Sejarah Homeschooling di Indonesia

Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anaknya. Banyak keluarga Indonesia belajar ke luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Selain itu ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.

3. Faktor-Faktor Pemicu Memilih Homeschooling

Ada beberpa penyebab yang menjadi factor pemicu orang tua dalam memilih homeschooling bagi anaknya. Factor-faktor berikut ini berhubungan erat dengan gagalnya sekolah mengkomodasi keinginan orang tua, berikut antara lain factor-faktor pemicunya adalah: a. Sekolah terlalu mahal. b. Sekolah dan guru dianggap tidak berkualitas. c. Pekerjaan Rumah terlalu banyak. d. Ketidaksesuaian nilai-nilai yang dianut. e. Lingkungan sekolah tidak kondusif. f. Waktu belajar yang panjang. 15 Selain masalah yang berhubungan dengan pihak sekolah, ada alasan-alasan lain yang menjadi factor pemicu lainnya yang masih bersinggungan dengan pendidikan anak dan kebutuhannya, antara lain: a. Keluarga sering berpindah tempat. b. Keluarga sering bepergian. c. Anak memiliki kebutuhan khusus. d. Anak memiliki bakat khusus. e. Mempererat ikatan dalam keluarga f. Ingin pendidikan yang lebih baik 16 Dari beberapa factor-faktor pemicu orang tua memilih homeschooling sebagai alternative pendidikan untuk anaknya, dari banyaknya factor pemicu apapun alasannya semuanya mempunyai dasar 15 Indah Hanaco., Op.Cit., h..41-49 16 Indah Hanaco, Op.Cit., h.52-57 masing-masing yang harus dihargai. Karena setiap keluarga paling tahu yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

4. Tujuan Homeschooling

Menurut pakar pendidikan anak Seto Mulyadi, mengemukakan tujuan dari homeschooling yaitu: a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menyenangkan dan menantang bagi anak didik sesuai dengan kepribadian, gaya belajar, kekuatan, dan keterbatasan yang dimilikinya. b. Mempelajari materi pelajaran secara langsung dalam setting kehidupan nyata sehingga lebih bermakna dan berguna dalam kehidupan anak didik. c. Meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir, dan sikap serta mengembangkan kepribadian peserta didik. d. Membina dan meningkatkan hubungan baik antara orangtua dan anak didik sehingga tercipta keluarga yang harmonis. e. Mengembangkan bakat, potensi, dan kebiasaan-kebiasaan belajar anak didik secara alamiah. f. Mengatasi keterbatasan, kelemahan, dan hambatan emosional anak didik sehingga anak didik tersebut dapat mencapai hasil belajar yang optimal. g. Mempersiapkan kemampuan peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi. h. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah lingkungan sesuai dengan tingkat perkembangannya demi kehidupannya di masa depan. 17 Sedangkan m enurut Jamal Ma’mur A. homeschooling memiliki beberapa tujuan, yaitu: a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur homeschooling. b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup. c. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu pendidikannya. 18 17 Kak Seto, Homeschooling Keluarga Kak Seto, Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2007, h. 38-40 18 Jamal Ma ‟ mur Asmani, Buku Pintar Homeschooling, Jogjakarta: Flashbooks, 2012, h.67 Dari beberapa tujuan homeschooling di atas, dapat dikatakan bahwa homeschooling merupakan pendidikan alternatif yang disesuaikan pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta tantangan perkembangan zaman. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah formal, namun esensinya tetap homeschooling. Hal tersebut dikarenakan mereka tetap belajar dengan tidak ada ketentuan waktu, fleksibel, bebas, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka.

5. Kurikulum, Materi, Metode, serta Sistem Evaluasi pada

Homeschooling Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa penerapan kurikulum pada homeschooling sangat beragam. Standar dan model penyelenggaraan homeschooling tergantung pada keluarga yangg menjalaninya. Para Orang tua yang ingin memulai homeschooling secara berproses akan menemukan sendiri pola dan model homeschooling yang cocok dengan visi dan karakter keluarganya serta jalur apa yg mereka pilih dan itu pun bersifat dinamis. Tidak ada standar yang baku bagaimana semestinya homeschooling itu dijalankan. Kurikulum yang digunakan pada komunitas sekolah homeschooling An Nawawi Depok adalah Kurikulum Nasional dan Montessori yang telah dikembangkan. Dimana pada kurikulum nasional berfokus hanya pada enam mata pelajaran utama yang diujikan pada Ujian Negara Paket Kesetaraan. Sedangkan kurikulum Montessori digunakan lebih kepada mementingkan aspek empirik, segala sesuatu diatur ukurannya sesuai dengan anak, alat kerja, alat pembelajaran, diatur dengan ukuran anak anak. Misal meja belajar dan kursi serta alat pertanian cangkul dan lain-lain sebagai alat belajar disesuai kan ukurannya dengan ukuran anak anak. Model ini juga cocok bagi mereka yang senang dengan keteraturan dan mengharapkan anak-anak juga bersikap teratur dan runut. Dalam menentukan materibahan pelajaran berdasarkan kebutuhan belajar dan juga disertakan bahan pelajaran yang sesuai dengan ideologi Indonesia, seperti mempelajari pancasila, kewarganegaraan, dan lain-lain. Untuk komunitas homeschooling bahan belajar untuk pendidikan akademik lebih terstruktur. Komunitas homeschooling tertentu juga menyediakan paket belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk belajar, siswa homeschooling dapat menggunakan bahan- bahan yang tersedia di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, keluarga homeschooling dapat membeli kurikulum dan materi- materi ajar secara online melalui internet dan juga dapat menggunakan kurikulum Diknas sebagai acuan yang dapat diambil gratis via internet. Menurut Sumardionno untuk materi ajar, keluarga homeschooling dapat menggunakan buku-buku yang ada tanpa tergantung keharusan memilih buku dari penerbit tertentu bahkan tidak harus membeli buku baru karena buku-buku lama ma sih dapat digunakan sepanjang materinya relevan. 19 Sedangkan untuk metode pembelajaran pada homeschooling merumuskan metode-metode yang tepat misal metode motessori untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, contohnya: ceramah, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi, dan sebagainya. Pada komunitas homeschooling Imam An Nawawi Depok bisa diserahkan kepada orangtua atau menyewa guru-guru berkualitas dalam mendidik anaknya sesuai dengan potensinya. Pengajaran antara teori dengan praktek seimbang. Para orangtua membentuk network untuk membagi pengalamannya kepada orangtua lain yang mendidik anaknya di homeschooling. Bahkan, jika minat anak-anak sama, beberapa orangtua membentuk kelompok pendidikan dan mengajak anak belajar bersama dengan anak-anak lain yang memiliki minat sama. Jadi, homeschooling memberikan kebebasan untuk belajar secara fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minatnya. 20 19 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar, Jakarta: PT. Elex Media Kompatindo, 2007, hal.16 20 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, Bandung: Progressio, 2007, h. 11