Arus Penerimaan Inflow Arus Pengeluaran Outflow

90 Tabel 13. Analisi Sensitivitas Keterangan Besaran Hasil Analisi Sensitivitas NPV Net BC IRR PP Tahun Kondisi Normal 2.359.208.260,73 3,28 71 2,3 Penurunan Produksi 26 887.420.490 2,54 47 2,4 Kenaiakn Harga DOC 28.6 2.346.513.269 3,25 70 2,7 Kenaikan Harga pakan 37 1.593.772.864,3 2,34 43 2,7 Sumber: Dian Layer Farm, 2011 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kelangsungan usaha ayam ras petelur sangat bergantung pada keberhasilan produksi. Keberhasilan produksi didukung degan adanya kelengkapan dan kecukupan dalam memenuhi jumlah pakan dan DOC. Untuk itu perusahaan harus tetap menjaga keadaan agar kenaikan dan penurunan yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan tidak lebih dari persentase yang ada.

7.2 Analisis Kelayakan Usaha Kondisi Pengembangan

Pada skenario II, DLF melakukan Pengembangan usaha atau penambahan kapasitas ayam ras petelur untuk meningkatkan produksi telur. Penambahan kapasitas yang dilakukan berjumlah 2.700 ekor dengan membangun dua kandang layer atau kandang baterai baru. Untuk memenuhi kebutuhan penambahan kapasitas ayam petelur tersebut DLF menambah beberapa investasi baru.

7.2.1 Arus Penerimaan Inflow

Pada pengembangan penerimaan yang diterima perusahaan diperoleh dari penjualan telur, ayam afkir, kotoran dan nilai sisa dari investasi. Pada kondisi ini jumlah yang dihasilkan 2700 ekor ayam ditambah dengan hasil pada kondisi awal. Kondisi pengembangan merupakan pola pengembangan dari kondisi awal sehingga pemenuhan ayam petelur pada pengembangan sama dengan kondisi awal. Pendapatan yang diterima dari penjualan telur ayam pada tahun pertama setelah melakukan pengembangan usaha sebesar Rp 1.782.000.000,00 dan tahun berikutnya sebesar Rp 3.564.000.000,00, penjualan ayam afkir sebsar Rp 396.000.000,00, penerimaan penjualan kotoran ayam sebesar Rp 59.400.000,00 dan 91 nilai sisa yang diperoleh setelah melakukan pengembangan sebesar Rp 22.560.000,00.

7.2.2 Arus Pengeluaran Outflow

Arus pengeluaran pada kondisi pengembangan sama dengan kondisi awal yang terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh DLF dalam melaksanakan pengembangan bisnisnya sebesar Rp 795.070.000,00. Biaya investasi ini dikeluarkan dalam penambahan kandang layer baru untuk ayam sebanyak dua kandang dan beberapa peralatan yang digunakan dalam produksi ketika pengembangan berjalan. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan DLF dalam melakukan pengembangannya usahanya dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap sebesar Rp 269.460.000,00. Pada biaya tetap tidak terjadi perubahan yang sangat besar dikarenakan tidak adanya perubahan tenaga kerja dan variabel lain yang digunakan. Perubahan terjadi pada biaya penyusutan yang diakibatkan berubahnya nilai investasi serta berubanya nilai insentif. DLF tidak menambah tenaga kerja pada saat melakukan pengembangan. Perusahaan hanya memberikan insentif tambahan kepada pekerja yang melakukan pekrjaan tambahan. Selain biaya tetap perubahan biaya juga terjadi pada biaya variabel, perubahan yang terjadi diakibatkan berubahnya jumlah kuantitas setiap variabel yang digunakan pada saat produksi yang diakibatkan penambahan sebesar Rp 2.032.752.000,00 Perubahan terbesar tampak pada biaya pakan. Karena pakan merupakan salah satu variabel utama dalam proses produksi selain DOC.

7.2.3 Kriteria Kelayakan Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur