Tempat atau saluran distribusi Promosi Penyakit

58 Pada gambar 3 tampak telur yang baik dikemas dalam peti kayu yang dialasi koran dan sekam untuk mencegah telur agar tidak pecah. Dalam satu peti, berisi 15 kilogram telur atau setara dengan 240-270 butir telur. Satu kilogram telur berisi 16 - 18 butir telur. Tergantung berat satu butir telur. Sedangkan untuk telur yang tidak berkerabang atau telur pecah tidak ada penanganan secara khusus. Karena pelanggan yang membeli adalah masyarakat sekitar peternakan, sehingga telur dikemas dalam kantong plastik biasa, atau terkadang untuk beberapa pelanggan membawa wadah sendiri.

b. Harga

Dalam memberikan harga telur kepada pelanggan, DLF selalu mengikuti harga pasar yang berlaku. DLF dalam menjual produknya tidak menjual dalam bentuk kiloan tetapi dalam peti. Satu peti telur berisi 15 kilogram dengan harga RP 198.000,00 per peti. Harga telur kiloan diberikan hanya untuk telur pecah atau retak dengan harga Rp 11.000,00 per kilogram. Sedaangkan untuk harga ayam afkir DLF mematok Rp 30.000,00 per ekor dan kotoran ayam Rp 4.500,00 per karung. Di Kabupaten Bogor banyak peternak ayam ras petelur dan peternak ayam pedaging yang menjadi saingan. Sehingga apabila perusahaan tidak mengikuti harga yang berlaku maka konsumen akan pindah ke produsen lain.

c. Tempat atau saluran distribusi

Saluran distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau jasa untuk dikonsumsi ataupun menjadi bahan baku produk lainnya. Saluran distribusi DLF terbagi atas pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan konsumen akhir. Pedangan pengumpul dan pedagang eceran yang dituju adalah pedagang yang ada di sekitar Darmaga dan Bogor. Dan yang langsung kepada konsumen akhir berasal dari sekitar DLF.

d. Promosi

Promosi adalah proses memperkenalkan suatu produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan agar konsumen mengetahui produk tersebut dan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian 59 kegiatan lanjutan dari proses produksi setelah panen dan pasca panen. Promosi yang dilakukan oleh DLF adalah dengan menawarkan kepada pedagang eceran dan usaha dagang dengan mendatangi tempat usaha tersebut sambil memperkenalkan DLF. 6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar Pada aspek ini, yang dikaji adalah jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat mengindikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Umumnya pembeli yang datang adalah penjual eceren atau warung klontong. Bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran pemasaran, dan promosi yang telah diterapkan pada DLF turut menunjang kelayakan aspek pasar sehingga keadaan DLF dilihat dari aspek pasar layak untuk dijalankan.

6.2 Aspek Teknis

Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, budidaya dan pemilihan teknologi dan perlengkapan serta proses produksi dilakukan.

6.2.1 Penentuan Lokasi Budidaya

Memulai usaha peternakan perlu memperhatikan lokasi yang ideal bagi pemeliharaan ayam ras petelur. Lokasi tersebut hendaknya tidak akan mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Kesalahan menentukan lokasi tanpa memperhatikan aspek sosial akan menimbulkan masalah akibat bau limbah kotoran yang dapat mengganggu kesehatan. Sebaiknya lokasi peternakan tidak berada di lingkungan pemukiman penduduk. Oleh sebab itu perlu memperhatikan master plan pengembangan dan tata ruang wilayah. Lokasi DLF terletak di Kampung kahuripan, Desa Sukadamai, kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu : 1. Kondisi iklim dan temperatur sesuai dengan kebutuhan ideal usaha ayam ras petelur. Temperatur di lokasi adalah sekitar 28 -35 C, dan temperatur ideal untuk usaha ayam ras petelur adalah 32 C hingga 35 . Ketika malam hari 60 temperatur mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut DLF menggunakan pemanas tambahan untuk meningkatkan temperatur udara dengan menggunakan lampu. 2. Tidak mengganggu lingkungan masyarakat disekitarnya. 3. Berada pada kawasan yang menurut Rencana Tata Ruang diperuntukkan untuk pengembangan peternakan. 4. Memperhatikan potensi sumberdaya alam sekitarnya yang dapat dimanfaatkan. 5. Menghindari daerah-daerah yang peka terhadap kerusakan lingkungan. 6. Lokasinya terbuka, cukup luas dan tidak ada bangunan atau pun pepohonan rindang yang menghalangi peredaran udara sehingga udaranya segar. 7. Keadaan sekitarnya tenang, tidak terlalu berdekatan dengan keramaian, untuk menghindari ayam mengalami stres akibat kebisingan dan suara-suara yang menggaduhkan yang akan merugikan usaha peternakan. 8. Lokasi lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, sehingga gerakan udara bebas dan untuk menghindari air menggenang pada waktu musim hujan, sehingga tidak menimbulkan kelembaban yang tinggi yang akan mengganggu kesehatan ayam. 9. Lokasi harus dekat dengan sumber air yang bersih dan sumber listrik. 10. Lokasi tidak jauh dengan tempat pemasaran, agar biaya tataniaga dapat ditekan dan resiko terhadap kerusakan telur dalam pengangkutan dapat dihindari. Dalam hal ini DLF dekat dengan pasar Darmaga dan pasar sekitar Bogor 11. DLF dekat dengan jalan utama yang sudah diaspal dan masih dalam keadaan kondisi baik. Hal ini untuk mengurangi resiko ketika telur dipasarkan dan mempermudah pelanggan untuk datang ke DLF. 12. DLF masih memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan usahanya dengan menambah 2 blok kandang baterai yang baru.

6.2.2 Budidaya

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Kandang

61 Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan. DLF menggunakan sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage atau kandang baterai. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang baterai di DLF menggunakan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bambu atau kayu kaso dengan lubang- lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang kotoran ayam yang langsung jatuh dibawah sekitar kandang sehingga mudah dalam membersihkan. Di DLF terdapat 11 kandang layer dan satu kandang DOC. Setiap kandang layer menampung 800 - 1180 ekor ayam yang siap betelur. Pada saat pengembangan ada perubahan dalam struktur kandang. Kandang yang awal sebelum melakukan pengembangan hanya ada dua tingkatan. Sedangkan kandang yang baru diubah menjadi tiga tingkat. Hal ini sangat menguntungkan dari segi lahan. Lahan yang digunakan jadi lebih efisien dan ayam yang ditampung lebih banyak. Yang semula hanya mampu menampung 1180 ekor menjadi 1350 ekor ayam untuk setiap kandang. Kandang yang baru dibangun sebanyak dua kandang yang ditotal menjadi 2700 ekor ayam layer. Untuk memperjelas bentuk kandang dapat dilihat pada gambar. 62 a b Gambar 5. a Bentuk Kandang Awal , b Kandang Baru

2. Peralatan

a. Litter alas lantai Alas lantai atau litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi atau sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi atau sekam. b. Tempat bertelur Bentuk lantai kandang ayam dibuat miring dari bambu hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang. Pada ujung lantai kandang disediakan kayu kaso sedikit lebih tinggi dari lantai yang berfungsi untuk menahan telur agar tidak terjatuh, pecah, terinjak-injak dan dimakan. c. Tempat pakan dan minum Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup. Tempat pakan terbuat dari kayu kaso, sedangkan tempat minum terbuat dari paralon yang 63 cukup besar dan terletak lebih rendah dari tempat pakan. Setiap ujung tempat minum disediakan keran air yang berfungsi untuk mengalirkan air. Panjang tempat pakan dan minum disesuaikan dengan panjang kandang baterai. d. Tempat telur Tray untuk menampung telur dari kandang ke tempat pengemasan. Tray terbuat dari plastik fiber agar kuat dan awet. Tray harus sering dicuci agar tidak kotor dan menimbulkan penyakit. Sedangkat tempat telur yang digunakan dalam pengemasan terbuat dari kayu berbentuk peti atau kotak yang berukuran 50x30x20. Ketika melakukan pengemasan peti dilapisi koran kemudian ditaburi sekam padi agar telur tidak pecah ketika diangkut. Gambar 6. Tray Telur

3. Penyiapan Bibit

Dian Layer Farm dalam menjalankan usahanya menggunakan ayam petelur jenis Hisex Brown ayam petelur berwana coklat yang menghasilkan telur pertahunnya 272 butir. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya. b. Pertumbuhan dan perkembangan normal c. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya 64 Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit atau DOC Day Old Chicken atau ayam umur sehari: a. Anak ayam DOC berasal dari induk yang sehat b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram f. Tidak ada letakan tinja diduburnya. Pemilihan Bibit dan Calon Induk. Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut: a. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak atau lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya. b. Produksi Telur Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian utama dalam usaha peternakan ayam petelur. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap menjadi perhatian utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan. DLF menggunakan ayam jenis Hisex Brown yang menghasilkan rata-rata 272 butir telur setahun. c. Siklus Produksi Pada siklus produksi pemasukan ayam di DLF, perusahaan melakukannya sejak DOC. DOC yang diambil dari PT.Sierad berumur nol hari atau baru menetas. Tingkat kematian diperkirakan 2 persen dari 100 ekor ayam. Sehingga ketika 65 melakukan pengiriman DOC setiap 100 ekor ayam ditambah 2 ekor ayam sebagai ganti resiko kematian yang 2 persen. Di DLF ayam tidak dimasukkan secara bersamaan. Adapun tahapan yang digunakan oleh perusahaan, agar proses produksi tetap berlangsung. Pada kondisi awal perusahaan ada empat siklus dalam setahun yang dibagi menjadi empat triwulan. Pada Triwulan I dimulai dari bulan Juli Tahun I , Triwulan II dimulai dari bulan Oktober Tahun I dan Triwulan III dimulai dari bulan Januari Tahun II DLF membeli 3.612 ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.180 ekor ayam. Pada Triwulan IV dimulai dari bulan April Tahun II DLF membeli 2.424 ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.212 ekor ayam. Ayam akan dipelihara selama 30 hari di kandang DOC, kemudian dimasukkan ke kandang Grower yang akan mulai belajar bertelur hingga saat Layer. Selama masa betelur ayam akan tetap divaksin dan diberi vitamin. Ayam mulai mengalami penurunan produksi pada saat berusia dua tahun, sehingga pada awal tahun ke tiga ayam sudah afkir dan dapat dijual.Agar siklus usaha tetap berjalan dengan baik, kandang akan selalu dibersihkan sebelum masa pemasukan ayam yang baru. Hal ini untuk menjaga agar ayam bebas dari penyakit serta jamur atau bakteri yang bersarang pada kandang. Pada saat pengembangan DOC yang masuk pemeliharaanya digabung dengan kandang pada kondisi awal. Jumlah DOC yang masuk digabung dengan kondisi awal dimana penambahan ayam sebanyak 2.700 ekor ditambah dengan resiko kematiaN 2 persen menjadi 2.754 ekor. Sehingga siklus pada saat pengembangan menjadi pada Triwulan I dimulai dari bulan Juli Tahun II dan Triwulan II dimulai dari bulan Oktober Tahun III DLF membeli 4.917 ekor DOC masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi enam jalur kandang baterai, tiga kandang lama yang berisi 1.180 ekor ayam tiap kandang dan dua kandang baru yang berisi 1.377 ekor ayam tiap kandang. Triwulan III dimulai dari bulan Januari Tahun III DLF membeli 3.612 ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut dan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.180 ekor 66 ayam. Pada Triwulan IV dimulai dari bulan April Tahun III DLF membeli 2.424 ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.212 ekor ayam.Untuk lebih jelas siklus produksi dapat dilihat pada lampiran 5 . Gambar 7. Day Old Chiken

4. Pemeliharaan

a. Sanitasi dan Tindakan Preventif Kebersihan lingkungan kandang sanitasi pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet atau terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup atau dokter hewan. DLF selalu melakukan tindakan preventif ini agar ayam-ayam ternak tersebut tidak terkena penyakit atau virus. b. Pemberian Pakan Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 dua fase yaitu fase starter umur 0-4 minggu dan fase finisher umur 4-6 minggu. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: 67 Tabel 9. Fase Pemberian Pakan Fase Starter Fase Finisher Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Jenis Jumlah Minggu Jumlah grhrekor Jenis Jumlah Minggu Jumlah grhrekor Protein 22-24 1 17 Protein 18,1-21,2 5 111 Lemak 2,5 2 43 Lemak 2,5 6 129 serat kasar 4 3 66 serat kasar 4,5 7 146 Kalsium Ca 1 4 91 Kalsium Ca 1 7 161 Phospor P 0,7-0,9 Phospor P 0,7-0,9 ME energi 2800- 3500 Kcal ME energi 2900-3400 Kcal Total Pakan Hingga Umur 4 Minggu 1.520 gram Total Pakan Hingga Umur 8 Minggu 3.829 gram Sumber :Dian Layer Farm , 2011 Apabila fase pemberian pakan ini diterapkan sesuai ketentuan yang berlaku, maka pertumbuhan ayam akan tumbuh dengan kondisi yang maksimal. Hal ini tampak pada bobot ayam yang terus bertambah dari hari ke hari. c. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 dua fase yaitu: a Fase starter umur 1-29 hari Kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu yaitu: i Minggu ke-1 1-7 hari 1,8 lliterhari100 ekor ii Minggu ke-2 8-14 hari 3,1 literhari100 ekor iii Minggu ke-3 15-21 hari 4,5 literhari100 ekor iv Minggu ke-4 22-29 hari 7,7 literhariekor Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gramliter air. b Fase finisher umur 30-57 hari Terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu: i Minggu ke-5 30-36 hari 9,5 lliterhari100 ekor ii Minggu ke-6 37-43 hari 10,9 literhari100 ekor iii Minggu ke-7 44-50 hari 12,7 literhari100 ekor 68 iv Minggu ke-8 51-57 hari 14,1 literhari100 ekor Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 literhari100 ekor. d. Pemberian Vaksinasi dan Obat Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: a Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif atau pasif. b Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit. Macam-macam vaksin: i Vaksin NCD virus Lasota ii Vaksin NCD virus Komarov iii Vaksin NCD HB-1Pestos iv Vaksin Cacarpox, virus Diftose v Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek Persyaratan dalam vaksinasi adalah: i Ayam yang divaksinasi harus sehat ii Dosis dan kemasan vaksin harus tepat iii Sterilisasi alat-alat DLF melakukan vaksinisasi sesuai jadwal yang diberikan dokter hewan yang bekerja sama dengan DLF. Yang melakukan faksinisasi adalah manager peternakan sendiri atau terkadang DLF menyewa tenaga dari SANBE. e. Pemeliharaan Kandang Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga atau dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan 69 kandang bagi ayam yang dipelihara. DLF mempunyai satu tenaga kerja khusus yang selalu mengecek keadaan dan kondisi kandang ayam agar tetap baik.

6. Hama dan Penyakit

a. Penyakit

i Berak putih pullorum Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab : Salmonella pullorum. Pengendalian : diobati dengan antibiotika ii Foel typhoid Sasaran yang disering adalah ayam muda atau remaja dan dewasa. Penyebab : Salmonella gallinarum. Gejala : ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian : dengan antibiotikapreparat sulfa. iii Parathyphoid Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab : bakteri dari genus Salmonella Pengendalian : dengan preparat sulfaobat sejenisnya. iv Kolera Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab : pasteurella multocida. Gejala : pada serangan yang serius pial ayam gelambir dibawah paruh akan membesar. Pengendalian : dengan antibiotika TetrasiklinStreptomisin. v Pilek ayam Coryza Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab : makhluk intermediet antara bakteri dan virus. 70 Gejala : ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian : dapat disembuhkan dengan antibiotiapreparat sulfa. vi CRD CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian dilakukan dengan antibiotika Spiramisin dan Tilosin. vii Infeksi synovitis Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. Penyebab : bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian : dengan antibiotika.

b. Penyakit karena Virus