BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pathophysiology Infeksi HIV
Memahami pathophysiology infeksi HIV penting dalam rangka mengetahui bagaimana virus menyebabkan kerusakan sistem kekebalan dan mengakibatkan
gejala klinis, juga menjelaskan di mana dan bagaimana obat antiviral bekerja Jeffrey, 2003. Pathophysiology infeksi HIV terdiri dari pengertian tentang virus HIVAIDS,
penularan, tanda-tanda klinis, terapi, yang bisa diuraikan sebagai berikut:
2.1.1. Definisi dan Pengertian Virus HIV dan Penyakit AIDS
Definisi dan pengertian menurut Depkes RI 2003, adalah sebagai berikut:
a. Virus HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel
CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi
oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh kekebalan yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.
b. Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
2.1.2. MetodeTeknik Penularan dan Penyebaran Virus HIVAIDS
HIV menular melalui: Darah, cairan semen, cairan vagina, air susu ibu, air liursaliva, feses, air mata, air keringat, urine. Penularan dapat terjadi melalui:
hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang telah terinfeksi HIV, jarum suntiktindiktato yang tidak steril dan dipakai secara bergantian, transfusi darah yang
mengandung virus HIV, ibu penderita HIV positif saat melahirkan atau melalui air susu ibu ASI.
2.1.3. Tanda-tanda Klinis
Tanda-tanda klinis berupa: Berat badan menurun lebih dari 10 dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis, dimensia HIV ensefalopati. Sedangkan gejala minor yaitu: Batuk menetap lebih dari 1 bulan,
dermatitis generalisata yang gatal, adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang, infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
2.1.4. Kelompok Rawan HIVAIDS
Risiko tertular lebih besar dari pada kelompok rawan AIDS, yaitu: Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama- sama. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik, bayi yang ibunya positif HIV.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Terapi HIV
Saat ini telah diketemukan obat untuk menghambat penggandaan virus yang
bekerja dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Obat anti HIV yang pertama adalah: Reverse Transcriptase Inhibitor RTI,
fungsinya menghalang penciptaan DNA virus dari RNA dengan membuat sel tiruan yang mengganggu proses ini. Contoh obatnya: Zidovudine, Didanosine,
Zalcitabine, Stavudine, dan sebagainya. b.
Obat anti HIV yang juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari RNA, Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor analog non-
nukleosidaNNRTI, obat ini mengikat enzim reverse transciptase dan menghalang kegiatannya. Contoh obatnya: Saquinavir, Indinavir, Nelfinavir.
c. Protease inhibitor: Menghalang kegiatan protease, sebuah enzim yang
memotong rantai protein HIV menjadi protein tertentu yang diperlu untuk merakit tiruan virus yang baru.
d. Attachment dan Fusion Inhibitor: Mencegah pengikatan HIV pada sel.
e. Obat Antisense: Obat yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya.
f. Perangsang Kekebalan Immune Stimulator.
2.1.6. Dampak
Saat ini penderita di Indonesia kebanyakan terjangkit pada usia produktif 80 dari semua kasus sehingga menurut Depkes RI 2003, dampak secara
langsung adalah: a. Peningkatan biaya perawatan medis, b. Meningkatkan biaya tenaga kerja, c. Mengurangi jumlah angkatan kerja dan pendapatan para
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
buruhpekerja. Sedangkan dampak secara tidak langsung adalah: a. Menurunkan tingkat produktivitas perusahaan di setiap sektor, b. Mengurangi jumlah tenaga-
tenaga terdidik dan terlatih serta berpengalaman, c. Klaim asuransi karyawan meningkat, d. Produksi menurun akibat PHK, e. Terjadi penularan antar karyawan
melalui perilaku beresiko tinggi, f. Memunculkan stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV yang mengancam prinsip serta hak dasar di tempat kerja, serta
menghambat upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan. Dampaknya terhadap pekerja adalah: a. Kehilangan pendapatan dan tunjangan pegawai, b. Stigma dan
diskriminasi, c. Tekanan terhadap keluarga.
2.1.7. Pelayanan Paliatif
Perawatan pelayanan paliatif terhadap penderita HIVAIDS adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh diberikan terhadap penderita
melalui pendekatan multidisiplin keahlian yang terintegrasi. Tujuan pelayanan perawatan HIVAIDS di rumah sakit adalah untuk mengurangi penderitaan,
memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup, juga memberikan support kepada keluarga, meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr.
Soetomo, 2008. Paliatif yang dikembangkan mempunyai prinsip sebagai berikut a. Menghargai setiap kehidupan, b. Menganggap kematian sebagai proses yang
normal, c. Tdak mempercepat atau menunda kematian, d. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, e. Menghilangkan nyeri, f. Mengintegrasikan
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, g. Menghindari tindakan medis yang sia-sia, h. Memberikan dukungan yang
diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, i. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo, 2008.
2.2. Definisi Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS
Kualitas hidup adalah tingkat yang dirasakan oleh seorang individu atau kelompok, sulit didefinisikan secara pasti, biasanya didefinisikan para peneliti sesuai
dengan disiplin bidang ilmu yang ditelitinya dengan berbagai sudut pandang tertentu. WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai suatu persepsi individu tentang
harkat dan martabatnya di dalam konteks budaya dan sistem nilai, yang berhubungan dengan tujuan hidup dan target individu WHO, 2004. Persepsi tersebut terdiri dari
dua aspek yaitu: aspek fisik yang dirasakan penderita HIV seperti sehat, rasa sakit atau penyakit dan aspek psikologis seperti: stres, cemas, kenyamanan, kesenangan.
Konsep sudut pandang bisa ditinjau dari karakter fisik, psikologis dan sosial, dan berhubungan dengan kepuasan terhadap keadaan lingkungan sekitarnya Hicks,
2002. Kualitas hidup pasien didefinisikan Depkes adalah persepsi pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan
niatnya Depkes 2007. Dimensi dari kualitas hidup digambarkan terdiri dari: a. Gejala fisik, b. Kemampuan fungsional aktivitas, c. Kesejahteraan keluarga,
d. Spiritual, e. Fungsi sosial, f. Kepuasan terhadap pengobatan termasuk masalah
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
keuangan, g. Orientasi masa depan, h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, i. Fungsi dalam bekerja.
Peneliti kualitas hidup lainnya yang meninjau dari segi sosial ekonomi menyebutnya dengan Indeks Pembangunan Manusia IPM, dari segi pembangunan
kesehatan kualitas hidup disebut dengan harapan hidup, dari segi pendidikan disebut dengan tingkat melek huruf alat ukur dari segi pendidikan dan segi ekonomi disebut
dengan pengeluaran, jika nilainya baik maka disebut juga kualitas hidup manusia di suatu daerah menjadi baik. Kualitas hidup adalah sesuatu yang abstrak, seperti
yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Sumber: Gollner 2002
Gambar 2.1. Kualitas Hidup
Gambar di atas menunjukkan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh standar hidup sesuatu yang objektif mampu menyebabkan perasaan senang sesuatu yang
subjektif Gollner, 2002. Standar hidup penderita HIV menurut Djoerban, 1998 adalah faktor-faktor
secara langsung berpengaruh dalam penatalaksanaan AIDS, seperti kondisi: krisis
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, mahalnya alat kedokteran dan pengetahuan tentang penularan HIV. Perasaan senang bagi penderita HIV menurut Depkes, 2003 adalah hilangnya
perasaan tidak berguna, tidak ada harapan, takut, sedih, marah dan perasaan lainnya.
2.2.1. Pentingnya Pengukuran Kualitas Hidup Penderita HIVAIDS bagi Ilmu
Kedokteran Pengukuran kualitas hidup penderita HIVAIDS bagi ilmu kedokteran
sangatlah penting, Hakuzimana 2005 menguraikan sebagai berikut: a.
Praktek kedokteran Perubahan kualitas hidup penderita HIV selama pengobatan merupakan informasi
penting bagi dokter untuk memberikan keputusan pemberian perawatan lanjutan atau menambah wawasan dokter dengan melihat perubahan penderita HIV setelah
mengalami intervensi medis. b.
Efektivitas pelayanan medis Instrumen kualitas hidup mampu melihat perubahan kesejahteraan pasien selama
dalam pengobatan, hal ini merupakan informasi penting bagi efektivitas pelayanan medis. Biaya yang besar dan sulitnya menjangkau pelayanan
menyebabkan penurunan kualitas hidup. c.
Evaluasi pelayanan Sarana prasarana kelengkapan dan peralatan medis untuk mendukung pelayanan
kesehatan HIV bisa dievaluasi secara priodik dengan menggunakan ukuran persepsi penderita HIV terhadap sarana pelayanan yang tersedia.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
d. Dampak terapi dalam praktek klinik
Dokter yang memberikan terapi ARV bisa melihat dampak langsung pemberian obat. Kemanjuran, keamanan obat ARV mempengaruhi kualitas hidup penderita
HIV. e.
Kebijakan kesehatan Pemerintah bisa memantau kualitas hidup penderita HIV di suatu daerah dan
mengeluarkan kebijakan untuk peningkatan kualitas pelayanan HIV. f.
Penelitian ini Memberi wawasan baru bagi pimpinan di rumah sakit untuk menerapkan model
kepemimpinan yang sesuai untuk mendukung peningkatan kualitas hidup penderita HIV.
2.2.2. Berbagai Penelitian Dampak HIVAIDS terhadap Kualitas Hidup serta
Pengukuran Kualitas Hidup Penelitian Miller, dkk 2006 tentang kualitas hidup bagi wanita penderita
HIV di Amerika yang sudah menggunakan ARV selama 8 tahun menunjukkan bahwa kualitas hidup menurun jika pelayanan kesehatan yang mereka terima buruk,
kurangnya perhatian. Gejala yang sering dijumpai akibat menurunnya kualitas hidup adalah depresi mental.
Penelitian di Kota Washington yang meneliti 125 penderita HIVAIDS, menemukan kualitas hidup berhubungan dengan variabel-variabel tentang kedekatan
keluarga, perhatian keperawatan. Penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup tidak berhubungan dengan kemajuan penyakit CD4 sel Michael, dkk, 2006.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
Penelitian kualitas hidup pada penderita HIVAIDS di Nigeria menemukan hampir 25 penderita dengan diagnosa depressi, juga kualitas hidup berhubungan
dengan rendahnya pendidikan dan sosio ekonomi Abiodun, 2008. Penelitian kualitas hidup di Brazilia menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara
kualitas hidup pada kulit putih dan hitam. Kualitas hidup lebih rendah pada warna kulit hitam dibandingkan kulit putih, sedangkan wanita mempunyai angka paling
rendah untuk lingkup psikologis dan lingkungan. Kualitas hidup ditemukan meningkat pada penderita yang mempunyai penghasilan yang lebih tinggi Elisabette,
dkk, 2007. 2.2.3.
Pengukuran Kualitas Hidup
Pengukuran kualitas hidup yang dikembangkan oleh WHO yang disebut The World Health Organization Quality of Life WHOQOL – BREF terdiri dari empat
dimensi yaitu: psikis, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan WHO 2004. Alat ukur menggunakan lima Skala Likert, yaitu: 1 = sangat sering; 2 = sering; 3= kadang-
kadang; 4 = sangat jarang; 5 = tidak pernah seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Dimensi Pengukuran Kualitas Versi WHO 2004 No Dimensi Kualitas Hidup
Lingkup Pengukuran
1 Kesehatan fisik
Menurunnya aktivitas kegiatan setiap hari
Bergantung terhadap bantuan obat dan
medis
Terdapat rasa nyeri
Susah tidur 2
Psikologis
Perasaan tegang
Tidak konsentrasi
Kuatir
Merasa rendah diri
Merasa sangat menderita 3
Hubungan sosial
Menghindari keluar rumah
Sulit bersama orang lain
Mudah tersinggung 4
Lingkungan
Kesehatan memburuk
Keuangan memburuk
Tidak mampu beramah-tamah
Hidup terasa kurang memuaskan
Sama sekali tidak dapat berfungsi
2.3. Variabel Organisasi yang Berkaitan dengan Kualitas Hidup
Variabel organisasi yang mendukung kualitas hidup dalam penelitian ini adalah kepemimpinan mutu dan Total Quality Management TQM, adapun
uraiannya sebagai berikut:
2.3.1. Kepemimpinan Mutu
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memimpin dan menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Kemampuan kepemimpinan menurut Bass dalam
Vance dan Larson, 2002 adalah: a. Fokus pada kegiatan, b. Mempunyai
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
kepribadian yang bisa ditiru, c. Seni untuk mempengaruhi, d. Kemampuan untuk memajukan, e. Mampu bertindak tepat waktu, f. Mempunyai karakter untuk
mempengaruhi, g. Mempunyai kekuatan dalam hubungan antar manusia, h. Mempunyai instrumen untuk mencapai sasaran, i. Kemampuan berinteraksi
dengan peran yang berbeda. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi. Menurut John dan Bertram dalam Nisrul, 2004. Pemimpin memiliki kekuasaan yang bersumber dari: a. Kekuasaan imbalan: Persepsi bawahan
bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memberikan penghargaan jika mengikuti arahannya, atau kepatuhan bawahan terhadap atasan,
b. Kekuasaan paksaan: Persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumber daya memberikan hukuman bagi bawahan jika tidak mengikuti
arahannya, c. Kekuatan legitimasi: Memiliki pengaruh berdasarkan otoritas yang dimilikinya terhadap pihak yang berkedudukan lebih rendah, d. Kekuasaan panutan:
Memiliki pengaruh karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau kharismanya, e. Kekuasaan ahli: Memiliki pengaruh karena kompetensi dan keahlian teknis,
administratif atau yang lain dalam bidangnya.
b. Perkembangan Teori Kepemimpinan