71 ditengah. Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat
dicegah dengan vaksinasi. 3.
Infeksi laryngotracheitis Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius
terjadi pada unggas. Penyebabnya virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan
desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: 1 belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini
2 pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat. 4.
Cacar ayam Fowl pox Gejala yang tampak tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan
bercak-bercak cacar. Disebabkan oleh virus Borreliota avium. Pengendalian dengan vaksinasi.
5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan
kematian ayam hingga 50 persen. Pengendalian: dengan vaksinasi. 6.
Gumboro Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah
Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
c. Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan
ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
1. Muntah darah hitam Gizzerosin
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Disebabkan oleh racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini.
Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang
72 menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Cara pengendalian
belum ada untuk saat ini. 2.
Racun dari bungkil kacang Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang
merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak
digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
d. Penyakit karena Parasit
1. Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan
minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur
merosot dan kurang aktif. 2.
Kutu Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak
terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang
yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu
sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan
dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
3. Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead, penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi
sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
73
6.2.3 Teknologi
Berdasarkan keragaan budidaya ayam ras petelur di DLF, pengusahaan peternakan tidak memerlukan teknologi yang canggih dan modren. Peralatan yang
digunakan sama seperti pengusahaan peternakan lainya yang masih sederhana. Peralatan mesin hanya digunakan pada kegiatan pembuatan pakan. Untuk kegiatan
produksi sendiri banyak digunakan peralatan sederhana yang mudah digunkana oleh para pekerja. Teknologi yang digunakan DLF yaitu mesin pembuat pakan, saluran
instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi, sistem produksi yang sudah mengikuti kriteria ideal budidaya ayam ras petelur. Pada pengembangan usahanya
DLF melakukan perubahan pada struktur kandang. Kandang yang baru dibangun lebih banyak menampung ayam serta menghemat lahan yang digunakan. Sedangkan
pada produksi tidak ada teknologi yang berubah.
6.2.4 Hasil dan Analisis Aspek Teknis
Kelayakan usaha ayam ras petelur dari aspek teknis dapat dilihat dari penentuan lokasi, budidaya dan teknologi yang diterapkanoleh DLF. DLF mampu
memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis seperti persiapan kandang yang baik, pemeliharaan, kontrol mutu dan kesehatan terhadap ayam petelur, adanya
perubahan teknologi yang menambah keuntungan DLF. Berdasarkan dari kriteria tersebut DLF secara teknis layak untuk dijalankan.
6.3 Aspek Manajemen
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha ayam ras petelur dan struktur organisasi yang ada. Usaha akan berhasil apabila
dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung jawab mulai dari merencanakan, melaksanakan hingga hingga mengendalikannya agar tidak terjadi
penyimpangan.
6.3.1 Struktur Organisasi dan Jod Description
Usaha peternakan DLF memiliki struktur organisasi yang sederhana, yaitu dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha tersebut Bapak Dian Herman
74 yang mengatur dan membuat segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha
peternakan ayam ras petelur di DLF dan memiliki tenaga kerja berjumlah 17 orang. Tidak ada penambahan pekerja pada saat dilakukannya pengembangan. Hal ini di
karenakan pekerjaan di Dian layer Farm tidak memerlukan waktu yang padat dalam memelihara ayam setiap kandangnya. Sehingga untuk menghemat biaya pihak
perusahaan menggunakan pekerja yang ada. Adapun struktur organisasi DLF yaitu:
Gambar 8. Struktur Organisasi Dian Layer Farm
Sumber : Dian Layer Farm, 2011 Sistem manajemen yang ada di DLF ini belum tertata dengan rapi, hal ini
dapat dilihat dari job descriptions yang ada sehingga para pekerja memiliki tanggung jawab diluar pekerjaannya. Secara umum job descriptions yang ada di DLF adalah
sebagai berikut: 1. Kepala Kandang
Tugasnya: a.
Mengontrol proses produksi b.
Memecahkan permasalahan yang ada diperusahaan c.
Mencari area pemasaran d.
Ikut serta dalam proses produksi 2. Administrasi
Tugasnya :
Kepala Kandang
Bagian Pengemasan
Bagian Bangunan
Bagian Produksi
Bagian Pendistribusian
Pemilik Administrasi
75 a.
Menyusun sistem keuangan b.
Membuat laporan produksi c.
Bertanggung jawab terhadap recording penjualan, pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin
d. Membeli perlengkapan DLF dan peralatan yang dibutuhkan untuk produksi
3. Produksi
Tugasnya yaitu bertanggung jawab dalam kebersihan kandang, pengambilan telur, pemberian pakan dan minum
4. Pengemasan
Tugasnya : a.
Membersihkan telur yang kotor b.
Memisahkan telur yang bagus dan tidak c.
Memyiapkan peti kemas d.
Menimbang telur sesuai ukuran peti 5. Pendistribusian dan supir
Tugasnya yaitu mendistribusikan telur kepada pelanggan dan Menbeli bahan baku pakan
6. Bangunan Tugasnya:
a. Perbaikan dan perawatan kandang b. Pembuatan kandang baru
6.3.2 Sistem Gaji dan Insentif
Gaji yang diberikan kepada masing-masing pekerja disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada pemberian gaji harian di DLF. Semua pekerja di
gaji setiap akhir bulan. Pemberian gaji dihitung berdasarkan jumlah hari pekerja masuk. Apabila pekerja tidak masuk dalam sehari maka gaji akan dipotong sesuai
ketentuan DLF. Selain gaji pokok para pekerja juga diberi insentif tambahan. Apabila produksi bulan tersebut kurang dari 85 persen telur yang dihasilkan, maka pekerja
akan memperoleh Rp 50.000,00 sebagai tambahan. Apabila telur yang diproduksi
76 melebihi 85 persen maka setiap pekerja memperoleh tambahan insentif Rp
100.000,00 per orang. Tidak hanya gaji dan insentif, para pekerja sebagian mendapatkan fasilitas tambahan yaitu mess sebagai tempat tinggal para pekerja dan
keluarganya. Tidak ada sistem promosi di DLF karena sebagian besar tenaga kerja yang digunkan oleh pemilik adalah orang sekitar daerah tersebut yang memiliki
keterbatasan dalam pendidikan. Dalam pengembangannya perusahaan menggunakan tenaga kerja yang sudah
ada. Perusahaan tidak mengambil tenaga kerja baru dikarenakan pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja yang ada tidak membutuhkan waktu yang penuh dalam
memelihara ayam. Pekerja yang ingin menambah insentif bulanannya diberi kesempatan untuk memelihara dan merawat ayam dan kandang yang baru.
6.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, usaha ayam ras petelur di DLF layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya struktur organisasi dan
job description yang cukup jelas membantu kelancaran kegiatan operasional DLF serta mampu memberikan manfaat finansial atau keuntungan bagi peternak yang
dapat memberi semangat pada pekerja dengan cara pembagian insentif.
6.4 Aspek Hukum
Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin yang diperoleh perusahaan.
6.4.1 Bentuk Badan Usaha
Badan usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan dan aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau dunia usaha. Usaha
peternakan ayam ras petelur sejak awal pendiriannya belum memiliki penyelesaian izin usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk badan usaha yang sah dari
pemerintah. Periziznan yang dilakukan hanya sebatas izin usaha pemerintah Desa Sukadamai dan Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Bentuk badan usaha akan
mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. Karena usaha ini didirkan atas modal
77 pribadi dari pemilik dan belum ada izin usaha dari pemerintah pusat maka bentuk
usaha peternakan DLF tergolong usaha perorangan karena modal tersebut berasal dari perorangan.
Bentuk badan usaha adalah nama yang melekat pada satu perusahaan sementara untuk skala usaha adalah nama yang melekat untuk tiap unit bisnis. Maka
jika dilihat dari badan usaha peternakan DLF merupakan badan usaha perorangan, sedangkan berdasarkan skala usahanya peternakan DLF merupakan peternakan
berskala usaha besar dan wajib izin karena jumlah ayam ras petelur yang diusahakan berjumlah 13.000 Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2010.
6.4.2 Jenis Perizinan
Usaha peternakan ayam ras petelur DLF memiliki perizinan usaha hanya sebatas lokasi usaha peternakan. Perizinan yang seharusnya dilakukan adalah
perizinan lokasi usaha dan perizinan peternakan. Perizinan lokasi usaha yang telah didapatkan DLF dilakukan melalui proses birokrasi yang cukup panjang. Berbagai
tahapan harus dilakukan oleh pemilik seperti membuat Surat Keterangan Domisili Usaha SKDU di tingkat Kecamatan Darmaga. Setelah ada pernyataan dari
kecamatan,surat keterangan tersebut digunakan sebagai bukti dalam pembuatan ijin prinsip di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Setelah ijin prinsip itu keluar, maka
perijinan dilanjutkan ke instansi selanjutnya, yaitu Departemen Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan tanda bukti perusahaan. Selain itu DLF juga
mengurus surat ke Dinas Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan Surat izin Usaha dan perdagangan. Dilihat dari tahapan tersebut DLF telah memiliki
legalitas dari segi lokasi usaha.
6.4.3 Hasil Analisis Aspek Hukum
Dilihat dari aspek hukum maka usaha ini layak untuk dijalankan, tetapi masih perlu memenuhi beberapa ketentuan persyaratan ijin usaha agar usaha tidak ada
hambatan kedepannya. DLF belum memperoleh ijin-ijin lain dikarenakan belum adanya keluhan dari masyrakat sekitar peternakan akan berdirinya usaha ini. Akan
tetapi untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang timbul sewaktu-waktu
78 sebaiknya ijin-ijin lainnya yang berkaitan dengan usaha segera diurus seperti Surat
Daftar Ijin Gangguan atau ijin tetangga.
6.6 Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial yang perlu dianalisis dalam penelitian usaha ayam petelur pada DLF adalah pengaruh usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan disekitar
perusahaan. Pengaruh berdirinya perusahaan DLF bagi lingkungan sekitar antara lain adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan serta analisis
lingkungan mengenai dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh yang dihasilkan terhadap lingkungan sekitar lebih banyak menberikan dampak
positif. Adapun dampak yang diterima oleh masyarakat yaitu: a.
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha peternakan ayam ras petelur DLF menggunakan sumberdaya manusia atau
tenaga kerja yang berasal dari sekitar lingkungan perusahaan yaitu Desa Sukadamai. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, membuktikan bahwa
DLF membantu mengurangi pengangguran dan menambah mata pencaharian atau masyrakat yang menjadi pekerja di DLF. Hal ini merupakan dampak positif
bagi masyarakat. Selain tenaga kerja DLF juga membeli peti, koran bekas, sekam padi yang merupakan input untuk kebutuhan peternakan dari penduduk sekitar
desa tersebut yang merupakan petani dan pengrajin, yang artinya menambah pemasukkan bagi usaha-usaha warga di sekitar DLF.
b. Limbah atau Kotoran Ayam
Limbah yang dihasilkan kotoran ayam dari kandang ayam menghasilkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat karena menghasilkan bau yang
kurang sedap. Akan tetapi keadaan ini tidak membawa dampak buruk kepada lingkungan atau masyarakat sekitar DLF. Hal ini dikarenakan lokasi DLF yang
diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau. Selain itu DLF memiliki tenaga kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam
setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit. DLF
79 memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dengan menjualnya kepada
petani-petani disekitar lokasi peternakan sebagai pupuk kandang.
Gambar 9. Kotoran Ayam
6.6.1 Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Berdasarkan dari keterangan tersebut, jika dilihat dari aspek sosial dan lingkungan usaha ayam ras peterlur pada perusahaan DLF ini layak untuk dijalankan.
Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar tidak ada yang menentang usaha ini. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat menganggu masyarakat sekitar perusahaan,
usaha ini juga dapat menambah matapencarian atau penghasilan masyarakat dan mengurangi pengangguran.
80
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial
digunakan dengan menggunakan kriteria-kriteria penialaian kelayakan yaitu NPV, IRR, Net BC dan Payback Period, dan Sensitivitas. Untuk menganalisis kriteria
tersebut menggunakan arus kas cashflow. Selain itu juga akan dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan
dalam cashflow perusahaan.
7.1 Analisis Kelayakan Kondisi Awal
Pada Kondisi Awal ini DLF mengusahakan 13.000 ekor ayam ras petelur untuk dijadikan ayam peteur. Pemenuhan jumlah ayam petelur yang dilakukan
diusahakan 100 persen diperoleh dengan membeli dari produsen bibit atau DOC yaitu PT.Sierat,Tbk seharga Rp 3.500,00 per ekor dengan umur DOC nol hari starter .
DOC dibesarkan di kandang starter sampai berumur satu bulan, kemudian dipindahkan kekandang grower. Pada kondisi ini , menunjukkan keadaan usaha
ketika belum melakukan pengembangan usaha atau penambahan jumlah kapasitas ayam ras petelur.
7.1.1 Arus Penerimaan
Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah bisnis. Arus manfaat bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan telur
ayam ras, ayam petelur afkir dan kotoran ayam dan nilai sisa.
a. Penerimaan Penjualan Telur Ayam
Jumlah ayam ras petelur yang diusahakan oleh DLF sebanyak 13.000 ekor dimana setiap ayam petelur mampu menghasilkan satu butir telur per hari. Telur
ayam dijual dalam satuan kilogram yang dikemas dalam sebuah peti yang berisi 15 kilogram telur ayam. Bobot telur ayam ras pada saat panen sekitar 40-80 gram per
telur, dengan harga jual ditingkat peternak adalah Rp 13.200 ,00 per kilogram cateris paribus dan dalam satuan peti Rp 198.000,00 per peti. Selain telur yang baik ada
81 juga pendapatan dari telur yang pecah dan kurang baik telur dengan kerabang
berwarna putih yang dijual Rp 11.000,00 per kilogram. Total penerimaan dari penjualan telur ayam sebesar Rp 623.700.000,00 pada tahun pertama usaha dimulai
dan pada tahun kedua sebesar Rp 2.910.600,000.00 hingga tahun selanjutnya. Dengan perhitungan dari jumlah ayam 13.000 ekor diperkirakan bertelur setiap harinya 90
persen sehingga menghasilkan ± 11.700 butir.
b. Penerimaan Penjualan Ayam Afkir