saya bisa mempertahankan semangat saya Baik 12. Bertemu dan berdiskusi dengan kenalan yang keluarganya memiliki penyakit yang sama Saya merasa senang dapat berbagi pengalaman dan ilmu, tapi tidak banyak mengurangi perasaan khawatir saya akan penyakit saya yang buat saya sulit fokus Cukup Universitas Sumatera Utara 13. Pergi makan bersama keluarga besar Saya gembira dan bahagia bisa berkumpul dan melakukan makan bersama orang-orang yang saya sayang, tapi saya takut jika hal ini merupakan yang terakhir dalam hidup saya Cukup tulisan bercetak miring merupakan peranan well-being Terapis meminta Aulia untuk menyampaikan peranan well-being pada setiap pengalaman yang telah ia tulis. Pada beberapa pengalaman, Aulia sudah cukup baik dan sudah cukup mengerti mengenai peranan well-being dari pengalamannya, dan untuk beberapa pengalaman yang lain terapis menuntunnya dan kemudian mendiskusikannya bersama. Dalam diskusi tersebut, Aulia mengaku perasaannya menjadi lebih positif. Ia merasa sangat terbantu untuk melihat dan memandang dirinya lebih positif dalam melihat situasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Kegiatan II Setelah kegiatan evaluasi lembar isian “Observasi Diri” selesai dilakukan, maka selanjutnya terapis meminta Aulia untuk menceritakan bagaimana ia mengatasi situasi- situasi dimana ia merasa kurang beruntung dengan penyakit yang ia derita. Pada kegiatan ini Aulia sangat terbuka untuk menceritakan setiap situasi yang ia hadapi dengan diagnosa penyakit dan segala pengobatan baik medis dan alternatif yang harus ia lakukan, dan bagaimana ia menghadapinya. Dari cerita yang disampaikan Aulia, terdapat beberapa hal positif yang ia miliki, dintaranya: sikap pantang menyerah, sikap ingin tahu, mandiri, dan rasa religiusitas yang tinggi pada Allah. Akan tetapi, ada juga hal negatif yang ia miliki di suatu waktu yang tentu saja hal tersebut mengganggu dirinya untuk bersikap positif, diantaranya: keras kepala, sensitif, dan perasaan khawatir dan takut yang sulit ia kendalikan. Universitas Sumatera Utara Kegiatan III Pada kegiatan ketiga, terapis memperkenalkan dan mengajarkan Aulia untuk mengguna kan lembar “Potensiku”. Terapis menuntun Aulia dengan meminta Aulia untuk menyebutkan beberapa contoh dari pengalamannya yang merupakan situasi sulit yang pernah ia hadapi. Kemudian Aulia diminta untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan yang ia miliki dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Dari hal yang dilakukan, kemudian terapis dan Aulia melakukan diskusi, untuk melihat seberapa jauh Aulia telah memahami penggunaan lembar “Potensiku”. Di bawah ini merupakan beberapa contoh dari isian lembar “Potensiku” yang dibuat oleh Aulia. Tabel 4.4 Contoh Isian Lembar Potensiku NO. SITUASI KELEBIHAN YANG DIMILIKI + KEKURANGAN YANG DIMILIKI - 1. Sulit untuk memperoleh keturunan setelah pernikahan Tetap bersabar, dan terus mengusahakan menjalani berbagai pengobatan Sulit membendung perasaan sedih dan kecewa terhadap harapan diri sendiri 2. Pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan kantor padat di waktu yang bersamaan Gigih mengerjakannya sendiri meski kondisi fisik rentan drop Kurang mampu memperhitungkan kemampuan fisik setelah sakit 3. Beberapa kenalan kondisi fisiknya semakin memburuk setelah vonis kanker payudara Berserah pada kekuasaan Allah Down, khawatir, takut dan resah jika kondisi serupa terjadi Kegiatan IV Kegiatan selanjutnya adalah diskusi dari beberapa contoh isian lembar “Potensiku” yang telah diselesaikan oleh Aulia. Pada diskusi tersebut terlihat bahwa Aulia menyadari bahwa di setiap pengalaman sulit yang ia jalani, ia memiliki kelebihan dan kekurangan diri. Ia mulai menyadari bahwa kelebihan-kelebihan tersebut dapat ia gunakan untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Selanjutnya, terapis menugaskan Aulia untuk Universitas Sumatera Utara melanjutkan mengisi lembar “Potensiku” yang akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. 3 Kesimpulan Pada sesi kedua ini Aulia sudah lebih berhasil untuk melihat peranan well-being dari setiap pengalamannya. Ia juga dapat secara terbuka bercerita mengenai hal-hal positif dan negatif yang ia miliki ketika dihadapkan pada situasi-situasi sulit terutama yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Terapis menganggap Aulia cukup berhasil dalam memperoleh insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu ungkapan Aulia berikut. “Pertemuan kita hari ini membuat saya senang. Saya merasa memiliki kekuatan dan keyakinan bahwa saya seharusnya bisa punya sikap positif untuk diri saya sendiri dan untuk penyakit saya ini. Yaaah, masih ada kesempatan, bahkan mungkin lebih banyak dari yang saya kira. Selama ini saya nggak ngasi kesempatan mungkin ya Ver untuk diri saya? Makanya saya nggak sejahtera” Wawancara personal, 9 November 2012. Sesi III: Cognitive Restructuring: Self Acceptance II Tujuan : Aulia dapat memiliki sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap situasi saat ini dan situasi di masa depan Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 15 November 2012 Waktu : 120 menit 1 Observasi Pada sesi ketiga ini, Aulia menyampaikan dengan gembira bahwa ia telah berhasil menyelesaikan isian lembar “Potensiku”, meski dengan kerja keras dan kesabaran karena ternyata sulit menemukan hal positif dalam keadaan sulit. Ia menyampaikan hal tersebut sambil tertawa lepas dan sambil memegangi tangan kirinya yang bengkak. Aulia terlihat Universitas Sumatera Utara sangat bersemangat memberi penjelasan kepada terapis tentang apa yang telah ia tulis, yang kemudian didiskusikan bersama. Ia juga terlihat sangat ekspresif ketika terapis memintanya bercerita mengenai situasi-situasi yang membuatnya merasa puas terhadap dirinya, senang dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, dan memiliki hal yang sesuai dengan harapannya. Begitu juga ketika terapis memintanya untuk bercerita mengenai situasi-situasi yang membuatnya tidak puas dengan dirinya, kecewa terhadap hal yang telah terjadi, dan harapannya dalam kondisi kesehatannya saat ini. Selain itu, Aulia cukup mudah memahami instruksi yang diberikan terapis tentang pengisian lembar “Caraku Bersyukur”. Tidak ada kendala dalam pelaksanaan sesi ketiga dalam terapi ini. Hal ini terlihat dari sikap Aulia yang sangat menikmati serangkaian kegiatan yang dilakukan. 2 Hasil terapi Kegiatan I Di bawah ini merupakan hasil isian lembar “Potensiku” yang telah dibuat oleh Aulia. Tabel 4.5 Hasil Lembar Potensiku NO. SITUASI KELEBIHAN YANG DIMILIKI + KEKURANGAN YANG DIMILIKI - 1. Setelah biopsi, dokter memvonis saya harus segera operasi angkat payudara Berusaha tenang dan mengingat Yang Maha Kuasa Panik dan belum bisa menerima keadaan yang sesungguhnya 2. Konsultasi dengan dokter bedah sambil mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang harus disiapkan Berusaha mencari pengobatan jalan alternatif yang lain, yang penting tidak operasi pengangkatan Takut melihat perlengkapan dokter bedah sehingga menunda operasi 3. Atas desakan suami dan keluarga, akhirnya terlaksana juga operasi Pasrah dan berusaha tetap optimis Takut karena dari mulai sejak kecil belum pernah menjadi pasien RS 4. Kemoterapi harus dijalani sebanyak 8 kali Berhasil menjalani kemoterapi sebanyak 3 kali Kemoterapi keempat tidak bisa karena kondisi yang tidak memungkinkan, dan dilanjutkan di kota M. Universitas Sumatera Utara 5. Ada kekhawatiran sedikit ketika pada tahun 2010, ketika melakukan kegiatan olah raga seperti benjolan di bawah ketiak Memberanikan diri memeriksakan diri sekaligus konsultasi ke dokter, dan mengecek hasil tes darah ternyata positif Kekurangan informasi yang mendetail tentang penyakit yang diderita sehingga menunda kemoterapi 6. Tahun 2011 kembali menjalani kemoterapi Menyiapkan diri secara mental Masih merasa takut karena pengalaman yang lalu 7. Kemoterapi tidak terealisasi sesuai rencana Bersikap optimis tetap sembuh Kurang percaya kepada dokter karena kemoterapi yang dijalani tidak sesuai dengan komitmen dokter di awal ketika konsultasi, dan obat yang katanya terbaik tidak terbukti 8. Ketika badan terlalu lelah tangan terasa berat Istirahat dan tidur cukup, berusaha memunculkan pikiran positif Kadang-kadang was- was, khawatir dan takut datang dengan sendirinya sehingga tidak bisa berpikir jernih Diskusi dan evaluasi dari hasil isian lembar “Potensiku di atas, diperoleh data bahwa Aulia mendapatkan pemahaman mengenai episodes of well-being dan peranan well-being yang dimilikinya untuk kemudian menuntunnya memperoleh hikmah dari kondisi kesehatannya. Ia memahami bahwa dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan ketika dihadapkan pada situasi sulit, dan ia menyadari bahwa hal tersebut dapat ia gunakan untuk membuatnya berpikir positif tentang situasi yang terjadi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Aulia di bawah ini: “Hidup itu nggak selamanya susah, nggak selamanya juga sulit ya Ver. Ada porsi waktu masing-masing untuk setiap orang. Saya bisa buat kesimpulan ini dari penyampaian kamu. Untuk situasi sulit, kita punya kelebihan dan kekurangan. Kalau kita sadar, kita bisa jadi berpikir positif tentang situasi sulit yang Allah kasi untuk kita. Seperti penyakit saya, yang sebelum kegiatan ini rasanya berat, berat sekali untuk saya. Tapi setelah dipikir- dipikir ya kan Ver, ada manfaatnya. Seharusnya…pasti ada manfaatnya. Intropeksi diri supaya saya semakin dekat dengan Allah. Wawancara personal, 15 November 2012. Kegiatan II Dari hasil kegiatan kedua ini diperoleh bahwa Aulia merasa puas, senang dan memiliki banyak harapan yang berhasil ia wujudkan dalam kondisi sehatnya. Meskipun ia Universitas Sumatera Utara tidak memungkiri bahwa ada beberapa hal yang kadang mengecewakannya ketika harapannya tidak berhasil ia wujudkan dengan alasan tertentu. Ketidakpuasan, kekecewaan, justru benar-benar mulai sangat ia rasakan ketika kondisi kesehatannya memburuk. Akan tetapi Aulia memiliki harapan dalam kondisi kesehatannya saat ini, yakni masih dapat menjalankan perannya sebagai istri, ibu dan wanita bekerja dalam keterbatasannya. Ia menyadari bahwa selama ini harapannya yang besar terhadap diri dengan kondisi kesehatannya saat ini, sulit untuk ia wujudkan yang kemudian membuatnya resah, gelisah, khawatir dan takut. Hal tersebut ia ungkapkan dalam kutipan di bawah ini: “Setiap orang memiliki harapan dalam hidup, tapi mungkin saya berharap terlalu tinggi pada diri saya. Saya jadi gelisah, tidak tenang, khawatir dan ketakutan hampir selalu. Seharusnya saya tidak boleh berharap terlalu tinggi seperti waktu saya sehat, supaya saya tidak tambah sakit. Tidak wajar rasanya, yang wajar itu harapan kalau saya masih bisa menjalankan peran saya di rumah dan di luar rumah sesuai kemampuan saya” Wawancara personal, 15 November 2012. Setelah ungkapan di atas, Aulia mengaku berjanji bahwa dia akan belajar bersikap sesuai keadaan dan kemampuannya. Kegiatan III Terapis memperkenalkan dan mengajarkan Aulia untuk menggunakan lembar “Caraku bersyukur”. Aulia menyebutkan beberapa situasi dari pengalamannya yang ia hadapi dalam kehidupannya, kemudian menganalisa pikiran dan perasaan terhadap situasi tersebut, mengkategorikannya, dan menyebutkan cara bersyukur yang dapat ia lakukan. Beberapa contoh yang ia berikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Contoh Isian Lembar Caraku Bersyukur NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI CARA BERSYUKUR 1. Mengawali hari dengan status sakit Pikiran tidak tenang, perasaan tidak nyaman, dan merasa pesimis bisa beradaptasi Buruk Intropeksi diri akan kekuasaan Allah, dan meningkatkan ibadah Universitas Sumatera Utara 2. Anak tidak rewel ketika kondisi saya menurun Pikiran tidak tenang, tapi sikap anak membuat perasaan nyaman Cukup Mensyukuri anugerah anak dengan memuji Allah dan bersikap optimis 3. Teman dekat meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah yang saya hadapi Bahagia memiliki teman yang benar-benar peduli dan dapat dipercaya Baik Berusaha melakukan hal yang sama ketika dia maupun orang lain yang butuh bantuan Berdasarkan contoh-contoh yang telah dikemukakan oleh Aulia, dapat dikatakan bahwa Aulia telah memahami cara penggunaan lembar isian “Caraku Bersyukur”. Hal ini dapat terungkap dari apa yang disampaikan Aulia: “Pada lembaran ini, saya menuliskan pengalaman tentang situasi yang saya hadapi, kemudian menuliskan isi pikiran dan perasaan saya, membuat kategori, lalu apa yang saya lalukan sebagai cara saya bersyukur. Oke, saya ngerti” Wawancara personal, 15 November 2012. Kegiatan IV Hasil diskusi dan evaluasi dari beberapa contoh yang telah dikemukakan Aulia, dimanfaatkannya untuk membantunya melakukan analisa terhadap hal-hal positif maupun negatif yang terjadi. Hal tersebut mengarahkannya untuk bersyukur dengan apa yang terjadi dan bersyukur dengan apa yang ia miliki dalam hidupnya, seperti yang diungkapkannya dalam kutipan berikut. “Sepertinya sekarang saya akan bisa lihat jelas apa yang terjadi dalam hidup saya, dan begitu banyak hal yang saya punya. Yaah, saya pantas bersyukur” Wawancara personal, 15 November 2012. 3 Kesimpulan Aulia cukup berhasil mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan ia pun sudah dapat merasa positif dengan apa yang terjadi. Ia mulai menyadari banyak hal yang ia miliki dan juga alasan yang patut ia syukuri dalam hidupnya. Universitas Sumatera Utara Sesi IV: Cognitive Restructuring: Positive Relational With Others Tujuan : Aulia mendapatkan insight untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 22 November 2012 Waktu : 120 menit 1 Observasi Pada sesi ini Aulia mulai menunjukkan perubahan-perubahan positif dalam dirinya. Sikapnya sudah terlihat lebih tenang, dan mulai bisa tertawa lepas. Aulia terlihat gembira dengan hasil isian lembar “Caraku Bersyukur” yang ia tunjukkan dan diskusikan dengan peneliti. Ia juga terlihat lebih santai ketika terapis memintanya untuk bercerita mengenai situasi-situasi ketika ia merasa tidak memiliki hubungan yang positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang lain. Dalam hal ini, Aulia tidak butuh waktu ketika mengidentifikasi pikiran dan keyakinannya terhadap situasi-situasi tersebut, dan juga ketika terapis menuntunnya untuk mengerti cara penggunaan lembar “Saling Memberi dan Menerima”. 2 Hasil terapi Kegiatan I Berikut ini merupaka n hasil isian lembar “Caraku Bersyukur milik Aulia yang ia tunjukkan dan diskusikan dengan terapis. Tabel 4.7 Hasil Lembar Caraku Bersyukur NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI CARA BERSYUKUR 1. Permasalahan hidup yang sangat tidak menyenangkan Tenang dan berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut Buruk Dengan membandingkan keadaan orang lain yang lebih Universitas Sumatera Utara tidak beruntung dibandingkan saya 2. Sakit Berusaha tenang dan optimis segala penyakit pasti ada obatnya, dan juga pergi berobat Buruk Intropeksi diri apakah Yang Maha Pemberi Hidup menegur atau akan menguji saya dalam keimanan kepadaNya, menjadikan saya sabar dan ikhlas dalam menjalaninya 3. Terpuruk dalam arti rezeki saya masih belum dikabulkan atau bahkan rezeki saya diambil olehNya Harus tenang, dan realistis bahwa kehidupan sudah ada yang mengatur Cukup Menjalaninya dengan sabar dan ikhlas, berusaha lebih hati-hati dan bijaksana mengatur keuangan, serta tetap optimis 4. Mendapatkan rezeki atau ada salah satu keluarga yang berulang tahun Senang masih bisa merasayakan ulang tahunnya Baik Mengajak saudara-saudara beserta keluarga dan anak- anaknya makan bersama, dan menyisihkan sebagian rezeki untuk keluarga yang kurang mampu 5. Menginginkan sesuatu tanpa disadari hal tersebut dapat terwujud baik dari orang-orang terdekat maupun dari orang-orang di lingkungan Senang dan tidak menduga niat baik orang-orang terhadap saya Cukup Selalu bersyukur dan intropeksi diri bahwa Yang Maha Kuasa begitu sayang, murah dan mudahnya saya mendapatkan yang saya inginkan 6. Dalam hal kondisi sakit, ada saja yang datang membantu Sedang dan merasa beruntung Cukup Menjadikan orang tersebut seperti saudara sendiri dan menjalin Universitas Sumatera Utara silaturahmi yang baik dengannya 7. Ketika sakit, kualitas tidur sudah tidak lagi terganggu Tenang dan selalu menikmati Cukup Melihat orang lain yang tidak sakit saja susah tidur sementara saya tidak bermasalah 8. Ketika beberapa teman mengalami penyakit yang sama, namun keluhannya lebih parah baik dari segi finansial maupun non financial Tetap tenang dan optimis Baik Saya menjadi lebih bersyukur karena saya lebih beruntung Hasil diskusi dan evaluasi isian lembar “Caraku Bersyukur” di atas menunjukkan pemahaman Aulia yang semakin baik dalam melihat episodes of well-being yang terjadi pada setiap situasi dan pengalamannya. Kegiatan ini juga menuntunnya untuk menyadari bahwa peranan well-being dalam setiap situasi yang ia alami berkaitan dengan orang- orang di sekitarnya, sehingga akan baik jika hubungan positif dapat terjalin dengan mereka. Di bawah ini merupakan ungkapan Aulia mengenai hal tersebut: “Saya sejahtera dan kesehatan saya akan semakin pulih dan baik kalau saya bisa silaturrahmi dengan orang-orang di lingkungan saya. Makhluk individual dan sosial kan Ver? Tetap butuh orang lain, ng gak bisa sendiri” Wawancara personal, 22 November 2012. Kegiatan II Pada kegiatan ini, meski Aulia menyadari tentang kebutuhannya untuk menjalin hubungan positif dengan orang-orang di sekitarnya, Aulia terkadang masih sulit untuk melakukannya. Ia berpikir bahwa kondisi kesehatannya akan membuat orang-orang di sekitarnya menilai buruk tentang dirinya dan memberikan label negatif yang tidak ia kehendaki. Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan terhadap pikiran dan keyakinannya tersebut, kondisi ini dipengaruhi oleh perasaannya yang sensitif, sehingga memicu Universitas Sumatera Utara penilaian negatif dalam dirinya terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang sulit ia kendalikan. Penilaian dan label negatif yang dimaksudkan Aulia adalah wanita lemah, sekarat yang hanya memiliki sebelah payudara, wanita yang punya keterbatasan sehingga nantinya akan terus bergantung pada orang lain, dan sebagainya. Kegiatan III Sebagai upaya membantu Aulia untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang di sekitarnya, peneliti menuntunnya untuk menggunakan lembar “Saling Memberi dan Menerima”. Aulia memberikan beberapa contoh situasi yang pernah ia hadapi, kemudian menuliskan pikiran dan perasaannya, membuat kategori dan hal yang ia lakukan dalam situasi tersebut berkaitan dengan konsep saling memberi dan menerima. Berdasarkan diskusi dan evaluasi yang dilakukan terhadap beberapa contoh yang dikemukakan Aulia, ia menyadari bahwa perasaan sensitifnya telah merusak hubungan positif yang ia jalin. Untuk itu, ia bersedia untuk belajar meredam perasaan sensitifnya untuk menjaga perasaannya sendiri dan orang lain. Ia juga akan belajar untuk mengubah sikapnya dengan memberi kesempatan pada dirinya untuk menilai positif orang lain dan menghargai hal baik yang diberikan orang lain terhadapnya. Tabel 4.8 Contoh Isian Lembar Saling Memberi dan Menerima NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI YANG DAPAT DILAKUKAN 1. Teman melihat benjolan di payudara, dan memberitahu untuk segera periksa Tidak nyaman dengan teman, tapi tetap memeriksakan diri Cukup Berterima kasih dengan teman yang menyarankannya periksa sehingga tahu lebih cepat 2. Mbak di rumah membantu menyediakan dan mengurus keperluan anak Sedikit sedih dengan keterbatasan saya yang membuat peran saya terhambat Cukup Memperlakukan mbak dengan wajar dan baik Universitas Sumatera Utara 3 Kesimpulan Hasil yang diperoleh pada sesi ini, menunjukkan bahwa Aulia mulai menyadari tentang pentingnya menjalin hubungan positif dengan orang lain. Ia sudah dapat mengidentifikasi pikiran dan keyakinan yang membuatnya sulit dan terhambat untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya. Sesi V: Evaluation and Termination Tujuan : Aulia mampu memahami bagaimana mengelola episodes of well-being yang terjadi padanya, dan juga mampu memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan psychological well being dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, serta meningkatkan hubungan positif dengan orang lain yang ada disekitarnya. Lokasi : Rumah Aulia Tanggal : 29 November 2012 Waktu : 120 menit 1 Observasi Pada sesi ini Aulia menjadi sangat antusias seiring dengan keberhasilan- keberhasilan yang ia peroleh dalam upaya meminimalisir emosi-emosi negatignya dan meningkatkan emosi-emosi positifnya. Ia mulai banyak terbuka terhadap dirinya dan orang lain, semangatnya semakin meningkat, percaya diri dan sikap optimisnya semakin terlihat jelas dari serangkaian aktivitas dan kegiatan yang ia lakukan. Ketika berada di tengah keluarga, teman, dan kenalan, Aulia juga sudah mulai bisa bersikap lebih tenang, menghargai pendapat dan perhatian yang ia terima. Aulia terlihat senang dan puas dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Universitas Sumatera Utara 2 Hasil terapi Kegiatan I Di bawah ini adalah has il isian lembar “Saling Memberi dan Menerima” yang dikerjakan Aulia. Tabel 4.9 Hasil Lembar Saling Memberi dan Menerima NO. SITUASI PIKIRANPERASAAN KATEGORI YANG DAPAT DILAKUKAN 1. Ketika sakit, semua keluarga dan teman- teman memberi saran dan dukungan yang positif Menjadi lebih optimis untuk sembuh secepatnya Baik Menerima saran, dukungan, dan menjalaninya 2. Ketika sakit dan memutuskan untuk berhenti bekerja, atasan memberi saran dan kesempatan agar saya tetap bekerja setelah sembuh dan atasan membantu biaya pengobatan Tenang dan merasa senang Baik Bekerja dengan sebaik-baiknya, memberikan hal yang bermanfaat untuk pekerjaan 3. Ketika di kantor teman-teman pada mengerti tentang keadaan saya, saya menjadi merasa kurang enak hati karena merasa kerja saya terlalu ringan Kurang nyaman tapi menguntungkan kesehatan saya Cukup Dinyaman- nyamankan karena kondisi seperti ini yang dianjurkan, dan membantu teman-teman jika dibutuhkan 4. Ketika sedang sakit, teman-teman, tetangga, memberikan bantuan moril maupun materi Sedih dan terharu dengan apa yang teman- teman lakukan sebagai tanda mereka peduli Cukup Lebih optimis akan kesembuhan 5. Ketika sakit, anak mengerti keadaan ibunya sehingga dia bisa sedikit mandiri Tenang, senang dan bangga pada anak Cukup Memperhatikan anak sambil sekali-kali bercanda dan belajar, berusaha mengganti Universitas Sumatera Utara perhatian di saat kondisi sudah sedikit lebih baik Hasil dikusi dan evaluasi lembar isian “Saling Memberi dan Menerima” di atas menunjukkan pemahaman Aulia yang semakin baik terhadap cara mengelola episodes of well-being yang terjadi pada dirinya. Ia memahami bahwa peranan well-being pada setiap pengalaman yang berkaitan dengan kodisi kesehatannya membuat perasaannya menjadi positif dan membuatnya lebih “sehat” dalam keseharian. Hal tersebut diungkapkannya seperti di bawah ini: “Sekarang kalau ingat tentang penyakit, saya tidak lagi sedih. Saya langsung cut pikiran dan perasaan negatif, apapun itu. Seperti udah mulai terpola di kepala kalau penyakit ini harus diterima, dan harus disikapi dengan positif. Saya lebih mau mengedepankan hal-hal yang buat saya bahagia dibandingkan hal-hal yang buat saya sedih, kecewa, takut, tidak tenang, dan semacamnya. Itu buat saya bebas masalah dengan diri saya dan orang-orang di sekeliling saya Wawancara personal, 29 November 2012. Kegiatan II Pada kegiatan ini, Aulia mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah menjalani terapi. Hasil dari kegiatan tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Diri SAYA YANG DULU Ketika sakit pikiran dan perasaan saya selalu pesimis dan mudah sedih. Berkat dukungan keluarga, teman-teman, tetangga, bahkan orang yang bekerja di rumah, saya bisa melewati masa-masa sulit tersebut, karena saya merasa mereka juga masih membutuhkan saya. Tapi perasaan pesimis tetap sering muncul, kalau pikiran saya tidak tenang, resah, gelisah, perasaan kecewa pada diri sendiri, takut, sehingga saya tidak bisa nyaman beraktivitas dan menjalani hari. SAYA YANG SAAT INI Berusaha dan juga selalu optimis agar saya tidak mengalami hal-hal buruk yang terulang kembali pada saya. Berusaha menghilangkan pikiran-pikiran yang negatif yang sekali-kali timbul dalam benak saya, dan berusaha lebih bersabar. Silaturahmi sudah mulai hangat, karena saya sudah tidak lagi sensitif. Saya sudah lebih semangat, sudah lebih percaya diri, sudah bisa mengedepankan hal-hal positif yang saya miliki dalam diri saya meski status saya sakit. Universitas Sumatera Utara SAYA DI MASA DEPAN Meniatkan dalam diri untuk menyambut masa-masa ke depan dengan jalan yang optimis dan benar-benar berusaha menghindari hal-hal yang dapat memicu kembali timbulnya penyakit. Intinya ke depan saya ingin bisa punya sikap, pikiran dan perasaan positif seperti sekarang, dan kalau bisa meningkat sehingga bisa jadi contoh untuk orang lain yang punya penyakit seperti saya. Diskusi dari lembar evaluasi Aulia menghasilkan peningkatan terhadap emosi- emosi positif dalam dirinya. Ia merasa lebih positif untuk saat ini dan ke depan, yang membuatnya lebih optimis dalam menjalani hari dengan kondisi kesehatannya. Ia sudah dapat memahami keterbatasannya terkait kondisi kesehatannya, dan hal tersebut telah mereduksi kekecewaan, kegelisahan dan ketakutannya selama ini. Ia mulai terbiasa untuk membuat dirinya tidak lagi berkecil hati dengan ujian kesehatan yang diberikan padanya karena ia juga sudah mampu memahami hal yang menjadi kelebihannya, kualitas dan potensi diri yang dimilikinya sebagai sesuatu yang dapat ia manfaatkan dan patut ia syukuri. Emosi-emosi positif yang muncul dari pikiran dan perasaan positifnya semakin meningkatkan keimanan, spiritual dan rasa syukurnya untuk lebih menghargai makna dari kesehatan. Kegiatan III Setelah melakukan diskusi dan evaluasi terhadap kondisi Aulia, sebelum, saat dan setelah melakukan serangkaian aktivitaskegiatan terapi, diperoleh data bahwa Aulia telah mengalami peningkatan terhadap psychological well-being terutama untuk dimensi self acceptance dan positive relational with others. Pikiran dan sikap positif yang dimilikinya telah berhasil membuatnya meningkatkan emosi-emosi positif yang dimilikinya dan meminimalisir emosi-emosi negatif yang selama ini menghambatnya untuk memiliki kesejahteraan psikologis. Melihat perubahan tersebut, maka terapis dan Aulia sepakat untuk melakukan terminate. Aulia yang telah merasakan manfaat dan perubahan positif Universitas Sumatera Utara selama proses terapi, akan terus menggunakan apa yang telah ia dapat selama terapi untuk mengoptimalkan psychological well-being dalam dirinya. 3 Kesimpulan Pada akhir sesi terapi ini, Aulia sudah lebih mampu memahami bagaimana ia harus mengelola episodes well-being yang terjadi padanya dengan memanfaatkan peranan well- being dari setiap situasi dan pengalaman terkait kondisi kesehatannya. Aulia sudah lebih mampu untuk memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan untuk meningkatkan dimensi self acceptance dan positive relational with others pada psychological well-being dan berkeinginan untuk terus mempertahankannya. Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan WBT Partisipan I SESI TUJUAN KEGIATAN HASIL Sesi I Aulia mendapatkan insight mengenai pikiran dan keyakinan interupsi premature yang menghambatnya memperoleh well- being yang optimal. - Penjelasan dan pengisian lembar “Suasana Hati” - Penyampaian informasi dan pemahaman mengenai terapi yang akan diberikan alasan, tujuan, waktudurasi, peran terapis dan peran partisipan - Penjelasan mengenai episodes of well-being dengan meminta Aulia memberikan contoh dalam hidupnya. Setelah partisipan memberikan contoh yang benar, peneliti menjelaskan tentang self observation, diikuti dengan contoh dari partisipan. Terapis meminta partisipan untuk memberikan contoh kejadian dengan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik - Aulia mulai dapat secara terbuka mengemukakan perasaan-perasaan negatif dan perasaan-perasaan positif mengenai diri dan kesehatannya - Aulia cukup mudah memahami segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan terapi - Aulia sedikit butuh waktu untuk mendapatkan insight guna meminimalisir pikiran dan keyakinan interupsi premature yang menghambatnya memperoleh well being yang optimal hingga akhirnya ia berhasil Sesi II Aulia mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap - Pemeriksaan dan diskusi tugas episodes well being. - Meminta kesediaan Aulia untuk menceritakan bagaimana - Aulia sudah cukup baik dan sudah cukup mengerti mengenai peranan well-being dari pengalamannya, meski untuk Universitas Sumatera Utara dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi. ia mengatasi situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung menderita sakit - Belajar menggunakan “Lembar Potensiku ” yang membantunya untuk menganalisa potensi yang ia miliki saat dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung menderita sakit - Diskusi hasil pengisian Lembar Potensiku, digunakan untuk menghasilkan sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap kondisi kesehatannya beberapa pengalaman ia masih membutuhkan tuntunan dari peneliti. Ia mengaku perasaannya menjadi lebih positif. - Aulia berhasil menganalisa beberapa hal positif yang ia miliki, dintaranya: sikap pantang menyerah, sikap ingin tahu, mandiri, dan rasa religiusitas yang tinggi pada Allah, dan juga hal negatif di suatu waktu yang menghambatnya untuk bersikap positif, diantaranya: keras kepala, sensitif, dan perasaan khawatir dan takut yang sulit ia kendalikan. - Aulia mulai menyadari bahwa di setiap pengalaman sulit yang ia jalani, ia memiliki kelebihan dan kekurangan diri. - Aulia mulai menyadari bahwa kelebihan-kelebihannya dapat ia gunakan untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Sesi III Aulia dapat memiliki sikap menerima diri apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap situasi saat ini dan situasi di masa depan - Pemeriksaan dan diskusi tugas episodes well being. - Meminta kesediaan Aulia untuk bercerita mengenai situasi-situasi dimana ia merasa puas dengan dirinya, senang dengan apa yang terjadi dan memiliki hal yang sesuai dengan harapannya. Lalu cerita mengenai situasi-situasi dimana ia merasa tidak puas dengan dirinya, kecewa dengan apa yang terjadi dan harapannya dalam kondisi sekarang. - Mengajarkan penggunaan “Lembar Caraku Bersyukur” - Berdiskusi tentang hasil dari lembar “Caraku Bersyukur” - Aulia mendapatkan pemahaman mengenai episodes of well-being dan peranan well- being untuk kemudian menuntunnya memperoleh hikmah dari kondisi kesehatannya. - Aulia merasa puas, senang dan memiliki banyak harapan yang berhasil ia wujudkan dalam kondisi sehatnya. Meskipun ia tidak memungkiri bahwa, ada beberapa hal yang kadang mengecewakannya ketika harapannya tidak berhasil ia wujudkan dengan alasan tertentu. Ketidakpuasan, kekecewaan, justru benar- benar mulai sangat ia rasakan ketika kondisi kesehatannya memburuk. Akan tetapi Aulia memiliki harapan dalam Universitas Sumatera Utara kondisi kesehatannya saat ini, yakni masih dapat menjalankan perannya sebagai istri, ibu dan wanita bekerja dalam keterbatasannya. - Aulia menyadari bahwa selama ini harapannya yang besar terhadap diri dengan kondisi kesehatannya saat ini, sulit untuk ia wujudkan yang kemudian membuatnya resah, gelisah, khawatir dan takut. - Aulia berhasil mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan ia pun sudah dapat merasa positif dengan apa yang terjadi. Ia mulai menyadari banyak hal yang ia miliki dan juga alasan yang patut ia syukuri dalam hidupnya. Sesi IV Aulia mendapatkan insight untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang- orang di sekitarnya. - Pemeriksaan tugas episodes well-being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well-being dan menuntunnya agar mendapat insight akan hubungan yang positif dengan orang-orang yang ada di sekitarnya - Meminta partisipan menceritakan situasi-situasi dimana ia merasa tidak memiliki hubungan yang positif, hangat dan dapat percaya dan mengidentifikasi pikiran dan keyakinannya terhadap situasi-situasi tersebut - Memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan “Lembar Saling Memberi” dan Menerima kepada partisipan yang dapat membantunya memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat - Aulia semakin baik dalam melihat episodes of well-being yang terjadi pada setiap situasi dan pengalamannya. - Aulia menyadari tentang kebutuhannya untuk menjalin hubungan positif dengan orang-orang di sekitarnya, meski ia masih sulit untuk melakukannya. - Aulia berhasil mengidentifiksi pikiran dan keyakinannya yang keliru yakni kesulitanhambatan yang dialami dipengaruhi oleh perasaannya yang sensitif, sehingga memicu penilaian negatif dalam dirinya terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang sulit ia kendalikan. Universitas Sumatera Utara dan orang-orang di sekitarnya Sesi V - Aulia mampu memahami bagaimana mengelola episodes of well being yang terjadi padanya. - Aulia mampu memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan psychological well being dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, serta meningkatkan hubungan positif dengan orang lain yang ada disekitarnya. - Evaluasi tugas episodes of well- being - Mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah menjalani terapi - Terminasi - Pemahaman Aulia yang semakin baik terhadap cara mengelola episodes of well- being yang terjadi pada dirinya. - Aulia paham bahwa peranan well-being pada setiap pengalaman yang berkaitan dengan kodisi kesehatannya membuat perasaannya menjadi positif dan membuatnya lebih “sehat” dalam keseharian. - Peningkatan terhadap emosi- emosi positif, merasa lebih positif untuk saat ini dan ke depan. - Aulia sudah mulai dapat memahami keterbatasannya terkait kondisi kesehatannya, dan hal tersebut telah mereduksi kekecewaan, kegelisahan dan ketakutannya selama ini. Ia tidak lagi berkecil hati dengan ujian kesehatan yang diberikan padanya karena ia juga sudah mampu memahami hal yang menjadi kelebihannya, kualitas dan potensi diri yang dimilikinya sebagai sesuatu yang dapat ia manfaatkan dan patut ia syukuri. - Emosi-emosi positif yang muncul dari pikiran dan perasaan positifnya semakin meningkatkan keimanan, spiritual dan rasa syukurnya untuk lebih menghargai makna dari kesehatan. - Aulia merasakan manfaat dan perubahan positif selama terapi, dan akan terus menggunakan apa yang telah ia dapat selama terapi untuk mengoptimalkan psychological well-being dalam dirinya. Universitas Sumatera Utara

d. Follow-Up