Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau
dari yang lain seperti Al Qur’an maupun Hadist. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saibudin:
Kalau materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari mana saja, bisa dari buku materipegangan, internet, Al Qur’an atau
hadist tergantung pada materi dan pelajaran yang akan dipelajari. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian
mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar.
12
Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di
homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional
sebagai kurikulum bersama. Pengajar di homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki
tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru.
Dengan demikian anak yang belajar pada homeschooling, akan lebih termotivasi dalam belajarnya. Rasa beban dalam mempelajari ilmu
pengetahuan jauh lebih rendah, dikarenakan proses belajar yang menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak, namun daripada itu proses
pembelajaran dan pemberian materi tetaplah mengacu kepada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan kesepakatan yang telah dibuat
oleh komunitas homeschooling tersebut. 5.
Metode Pembelajaran Homeschooling
Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Imam An-Nawawi adalah
metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho menjadi metode utama, yang telah dikembangkan secara Islami oleh komunitas tersebut. Namun
12
Wawancara dengan Bpk. Saibudin, Guru Agama di Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB
metode yang lain masih juga dipergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dari hasil wawancara
dengan Bapak Saiful Lc., mengungkapkan: Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode Adamcho
peta pikiran mind map yang dikembangkan secara modern dan Islami, termasuk juga tanya jawab, diskusi, dan lain-lain. Mereka
pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan. Di Imam An-Nawawi ini kita tidak menutup kemungkinan digunakannya metode yang
dirasa bagus untuk digunakan di sini. Misalnya bahasa Inggris atau bahasa Arab kita kombinasikan dengan bahasa Indonesia bilingual.
Misalnya matematika dengan metode menghitung cepat, metode presentasi, mind map, system adamcho juga kita jalankan, jadi kita
tidak menutup metode-metode apa saja bisa kita gunakan ini tujuannya untuk mengembangkan proses pembelajaran.
13
Dengan demikian di komunitas Imam An-Nawawi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode
utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode
yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Selain itu dalam penggunaan metode-metode tersebut tetap dikembangkan dengan secara
Islami, sehingga nilai-nilai Islam pada diri anak sudah diajarkan atau ditanamkan sejak dini. Karena jika menggunakan satu metode, maka
murid akan jenuh dalam belajar dan dikhawatirkan akan menurunkan motivasi belajar anak.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Mashudi Rukun., memperkuat dengan pernyataannya:
Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih
materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bersama-sama dan diminta buat catatan
poin-poin yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali.
14
13
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc, Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An- Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.30 WIB
14
Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.35 WIB
Jadi belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Di sini guru dituntut se-
kreatif mungkin dalam mengajar. Seperti metode cyrcle teaching belajar setengah lingkaran tujuannya guru mampu memantau secara individu
terhadap siswa. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum Diknas dan kurikulum sendiri dengan memberikan pengertian pada anak, bahwa
belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Serta memberikan motivasi pada anak untuk giat dan rajin belajar dan beribadah
serta beramal shaleh dengan memberikan sistem evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya.
Sistem evaluasi pembelajarannya dengan protofolio.
6. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling
Sistem evaluasi yang digunakan oleh Komunitas Belajar Homeschooling Imam An-Nawawi Depok sama seperti pendidikan formal
pada umumnya. Namun terdapat tambahan dalam kreatifitas kemandirian belajar serta penanaman ajaran-ajaran Islam pada diri siswa. hal ini
diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc., yaitu: Ujian tengah semester dan akhir semester juga masih diberlakukan.
Seperti halnya perkuliahan, anak dituntut lebih aktif, lebih rajin, ada sistem komunikasi dalam presentasi. Jadi kerjasama antara
guru dan anak, tidak guru saja yang aktif seperti pada umumnya. Jadi bukan guru saja yang pintar, anak juga bisa lebih pintar,
sehingga ada komunikasi dua arah, jika murid lebih tahu, maka guru menerimanya.
15
Demikian pula penilaian dan ujian kesetaraannya. Bapak Mashudi Rukun juga menjelaskan tentang sistem evaluasi yang diterapkan:
Sistem evaluasi yang kami implementasikan di homeschooling Imam An-Nawawi dengan portofolio. Yang pelaksanaannya dalam
komunitas selama dua hari yaitu hari selasa, dengan materi program OCC Outing Class Club dan hari kamis, dengan meteri
sains pengetahuan alam dan special class.
16
15
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An- Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.45 WIB
16
Wawancara dengan Bpk. Mashudi Rukun, Wakil Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
Di sini kita bisa menilai, bahwa penilaian yang dilakukan oleh pihak komunitas homeschooling Imam An-Nawawi sangat komprehensif,
karena menilai secara utuh apa yang dilakukan dan dijalani oleh anak selama belajar di kelas yang sedang dijalaninya. Sehingga penilaiannya
bisa lebih objektif dan berbasis keadilan untuk semua. Untuk kenaikan tingkat kelas di homeschooling Imam An-Nawawi
menggunakan model Akselerasi, jadi siswa tidak perlu menunggu 6 tahun untuk tingkat dasar, 3 tahun untuk SMP. Itu semua bisa ditempuh lebih
cepat dari waktu normal sekolah formal biasa. Jadi siswa bisa naik kelas lebih cepat dari teman-teman seusianya di sekolah formal. Bapak Saiful
Lc., dalam wawancaranya dengan peneliti menuturkan: Pada homeschooling ada juga program akselerasi, kalau di sekolah
formal, misalnya SD itu selama enam tahun, dan SMP tiga tahun, maka di homeschooling bisa menyelesaikan jenjang tersebut
dengan lebih cepat dari yang biasa. Misalnya lima tahun ada anak didik yang dinilai mampu mengikuti ujian, maka dia boleh
mengikuti Ujian Nasional. Tentunya dengan berpatokan pada kemampuan anak. Kalau di SMP atau SMA minimum dua tahun
dan tidak perlu sampai tiga tahun. Jika kita nilai sudah mampu untuk ikut ujian, kita usulkan untuk ikut ujian.
17
Dengan demikian dapat digambarkan bahwa yang mengusulkan untuk ikut ujian tersebut adalah dari pembimbing, kemudian ketua, kita
lihat prestasi anak tersebut sudah mampu apa belum. Penilaiannya kita tidak hanya dilihat dari materi-materi saja, melainkan kita lihat keagresifan
dan keaktifan anak tersebut di kelas. Anak didik juga diperbolehkan untuk mengajukan untuk mengikuti ujian, dengan terlebih dahulu di evaluasi
oleh pembimbing
terhadap faktor-faktor
yang mendukung
diperbolehkannya anak mengikuti ujian di pertengahan. Sistem evaluasinya dengan penilaian secara berkala dan
berkelanjutan tentang keaktifan, keagresifan, kerajinan, dan sikap atau akhlaknya anak tersebut. Namun untuk melaksanakan ujian nasional,
17
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An- Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
pihak homeschooling masih bekerjasama dengan sekolah formal yang ada, atau mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Tapi beberapa homeschooling yang sudah bagus biasanya bisa melaksanakan Ujian Nasional sendiri. Kalau di Imam An-Nawawi seperti
yang diungkapkan oleh Bapak Saiful Lc: “Kami bekerjasama dan bergabung dengan sekolah formal yang
lain juga untuk keikutsertaan anak-anak homeshooling dalam Ujian Nasional. Bisa juga ikut jalur persamaan yang ada di Depdiknas, atau
bergabung dengan homeschooling yang lain juga”.
18
Jadi di Imam An-Nawawi masih melaksanakan Ujian Nasional dengan bekerjasama dengan sekolah Formal yang ada. Dan juga ada yang
mengikuti paket kesetaraan yang dilakasanakan oleh Diknas setelah pelaksanaan Ujian Nasional reguler.
Motivasi belajar anak homeschooling tentunya juga berbeda dengan anak-anak yang belajar di sekolah formal. Karena fleksibelitas dan
kreativitas yang diterapkan di homeschooling mampu mendorong anak- anak homeschooling di Imam An-Nawawi lebih tinggi. Sehingga prestasi
yang diraih oleh anak-anak lebih besar. Hal ini tentunya dikarenakan bimbingan yang sangat intens yang dilakukan oleh pihak komunitas sangat
membantu menyelesaikan segala bentuk permasalahan belajar mereka. Bapak Saiful Lc., saat diwawancarai oleh peneliti menuturkan :
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi kami, dari waktu kewaktu kecakapan dan prestasi siswa dalam pelajaran semakin
berkembang pesat, karena kita memang menekankan pada kemandirian belajar anak, guru hanya sebagai pendamping belajar
dan pembimbing. Motivasi belajar anak juga meningkat dengan cukup baik, kalau sebelumnya ketika awal mereka masuk sedikit
kesulitan kita membingbing mereka, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sebelumnya
19
.
18
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.45 WIB
19
Wawancara dengan Bpk. Saiful, Lc., Kepala Sekolah Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 10.50 WIB
Kalau kita lihat dari pernyataan Bapak Saiful Lc., di atas, motivasi belajar anak antara sebelum bergabung dengan sesudah belajar di
komunitas homeschooling
ada peningkatan
dalam belajar.
Ini menunjukkan bahwa Homeschooling mampu meningkatkan motivasi
belajar anak. Peran guru di sini juga sangat penting dalam mendorong minat dan
motivasi belajar anak. Banyak upaya yang dilakukan guru di komunitas belajar ini agar anak lebih termotivasi lagi belajarnya, cara belajar yang
serius namun santai seperti diajak bercanda dan menjadi teman bermain ketika jam pelajaran sudah selesai. Hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara dengan Bapak Muhammad Soleh, salah satu guru di Komunitas homeschooling di Imam An-Nawawi Depok:
Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan
sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang
tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka.
20
Karena guru sekaligus orang tua yang tahu letak kekurangan dan kemampuan anak-anak didik mereka maka guru-guru yang mengajar di
Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok sangat memperhatikan motivasi dan minat belajar anak dari waktu ke waktu dengan cara
memberikan tugas dan lainnya. Dan hasilnya motivasi dan minat belajar anak mengalami perkembangan yang membanggakan. Seperti hasil
wawancara dengan salah satu homeschooler Ibu Nurhayati terhadap anaknya Zaki mengemukakan:
Alhamdulillah selama belajar di komunitas homeschooling di sini, motivasi belajar anak saya semakin meningkat, dulunya ketika
diajak belajar sangat susah dan malas-malasan, kini tanpa disuruh belajar anak saya mau belajar sendiri. Kita cukup memantau dan
menanyakan materi apa yang sudah dipelajarinya, mereka akan lanngsung menjawab dengan antusias. Begitu pula jika ada tugas,
20
Wawancara dengan Bpk. Muhammad Soleh, Guru Kelas IV di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi. Senin 5 Januari 2015 di Sekolah Imam An-Nawawi pukul 11.00 WIB