Oleh  karena  itu,  diharapkan  orang  tua  pengajar  dapat memanfaatkan  faktor-faktor  tersebut  dengan  baik  agar  motivasi  belajar
anak  dapat  berkembang.  Perilaku-  perilaku  di  atas,  bisa  dijadikan  sebuah tolok ukur bahwa anak-anak didik tersebut telah termotivasi belajarnya.
6. Faktor  Penunjang  Implementasi  Model  Homeschooling  dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Anak.
Berdasarkan pengumpulan data, bahwa Komunitas Belajar Rumah Imam An-Nawawi Depok. Berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar
anak  telah  terbukti  pada  kesehariannya  yang  digambarkan  dari  hasil wawancara,
observasi, dan
dokumentasirecord sebagai
faktor penunjangnya yaitu:
a. Anak  bisa  belajar  dengan  siapa  saja,  dimana  saja  dan  dengan  siapa
saja. b.
Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel. c.
Proses pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar dan minat anak. d.
Objek materinya pun sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Homeschooling ada untuk mereka yang membutuhkan. Untuk anak
yang  berlebih  secara  intelektual,  emosi  dan  ekonomi,  anak  berkebutuhan khusus, anak yang memiliki gangguan belajar dan sebagainya. Masyarakat
di setiap kelas atas, menengah ataupun untuk para anak petani, buruh yang kurang mampu dan hanya cukup puas dengan bisa membaca, menulis dan
berhitung saja. Sebagai  komunitas  homeschooling,  Komunitas  Belajar  Rumah
Imam  An-Nawawi  Depok  telah  berusaha  semaksimal  mungkin  dalam meningkatkan  motivasi  belajar  anak.  Melalui  perpaduan  kedua  proses
pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal.  Dua  komponen  tersebut  berproses  dalam  satu  kesatuan  untuk
mencapai  tujuan  yang  diharapkan.  Komponen  internal  terdiri  atas  tujuan, materi  pelajaran,  metode,  media,  dan  evaluasi,  sedangkan  komponen
eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Selama  ini  kita  melihat  seolah-oleh  ketika  anak  belajar  menjadi objek kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar yang selama
ini  terselenggarakan  bukan  menjadikan  kurikulum  itu  untuk  anak,  tetapi bahkan  sebaliknya,  yaitu  anak  untuk  kurikulum.  Akibatnya,  terjadilah
kegiatan  belajar  yang  memaksa  anak  untuk  menyesuaikan  dengan kurikulum.
Idealnya memang
seharusnya kurikulumlah
yang menyesuaikan  diri  dengan  kebutuhan  setiap  anak.  Anak  diberi  hak  untuk
memilih kurikulum yang ingin diikutinya. Dengan  homeschooling,  anak  diberi  peluang  untuk  menentukan
materi-materi  yang  ingin  dipelajarinya.  Anak  menjadi  subjek  dalam kegiatan  belajar.  Bahkan  bukan  hanya  materi  pelajaran  yang  dipilih  oleh
anak, gaya belajar anak; apakah dia tipe somatiskinestetis, auditif, visual, atau intelektual. Jadi menjadikan anak sebagai subjek dalam belajar maka,
belajar anak pun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan. Melalui
homeschooling, dapat
memanfaatkan untuk
mengembalikan anak yang semula menjadi objek belajar ke subjek belajar. Dengan ini belajarnya pun dapat termotivasi sebab anak bisa menunjukkan
keinginan,  keberanian  menampilkan  minat,  kebutuhan  dan  permasalahan yang  dihadapi  ketika  belajar,  anak  bergairah  belajar,  serta  kemandirian
dalam belajarnya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Setelah melakukan pendidikan di komunitas homeschooling, anak-
anak  homeschooling  sangat  termotivasi  belajarnya,  sebab  dia  mampu melakukan  peningkatan-peningkatan  dalam  belajarnya  dan  tidak  merasa
bosan.  Karena  anak  sudah  merasa  pola  belajar  yang  dilakukannya sekarang adalah kebutuhan yang sesuai dengan anak dan orang tua.
Homeschooling juga memberikan pola belajar yang fleksibel, maka anak merasa nyaman, efektif dengan belajar dimana, kapan, bersama siapa
saja.  Tak  lupa  pula  orang  tua  sebagai  motivator  yang  hebat  bagi  anak. Sehingga anak-anak di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok tidak
mau pergi ke sekolah formal lagi.
Sebagaimana  yang  terjadi  anak  termotivasi  belajarnya,  sesuai dengan hasil wawancara, observasi dan dokumentasirecord di Komunitas
Belajar Imam An-Nawawi Depok. Meningkatnya motivasi belajar anak hal tersebut  dapat  dilihat  dari  anak-anak  memiliki  keinginan  dan  keberanian,
serta  kesempatan  untuk  berpartisipasi  dalam  kegiatan  persiapan,  proses dan  kelanjutan  belajar.  Penampilan  berbagai  usaha  belajar  dalam
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri  dan  bersemangat  dalam  belajarnya.  Juga  keinginan,  keberanian
menampilkan  minat,  kebutuhan  dan  permasalahan  yang  dihadapi  ketika belajar.
Salah  satu  penyebab  sebuah  keluarga  memilih  homeschooling untuk  anaknya  yaitu  ingin  meningkatkan  potensi  anak  secara  optimal,
fleksibel  dalam  materi,  relatif  murah  yang  terpenting  supaya  anak  tidak terhambat,  ditambah  lagi  agar  anak  ditanamkan  nilai-nilai  ajaran  Islami
sejak  dini  untuk  bekal  dikehidupan  nantinya.  Sebelumnya  pihak homeschooler  keluarga  membuat  kesepakatan  terlebih  dahulu  antara
orang  tua  dan  anak.  Siswa  homeschooling  dari  hasil  penelitian disimpulkan  hampir  tidak  pernah  mengeluh  atau  merasa  bosan  dalam
belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang. belajar apa yang
dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan orang tua. Karena orang  tua  merasa  bahwa  pendidikan  tidak  hanya  didapat  di  pendidikan
formal saja. Orang tua hanya menginginkan anak mahirpaham, cepat dan tidak  ada  hambatan  dalam  menuntut  ilmu  khususnya  pendidikan  dan
belajar, serta memiliki anak yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Adapun  faktor  penunjang  secara  umum,  dalam  implementasi
model  homeschooling  dalam  meningkatkan  motivasi  belajar  anak  pada Komunitas  Belajar  Imam  An-Nawawi  Depok,  selain  faktor-faktor  diatas
sebagai berikut: