Telur Ayam Kajian Penelitian Terdahulu

19 produksi telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.

2.5 Telur Ayam

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi Ginting, 2007. Komposisi telur ayam terdiri dari 73,7 persen air, 12,9 persen protein, 11,2 persen lemak dan 0,9 persen karbohidrat, sedangkan struktur telur terdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur 11 persen dari total bobot telur, putih telur 57 persen dari total bobot telur dan kuning telur 32 persen dari total bobot telur Purnama, 2008. Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan dengan makanan berprotein hewani lainnya, telur juga mengandung protein cukup tinggi Sarwono, 1997. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti besi, fosfor sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein 50 persen dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 persen dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat Ginting, 2007 Telur dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, memberikan pengobatan, dan memiliki banyak kegunaan lainnya sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi telur di Indonesia rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang kini mengkonsumsi enam butir telur per orang dalam seminggu Yudohusodo, 2003.

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan peternakan. Menurut Salmawati 2009, prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran supply side dan sisi permintaan demand side telur di Indonesia. Dari sisi permintaan, prospek agribisnis ayam ras petelur sangat berkaitan dengan peranan telur ayarm ras dalam struktur konsumsi 20 telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan randah dan menengah. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, bila dilihat kecendrungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar 4,50 persen per tahun atau sekitar 709,72 ribu ton pada tahun 2005, maka peluang pasar telur ayam pada tahun ini mencapai 269,98 ribu ton. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan teluk itik yang pangsanya masing-masing 15 persen dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Penelitian Pratomo 2007 menganalisis efesiensi produksi usaha ternak ayam buras ramah lingkungan yang dilakukan di peternakan P4S Eka Jaya Jakarta Selatan untuk penggemukan ayam buras ramah lingkungan ditinjau dari konsumsi faktor dengan bobot yang dihasilkan secara menyeluruh. Efesiensi secara teknis dalam penggunaan input yang ditunjukkan dari nilai elastisitas produksi selama periode produksi yaitu sebesar 0,967 persen, belum efisiensi secara ekonomis karena nilai rasio NPM dan BKM secara keseluruhan pada masa finisher tidak sama dengan satu. Peternakan P4S Eka Jaya memperoleh keuntungan paling besar apabila ayam dipanen pada umur 12 minggu, karena nilai rasio dengan penerimaannnya dengan biaya pakan dan bibit menunjukkan nilai terbesar yaitu 2,21 dengan nilai sebesar Rp 10.703,67ekor. Penelitian Kusuma 2005 menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternakan ayam probiotik dan non-probiotik pada usaha ternak ayam ras pedaging pada perusahaan Sunan Kudus Farm. Model Yang digunakkan adalah model C0bb-Douglas, dengan faktor produksi yang digunakan antara lain bibit, pakan, pemanas, tenaga kerja dan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan respontif didalam meningkatkan produksi telur pada 21 peternak yang menggunakan probiotik, sedangkan tenaga kerja dan obat-obatan lebih responsif tehadap peningkatan produksi telur pada peternakan non-probiotik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada peternakan Sunan Kudus Farm belum efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya rasio perbandingan antar NPM denga BKM yang bernilai sama dengan satu. Penelitian yang dilakuakan oleh Fitrial 2009 mengenai analisis tingkat kelayakan finansial penggemukkan kambing dan domba pada Mitra Tani Farm MTF di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitian didapat perhitungan analisis finansial dengan memperoleh NPV sebesar Rp 359.346, IRR sebesar 11,7 persen dengan discount rate sebesar 8,5 persen , Net BC dan Gross BC masing-masing sebesar 2,53 dan PP diperoleh sebesar 1,5 tahun. Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan yaitu kenaikan harga input yang masih dapat ditolerir sampai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan sebesar 4,79 persen. Secara Finansial dapat disimpulkan bahwa peternakan ini layak untuk dijalankan.

2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu