Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

B.4. Melakukan Intervensi dan Koreksi Setiap Saat Melakukan intervensi dan koreksi setiap saat di pelayanan HIVAIDS, belum dianggap perlu informan merasa terganggu dan bekerja jadi membosankan seperti diungkapkan oleh informan II sebagai berikut: “Karyawan tidak berkembang logikanya, cenderung menunggu petunjuk dahulu baru melaksanakan pekerjaan, karyawan hanya melakukan pekerjaan rutin tanpa inovasi, tidak pernah merasa bersalah sewaktu bekerja kecuali ada teguran”.

C. Atribut Passive Management by Exception

Gaya kepemimpinan dengan atribut ini melaksanakan intervensi dan koreksi apabila masalahnya makin memburuk atau bertambah serius, seperti ungkapan informan berikut. C.1. Mengintervensi hanya Masalahnya Makin Memburuk atau Serius Pelayanan HIVAIDS membutuhkan pemimpin yang bisa bekerjasama bukan mengintervensi jika masalahnya memburuk atau serius, tapi kenyataan di lapangan ternyata pimpinan sering membiarkan pelayanan berjalan apa adanya dan turut campur jika ada masalah seperti diungkapkan oleh informan I sebagai berikut: “Tidak baguslah, tetapi kenyataan pimpinan akan berkomunikasi jika ada masalah besar dalam pelayanan dan sudah menjadi berita yang luas di media massa”.

5.1.4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Pemimpin yang laissez faire adalah cenderung memilih peran yang pasif, bersikap permisif dengan prinsip setiap anggota organisasi boleh bertindak sesuai dengan hati nuraninya untuk mencapai tujuan organisasi Golding, A.A., 2003; pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Jansenn, T, 2004; Henckle, 2004. Penelitian ini mendapatkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan di pelayanan HIV cenderung pasif dan ada terdapat kelompok-kelompok di unit pelayanan HIV seperti diungkapkan informan berikut:

A. Pimpinan Melimpahkan Wewenang Sepenuhnya Kepada Koordinator VCT di Lapangan

Pelayanan HIVAIDS tidak membutuhkan pemimpin pasif tetapi membutuhkan pemimpin yang bisa melimpahkan wewenang seperlunya, karena kalau pelimpahan diberikan sepenuhnya maka dikhawatirkan akan timbul kelompok- kelompok dalam unit kerja, kelompok tersebut mungkin mencari keuntungan atau minimal korupsi waktu, seperti diungkapkan berikut ini: “Sebagai petugas konseling saja hanya bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nurani, di luar itu saya tidak tahu apa-apa. Saat ini timbul kelompok-kelompok dalam unit kerja, mungkin mencari keuntungan atau minimal bisa disebutkan korupsi waktu”.

B. Keputusan Lebih Banyak Dibuat oleh Koordinator VCTCST

Pelayanan HIVAIDS tidak akan berjalan maksimal jika keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan sebab pelayanan HIV sangat kompleks dan membutuhkan keterlibatan banyak pihak seperti diungkapkan informan I berikut: “Itu tidak mungkinlah, pemerintah sajapun harus melaksanakan sidang kabinet sesi khusus HIV dan AIDS, yang dilanjutkan dengan Pencanangan Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS, itupun hasilnya tidak maksimal, apalagi keputusan dibuat oleh bawahan”. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara

5.1.5. Gaya Kepemimpinan di Lingkungan Rumah Sakit