Karakteristik Responden Gaya Kepemimpinan Transformasional

5.1.1. Karakteristik Responden

Pada tahap eksploratif kualitatif jumlah informan sejumlah 12 orang, 8 orang informan berasal dari RSUP H. Adam Malik, dan sebanyak 4 orang dari RSU Dr. Djasamen Saragih. Informan terbanyak adalah perempuan sebanyak 7 orang 58,4, usia antara antara usia 31 sampai 50 tahun sebanyak 8 orang 66,6, sedangkan tingkat pendidikan 5 orang diantaranya tamat S2 41,7. Jabatan informan adalah sebagai pejabat struktural 3 orang 25, pejabat fungsional 16,7, konsulen 2 orang 16,7, konselor 3 orang 25, dan pelaksana, 2 orang 16,7. Informan mengerti tentang kepemimpinan didapat dari pengalaman selama bertugas non formal 58,3, sedangkan informan yang mempunyai status pejabat mendapatkannya dari pendidikan formal 41,67 sekolah pendidikan penjenjangan karir. Sedangkan informan yang menggeluti bidang pelayanan umumnya sudah mendapat pendidikan khusus tentang HIVAIDS. Adapun pembahasan pada tahap eksploratif kualitatif adalah sebagai berikut:

5.1.2. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Informan rumah sakit rujukan di lingkungan pelayanan HIV menganggap sangat penting gaya kepemimpinan transformasional karena seorang pemimpin idealnya bisa menimbulkan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat bagi bawahan sebab pemimpin bisa membangun komitmen terhadap sasaran pelayanan HIVAIDS dan memberi kepercayaan para pekerja di pelayanan HIV untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut Golding, A.A., 2003. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Secara konseptual, sesuai dengan definisi kepemimpinan transformasional pemimpin mampu mengubah lingkungan kerja, mampu memotivasi para pekerja sehingga bisa melayani dengan baik, menyusun pola kerja dan nilai-nilai kerja yang bisa dipersepsikan bawahan sehingga semua SDM pelayanan HIV bekerja optimal, bersedia mendengar keluhan penderita dan pada akhirnya tujuan organisasi tercapai Bolden, R., dkk, 2003. Proses transformasional dapat terlihat melalui sejumlah perilaku kepemimpinan, secara ringkas perilaku dimaksud adalah sebagai berikut.

A. Atribut Kharisma

Kharisma sering dibayangkan hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia, penelitian ini membuktikan bahwa kharisma bisa saja dimiliki oleh pimpinan di level bawah di organisasi HIVAID, seperti uraian berikut. A.1. Menjadi Suri Tauladan dari Kemampuan dan Keahliannya Pemimpin memberikan contoh teladan yang ditunjukkannya dari kemampuan dan keahliannya, seperti diungkapkan informan berikut: “ Pemimpin harus bisa memberikan contoh teladan, karena sering tidak dirasakan bedanya ada atau tidak ada pemimpin dalam pelayanan HIVAIDS”. Ungkapan ini timbul karena adanya kebutuhan pemimpin yang mampu mendorong unit pelayanan melalui contoh teladannya untuk tidak memberikan opini negatif serta memperlakukan pasien HIVAIDS dan keluarganya dengan baik bukan sebagai warga masyarakat kelas dua. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara A.2. Perilakunya Menyebabkan Timbulnya Kebanggaan, Kepercayaan dan Rasa Hormat Pemimpin berkharisma memiliki ciri perilaku yang bisa dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya, seperti ungkapan berikut: “ Perilaku yang sangat membanggakan adalah: jujur dan transparan dalam hal uang, serta tidak terlalu ngoyo”. Ungkapan ini timbul karena di pelayanan HIVAIDS umumnya membutuhkan bantuan dari luar rumah sakit dan sering berkaitan dengan “uang”.

B. Atribut Motivasi Inspirasional

Informan merasa sangat ideal jika pemimpin berupaya mempengaruhi bawahannya dengan cara memotivasi dan memberikan inspirasi tentang tantangan tugas pelayanan di pelayanan HIV yang berat. Bawahan diberi kesempatan berpartisipasi secara optimal saat menghadapi penderita sehingga pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok, antusiasisme dan optimisme Janssen, L.T., 2004. Proses motivasi inspirasional dapat terlihat melalui sejumlah perilaku kepemimpinan yang diuraikan berikut. B.1. Memberikan Pengharapan yang Jelas terhadap Prestasi Bawahan Semua informan setuju dengan pernyataan memberikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan dalam rangka upaya meningkatkan motivasi di pelayanan HIVAIDS, sayangnya di kedua rumah sakit belum terdapat kriteria prestasi seperti diungkapkan informan berikut: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara “ Harapan banyak sekali, tetapi mana jenis prestasi dalam pelayanan HIV yang perlu diberi harapan?”. B.2. Meningkatkan Semangat Kelompok, Antusiasisme dan Optimisme Melalui Komitmen yang Tinggi Komitmen sangat dibutuhkan untuk meningkatkan semangat kerja di pelayanan HIVAIDS, informan merasa komitmen harus dimulai dari atas seperti ungkapan berikut: “ Komitmen harus dimulai dari pemilik rumah sakit bukan hanya pelaksana pelayanan yang punya komitmen, tidak ada gunanya”. Pernyataan ini timbul karena informan merasa bahwa semua pihak yang berwenang mempunyai komitmen yang sama untuk meningkatkan pelayanan HIVAIDS.

C. Atribut Stimulasi Intelektual

Pelayanan HIVAIDS membutuhkan ide-ide baru, cara-cara kerja baru, sebab banyak masalah yang muncul seperti: efek samping obat ARV, kegagalan terapi, penularan yang semakin tinggi, infeksi oportunistik, masalah-masalah psikososial, ekonomi, dan yang paling menakutkan adalah resiko rusaknya kualitas generasi bangsa. Pemimpin yang ideal mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-cara kerja baru, memikirkan ide-ide baru, solusi kreatif, menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya Bolden, R., dkk, 2003. Adapun perilaku pimpinan dalam atribut ini adalah: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara C.1. Memikirkan Ide-ide Baru, Mencari Cara-cara Kerja Baru Informan merasa bahwa ide baru sangat dibutuhkan, walaupun pada awalnya sering tidak bisa diterima namun jika sampai waktunya dan bisa memberikan kemajuan maka suatu saat akan bisa diterima seperti dikatakan informan berikut: “ Ide baru dapat yang memberikan kemajuan dan motivasi bagi bawahan, pasti diterima bila tiba waktunya”. C.2. Menawarkan Solusi Kreatif Pelayanan HIVAIDS mempunyai banyak kendala yang perlu segera dicari pemecahannya, kendala tersebut antara lain: upaya mendapatkan bantuan dari luar rumah sakit di saat situasi ekonomi sulit dan mencari solusi mengurangi ketergantungan dengan bantuan asing, pelayanan HIV yang sesuai bagi anak-anak, dukungan terhadap penderita sehingga mempunyai semangat hidup yang tinggi. Sehubungan dengan ini semua informan setuju dibutuhkan solusi kreatif seperti ungkapan informan berikut: “ Perlu sekali, karena sampai hari ini masih dibutuhkan jalan keluar seperti perawatan anak dengan HIVAIDS, persoalan ini bukan gampang karena ketaatan mengikuti terapi ARV kejenuhannya tidak sama dibanding dengan orang dewasa. Berbagai pendekatan dibutuhkan untuk mendekati anak-anak dengan HIVAIDS, pendekatan saat ini didominasi oleh cara pandang medis semata-mata tidak diperhatikan berbagai persoalan anak-anak, merampas hak untuk bisa bermain. S olusi kreatif dibutuhkan sehingga lingkungan pelayanan berbeda, nyaman, indah, tidak ada unsur yang menakutkan dan menyenangkan bagi anak-anak”. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara C.3. Menumbuhkan Semangat Belajar yang Tinggi Karyawan yang bekerja di pelayanan HIVAIDS membutuhkan semangat belajar yang tinggi karena dapat meningkatkan komitmen untuk melayani. Semangat belajar yang tinggi bagi karyawan melalui pelatihan seperti diungkapkan berikut: “ Melalui proses belajar semakin semangat melayani, namun semangat bisa menurun lagi karena sudah lama tidak ada pelatihan”. Semangat belajar juga dibutuhkan bagi para pemimpin, mereka perlu belajar dari negeri asing, seperti ungkapan berikut: “ Program asing yang telah berhasil perlu disesuaikan dengan budaya masyarakat Sumatera Utara, jangan sontek habis, kalau ditiru begitu saja penerapannya akan gagal”. Pernyataan ini timbul karena informan merasa bukan hanya karyawan saja yang butuh pelatihan tetapi pimpinan juga perlu belajar demi mengembangkan pelayanan HIVAIDS.

D. Perhatian Individual

Menurut Bass dalam Janssen, L.T., 2004 adalah cara pemimpin memberi perhatian secara personal terhadap pekerja HIVAIDS, memperlakukan mereka secara individu, memberi saran dan memberikan bimbingan dengan cara mendengarkan dengan penuh perhatian, pengembangan jangka panjang, menasehati, mengajar, membina dan melatih pekerja HIV. Adapun perilaku pimpinan dalam atribut ini adalah: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara D.1. Memberikan Perhatian Pribadi Kepada Bawahannya Pelayanan HIVAIDS membutuhkan perhatian pimpinan secara pribadi kepada bawahannya karena tantangan dalam menjalankan pekerjaan tersebut cukup besar seperti diungkapkan informan berikut: “ Ketika seseorang dinyatakan terinfeksi virus HIVAIDS kami terharu melihat orang tergoncang jiwanya, disaat seperti ini sangat dibutuhkan pimpinan yang mau memberi perhatian pribadi sebab bisa mendukung pekerjaan kami”. Pernyataan ini muncul karena pimpinan di tingkat Kepala Bidang atau Direksi sangat sibuk tidak punya waktu berkomunikasi secara pribadi, seperti diungkapkan oleh informan I sebagai berikut: “ Pemimpin sulit menjadi pendengar yang baik, jika ada kesempatan malah dia banyak bicara, bukannya banyak mendengarkan keluhan dan masukan dari bawahan”. D.2. Menghargai Sikap Peduli Mereka terhadap Organisasi Pekerja di pelayanan HIVAIDS perlu dihargai karena mereka menghadapi resiko terpajan HIV, seperti diungkapkan berikut: “ Resiko HIV bukan satu-satunya bahaya kesehatan yang perlu dikhawatirkan di pelayanan HIVAIDS, tetapi ancaman terbesar adalah TB Paru, Saya pribadi sudah putuskan tidak terlalu memikirkan hal itu”. Penghargaan atas peduli organisasi terhadap pekerja pelayanan di HIVAIDS perlu diberikan, karena menghargai kesediaan bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya walaupun adanya resiko terpajan. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Gaya Kepemimpinan Transaksional