28
setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan sebanding dengan biaya dan hasil yang diperoleh.
44
Hermawan dan Zen menjelaskan bahwa tujuan kompetensi pustakawan yaitu memberikan jaminan kepada masyarakat, pengelola dan Pembina
perpustakaan bahwa pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan informasi sesuai dengan
kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani serta
menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya.
45
Menurut Widijanto perpustakaan mampu memberikan pelayanan yang professional untuk masyarakat. Baik yang bersifat pelayanan referensi, penyedia
informasi dan pemberian bimbingan pada pembaca. Ernawati menambahkan bahwa kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi pustakawan
itu sendiri.
46
Kemandirian ini mampu menjadikan pustakawan yang mampu berkreasi dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Sehingga dapat digarisbawahi bahwa tujuan kompetensi pustakawan tidak hanya membantu pustakawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi
berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan.
44
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005, h. 27
45
Hermawan S, Rachman dan Zulfikar Zen . Etika Kepustakawanan.Jakarta: Sagung Seto, 2006, 155-156
46
Endang Ernawati. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari
http:eprints.rclis.org
29
D. Pendidikan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan 1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat
dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga
pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Penyelenggara perpustakaan dalam pendidikan formal hendaknya mengacu kepada Keputusan Presiden No. 121961. Acuan tersebut yaitu dengan
cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja
biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P = pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak
kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara
perpustakaan.
47
2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, symposium, seminar, lokakarya,
kursus, magang on the job training, studi banding dan lain sebagainya yang
47
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005, h. 32
30
tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan
formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.
48
Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat
dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan
pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat
menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior
perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.
49
3. Pendidikan Informal
Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan.
Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama
pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan
48
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 158
49
Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses pada 24 Maret 2014 dari
http:www.apprenticeship.org.uktypes-of-ApprenticeshipsHealth- Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx