48 3 Nama Lengkap
: Rini Naritha Pendidikan
: D3 Ilmu Perpustakaan Jabatan
: Pustakawan
D. Personalia
1 Nama Lengkap : Drs. H. Ferry Adnan, M.Si
Pendidikan : Strata 2
Jabatan : Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
2 Nama Lengkap : Dra. Dewi
Pendidikan : Strata 1 Ilmu Pemerintahan
Jabatan : Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
3 Nama Lengkap : Andri Wijayanto,Sos
Pendidikan : Strata 1 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
4 Nama Lengkap : Ade M. Sa‟ban, Amd
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
5 Nama Lengkap : Rini Naritha
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
6 Nama Lengkap : Joko Rianto, S.IP
Pendidikan : S1
Ilmu Pemerintahan
49 Jabatan
: Staf sirkulasi 7 Nama Lengkap
: Lutfi Hikmawan, SE Pendidikan
: S1 Manajemen Jabatan
: Staf pengolahan
E. Pendidikan yang dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat
dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga
pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Penyelenggara perpustakaan dalam pendidikan formal hendaknya mengacu kepada Keputusan Presiden No. 121961. Acuan tersebut yaitu dengan
cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja
biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P = pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak
kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan
50
minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara perpustakaan.
63
b. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, symposium, seminar, lokakarya,
kursus, magang on the job training, studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah
satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.
64
Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat
dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan
pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat
menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior
perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.
65
63
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005, h. 32
64
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 158
65
Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses pada 24 Maret 2014 dari
http:www.apprenticeship.org.uktypes-of-ApprenticeshipsHealth- Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx
51
c. Pendidikan Informal
Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan.
Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama
pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung
mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan.
66
Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antar pustakawan
dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang
telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan
mampu mengambil
manfaat dan
dapat mengembangkan
pengetahuannya.
67
Nusantari, 2009
66
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 159-160
67
Anita Nusantari. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari
www.pnri.go.idMajalahOnline