Metode Pembelajaran Homeschooling Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling

Sebagaimana yang terjadi anak termotivasi belajarnya, sesuai dengan hasil wawancara, observasi dan dokumentasirecord di Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok. Meningkatnya motivasi belajar anak hal tersebut dapat dilihat dari anak-anak memiliki keinginan dan keberanian, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan bersemangat dalam belajarnya. Juga keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar. Salah satu penyebab sebuah keluarga memilih homeschooling untuk anaknya yaitu ingin meningkatkan potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat, ditambah lagi agar anak ditanamkan nilai-nilai ajaran Islami sejak dini untuk bekal dikehidupan nantinya. Sebelumnya pihak homeschooler keluarga membuat kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak. Siswa homeschooling dari hasil penelitian disimpulkan hampir tidak pernah mengeluh atau merasa bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang. belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan orang tua. Karena orang tua merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Orang tua hanya menginginkan anak mahirpaham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar, serta memiliki anak yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Adapun faktor penunjang secara umum, dalam implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada Komunitas Belajar Imam An-Nawawi Depok, selain faktor-faktor diatas sebagai berikut: a. Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak diperolah dalam format sekolah formal. Serta ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan. b. Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua Pengajar dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan akademis dalam pembangunan akhlak mulia, mengembangkan intelegensi, dan keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian, dan kriteriakeberhasilan dalam mencapai standar mutu tertentutanpa kehilangan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga dan lingkungannya. c. Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, saling mengajar untuk bidang yang lebih dikuasai dan dapat memperdalam sesuai keahliannya. Serta anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Dengan demikian, ada banyak hal yang melatarbelakangi pilihan orang tua untuk bersekolah di rumah yang disesuaikan dengan faktor penunjang dan penghambatnya, sebagai berikut : a. Anak yang berlebih secara intelektual tidak puas dengan pola pembelajaran di sekolah yang baginya lambat. Materi pelajaran yang harusnya bisa selesai dalam 1 minggu harus diajarkan dalam 1 bulan sehingga anak ini mengganggu temannya atau mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pengajar tidak mampu menangkap kelebihan yang dimiliki si anak sebagai potensi, tapi malah mencapnya sebagai pembuat onar. b. Anak yang tidak menyenangi mata pelajaran tertentu misalnya, Bahasa Indonesia atau anak dari Medan terpaksa belajar Bahasa Daerah Jawa. Hal ini tentu menyebabkan anak malas belajar dan sekali lagi menjadi “masalah” di kelas, karena pemaksaan beban materi pelajaran yang “kurang perlu” dan kurang aplikatif bagi anak.