“Saya dengar memang ada orang yang ditunjuk pimpinan seperti itu, menjadi kibus mata-mata red, fungsinya memberi masukan kepada
pimpinan, katanya agar pimpinan mengenal orang yang potensial”,
“Ada, tetapi kita tidak tahu siapa orang yang ditunjuk pimpinan seperti itu, namun dari isu yang beredar orang seperti itu banyak
disebarkan di kalangan struktural, agar pimpinan bisa mengetahui siapa yang menjadi lawan atau teman”.
Di RSUD Dr. Djasamen Saragih tidak sepenuhnya mengakui hal ini karena di rumah sakit daerah, walikota dan kepala rumah sakit sudah memiliki agenda
tersendiri seperti diungkapkan oleh informan III: “Tidak ada itu, untuk kepentingan siapa, keberhasilan pimpinan saat
ini ditentukan oleh kemampuannya memenuhi kesepatan yang telah ditentukan dengan pemilik rumah sakit”.
S. Membuat Prosedur Kerja Tanpa Meminta Masukan Berupa SaranIde Pegawai di Lapangan
Prosedur kerja dibuat tanpa meminta masukan saranide pegawai di lapangan,
timbul karena informan sebagai pimpinan menganggap perlu beberapa prosedur kerja dengan tujuan memperbaiki kualitas pelayanan di HIV, namun pandangan tersebut
tidak diyakini oleh informan yang lain karena pelayanan HIV bersifat tehnis.
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif Konfirmasi
Pembahasan penelitian kuantitatif konfirmasi dalam penelitian ini bisa diuraikan sebagai berikut.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
A. Konstruk Kepemimpinan
A.1. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang
dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi Bolden, R., dkk, 2003. Konstruk kepemimpinan
transformasi cenderung dilaksanakan di semua rumah sakit, kecuali di RSUD Dr. Pirngadi Medan, karena pimpinan rumah sakit sudah mengintegrasikan, karisma, ide-
ide, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak trait, gaya style pimpinan Bolden, R., dkk, 2003.
Pada saat penelitian ini di RSUD Dr. Pirngadi Medan terjadi 2 kali pergantian pimpinan secara beruntun, pimpinan yang terahir dirangkap oleh kepala dinas
kesehatan Kota Medan, karena kesibukan beliau sebagai pimpinan, beliau jarang atau tidak selalu datang ke rumah sakit, sehingga pola kepemimpinan beralih menjadi
kepemimpinan laissez faire.
A.2. Kepemimpinan Transaksional Pemimpin transaksional pada hakikatnya menekankan kewajiban melalui
reward dan punishment untuk mencapai tujuan organisasi, memotivasi bawahan melakukan tanggung jawab dengan mengandalkan pada sistem pemberian
penghargaan dan hukuman kepada bawahannya Burns dalam Golding, A.A, 2003. Kepemimpinan transaksional di RS Bhayangkara dan Rumkit Dam IIBB
Medan cenderung dilaksanakan bersama dengan gaya transformasional, hal ini
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
dimungkinkan terjadi karena spesifikasi dalam pelayanan HIVAIDS. Responden merasa bahwa pimpinan unit kerja HIVAIDS menekankan punishment dalam
melaksanakan pelayanan. Unsur pernyataan bahwa pimpinan menerapkan pengawasan yang ketat dalam
pelayanan dan pernyataan pimpinan melaksanakan koreksi dan intervensi setiap saat, dimungkinkan karena pelayanan HIVAIDS memungkinkan terjadi resiko terpajan
dalam bekerja seperti diungkapkan informan berikut: “Pengawasan di pelayanan HIVAIDS sangat diperlukan tetapi bukan
pengawasan yang ketat dalam pengertian harus apel pagi, siang, seperti layaknya pegawai negeri sipil. Pengawasan yang ketat dalam
konteks manajemen risiko dimulai dengan identifikasi keadaan yaitu kegiatan mengindentifikasi tempat kerja yang mungkin menyebabkan
pekerja terpajan HIV atau infeksi oportunistik. Cara mengindentifikasi adalah dengan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap
pelaksanaan Protap indentifikasi potensi bahaya. Protap tersebut adalah: Prosedur pekerja pelayanan melapor potensi bahaya,
prosedur meevaluasi laporan apakah telah terpajan atau tidak dan protap survei tempat kerja, cara kerja”.
Dari uraian tersebut hal ini berarti pimpinan di lingkungan unit pelayanan
HIVAIDS tidak melaksanakan proses transaksional dan pertukaran berdasarkan pertimbangan ekonomi yang melandasi gaya kepemimpinan transaksional, namun
pimpinan unit menetapkan sejumlah aturan untuk ditaati, menetapkan pengawasan yang ketat, melakukan intervensi dan koreksi setiap saat menghindari resiko terpajan.
A.3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire memilih peran yang pasif, bersikap permisif dengan prinsip setiap anggota organisasi boleh bertindak sesuai dengan hati
nuraninya untuk mencapai tujuan organisasi Golding, A.A., 2003; Jansenn, T 2004;
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
Henckle, 2004. Dalam penelitian ini ternyata terdapat dua rumah sakit yang menggunakannya yaitu RSUD Dr. Pirngadi Medan dan RSUP H. Adam Malik
Medan. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan unsur memberikan wewenang secara penuh
kepada Koordinator VCT dan CST, unsur putusan cukup diambil oleh Koordinator VCT dan CST, tidak mencampuri proses pelayanan di pelayanan HIVAIDS,
di RSUD Dr. Pirngadi terjadi karena Direktur tetap belum terpilih pada saat penelitian dan masih dijabat rangkap oleh kepala dinas Kota Medan sedangkan di RSUP H.
Adam Malik Medan, wewenang penuh diberikan kepada karyawan di pelayanan HIVAIDS karena sampai saat ini kepala unit kerja belum ditentukan oleh Direktur
Utama.
A.4. Gaya Kepemimpinan di Lingkungan Rumah Sakit
Salah satu tujuan strategi nasional penanggulangan HIVAIDS adalah menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan, pengobatan dan
dukungan kepada penderita HIVAIDS. Pimpinan tertinggi di rumah sakit menyiapkan fasilitas dan pelayanan tes yang bisa mendeteksi infeksi HIV,
menetapkan tarif pelayanan, mencari lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri untuk mendukung pendanaan pelayanan, sedangkan pimpinan lapangan
mengkordinasikan kegiatan penegakan diagnosa, pengobatan, nasihat dan informasi beserta dampaknya.
Dalam rangka menyiapkan infrastuktur pelayanan HIVAIDS, pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan khas yang disebut dengan konstruk kepemimpinan
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
yang karakteristik terdapat di lingkungan RSU Rujukan, adapun uraiannya yang didapat dalam penelitian ini sebagai berikut.
Anggota organisasi membutuhkan “idola” yang digambarkan secara instan mempunyai wibawa bagai seorang raja. Hal ini bisa dipahami karena faktor budaya
terutama budaya batak sangat menjunjung tinggi arti raja, mereka menggambarkan raja tidak tertarik melaksanakan perilaku yang tidak terpuji terutama menyangkut
masalah materi. Banyaknya dukungan yang menyatakan peduli tentang pelayanan HIV, namun
dukungan tersebut hanya di bibir saja tetapi tindakan belum terlihat sehingga informan merasa perlu pimpinan lebih berwibawa dengan menggunakan bantuan
supra natural, sehingga semua pihak mempunyai komitmen untuk memerangi penyakit HIV.
Pada saat ini menjadi pimpinan menurut informan harus senantiasa mampu mempertahankan jabatan dengan segala cara, hal ini terutama sering terjadi di rumah
sakit daerah. Upaya untuk memepertahankannya antara lain dengan cara: a. Pimpinan harus mampu menyelamatkan diri jabatan dengan pintar berpolitik,
mengerti kemauan pemilik rumah sakit, b. Mencari dukungan dengan menempatkan atau mengusulkan kedudukan orang-orang yang terdekatnya di sekitar organisasi. Hal
ini menurut informan timbul karena adanya issu yang sudah menjadi rahasia umum bahwa terpilihnya seseorang menjadi pejabat karena faktor-faktor kedekatan dengan
atasan, c. Selalu meminta restu minta dukungan dari atasan, d. Didukung oleh pihak IIILSM, DPRD.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan semangat kerja karyawan informan merasa bahwa pimpinan perlu melakukan hal berikut: a. Memberi perhatian dengan memberi pujian di tempat
umum dibutuhkan informan karena mengurangi dampak rasa “risih” dalam pergaulan sesama karyawan, b. Mampu mencari dana sebab saat ini bantuan pelayanan HIV
berasal dari Global Fund. Ada kekhawatiran jika suatu saat dana diberhentikan, maka pelayanan akan sangat terganggu, c. Beradaptasi dengan budaya dan adat lokal
seperti ikut pesta.
B. Total Quality Management TQMManajemen Mutu Terpadu
TQM adalah: suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat Choy, L.M, 2002.
Pembahasan TQM di pelayanan HIVAIDS bisa diuraikan sebagai berikut:
B.1. Kualitas SDM Pelayanan HIV
Kemampuan SDM mendukung pelayanan HIVAIDS termasuk di dalamnya adanya komunikasi, pelatihan, mengenal sasaran mutu Douglas, dkk, 2004, dan
unsur-unsur merekrut SDM yang mengerti standar pelayanan HIV, tanggap terhadap harapan penderita, mempunyai pengetahuan pelayanan HIVAIDS, mengatasi
keluhan penderita HIV dengan cepat, pendidikan dan pelatihan dilaksanakan terus menerus, bekerja dalam tim daripada bekerja sendiri dan memperbaiki kualitas
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
pelayanan sehingga penderita merasa nyaman Anderson, dkk, 1995, dalam penelitian ini sudah dilaksanakan di setiap rumah sakit rujukan HIV.
B.2. Pelayanan Berfokus kepada Pelanggan Pelayanan yang berfokus kepada pelanggan adalah: Memahami dan
memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang bahkan memberi pelayanan melebihinya ISO, 9000. Unsur fokus ke pelanggan antara lain: Memiliki
rencana jauh kedepan dalam melayani penderita HIV, SDM di pusat pelayanan HIV memberikan pelayanan sesuai standar, mempunyai keinginan untuk memecahkan
masalah, tanggap terhadap keluhan penderita HIV, pendidikan dan pelatihan dilaksanakan terus menerus, semua daya digunakan untuk pengembangan pelayanan
dan memperhatikan kebutuhan penderita sewaktu berobat. Unsur tersebut di atas tadi terbukti dalam penelitian ini sudah diterapkan di setiap rumah sakit rujukan.
B.3. Proses Manajemen
Douglas, dkk 2004, mengemukakan bahwa proses manajemen adalah kemampuan melaksanakan tindakan-tindakan atau aksi dalam proses pelayanan.,
unsur-unsur: Pelayanan HIVAIDS dinilai dari puas atau tidak penderita dengan pelayanan yang diberi, proses kerja dinilai teratur untuk mengurangi kesalahan,
Prosedur kerja diperbaharui secara teratur, pimpinan menekankan perlunya SDM bekerja dengan penuh tanggung jawab, pemecahan masalah berdasarkan pengalaman,
pelayanan HIVAIDS berdasarkan standar, dalam penelitian ini sudah dilaksanakan
di setiap rumah sakit rujukan.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
B.4. Evaluasi Mutu
Evaluasi mutu adalah customer feed back, data yang bermutu, standar
pelayanan, menilai kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan dengan unsur-unsur
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: Kepuasan penderita perlu diukur dilakukan
secara teratur memberikan laporan timbal balik tentang kualitas SDM, keluhan
pelanggan perlu disurvei secara teratur sudah dilaksanakan di setiap rumah sakit rujukan.
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian Kualitas Hidup Pasien