Tata bahasa dan Kajian Tipologi Bahasa

25

2.2.3 Tata bahasa dan Kajian Tipologi Bahasa

Dalam teori linguistik tradisional ada dua unit gramatikal yang dianggap deskripsi gramatikal dasar yaitu kata dan kalimat. Dari dua unit gramatikal dasar inilah berkembang empat bidang kajian yaitu : fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik, yang secara menyeluruh disebut tatabahasa atau gramatika grammar . Namun dalam perkembangan ilmu bahasa yang sering dirujuk sebagai gramatika adalah morfologi dan sintaksis. Bahkan ada pula sebagian ahli yang menggunakan istilah gramatika untuk merujuk ke sintaksis saja. Walaupun sebagian besar ahli berpendapat bahwa gramatika suatu bahasa meliputi sistem tata bunyi, sistem tata kata, sistem tata kalimat, sistem tata makna dan lainnya yang lebih luas lagi. Istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat , klausa, dan frase. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur satuan bahasa serta hubungan antara unsut-unsur itu dalam satu satuan, baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Lyons 1987: 170- 171 , menyatakan bahwa di antara tataran kata dan kalimat terdapat dua unit gramatikal lain yaitu frasa dan klausa. Dalam pandangan tradisional, setiap kelompok kata yang secara gramatikal setara dengan kata dan tidak menunjukkan adanya unsur subjek, predikat disebut frasa. Sementara itu, klausa adalah kelompok kata yang mempunyai unsur subjek predikat dan menempel pada kalimat induk. Dalam penelitian ini, klausa diasumsi sebagai kalimat sederhana yaitu kalimat yang mempunyai satu subjek dan satu predikat lihat Lyons, 1988; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26 Jufrizal: 2007. Di samping itu, penelitian ini juga akan merujuk pendapat Alwi, dkk. .2000,313-319 yang menyimpulkan bahwa klausa dasar adalah konstruksi klausa, yang paling tidak mempunyai ciri-ciri : 1 terdiri atas satu klausa; 2 unsur-unsur intinya lengkap; 3 susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum; 4 tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Jadi, klausa dasar kalimat dasar adalah kalimat tunggal dekleratif afirmatif yang unsur- unsurnya paling lazim Menurut Comrie 1995 tujuan tipologi linguistik adalah untuk mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan sifat perilaku struktural bahasa yang bersangkutan. Ada dua asumsi pokok tipologi linguistik, yakni : a semua bahasa dapat dibandingkan berdasarkan strukturnya; dan b ada perbedaan di antara bahasa-bahasa yang ada. Dengan upaya seperti itu dikenal adanya istilah bahasa bertipologi akusatif, bahasa ergatif atau bahasa aktif yang merujuk ke sebutan tipologi bahasa-bahasa yang kurang lebih secara gramatikal mempunyai persamaan. Sebutan tipologis kelompok bahasa seperti bahasa akusatif , ergatif, atau bahasa aktif tersebut pada dasarnya dikaitkan dengan tataran morfosintaksis, sebutan untuk jenis relasi gramatikal yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Berdasarkan tipologi morfologis,Comrie,1995:43 menyebutkan bahasa- bahasa di dunia dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu 1 bahasa isolasi yaitu bahasa yang tidak mempunyaai struktur gramatikal tidak mempunyai morfem daan afiks, sehingga pada bahasa ini tidak mempunyai proses morfologi; adanya hubungan satu lawan satu antara kata dan morfem. Misalnya bahasa Cina, bahasa Samoa, bahasa Vietnam. Contoh kalimat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27 berikut dalam bahasa Vietnam memperlihatkan bahwa tiap kata hanya terdiri dari kata dasar yang monosilabis Khi toi den nha ban toi chung toi When I come house friend I plural I Ketika saya datang rumah teman saya, JAMAK saya ‘Ketika saya tiba di rumah teman saya , kami Bat dau lam bai Begin do pelajaran ‘ mulai mengerjakan pelajaran’ Tiap kata dalam kalimat di atas tidak mengalami perubahan. Bentuk jamak orang I dinyatakan dengan merangkaikan kata toi ’saya’ dengan chung’jamak’ sehingga menjadi ’kami’. Tiap kata terdiri dari satu morfem, kecuali kata bat dau ’mulai’. Kata ini secara etimologis sebenarnya terdiri dari dua morfem, yaitu bat ’menangkap’ dan dau ’kepala’ 2 bahasa aglutinasi: bahasa yang mempunyai proses morfologis; kata dapat terdiri atas lebih dari satu morfem, dan batas antara morfem-morfem kata dapat dengan mudah dipisahkan ditentukan, misalnya bahasa Hongaria, bahasa Indonesia, bahasa Finno Ugris, bahasa Tush suatu bahasa Kaukasus , bahasa Tibet, dan lain-lain. Pada bahasa Indonesia bentuk aglutinatif ini dapat dilihat dalam kata pe + tani, pe + malas, per + gerak + an, me +letak + an, per + sembah + kan, dan sebagainya 3 Bahasa fusional atau infleksi : bahasa yang morfemnya diwujudkan dengan afiks-afiks, tetapi umumnya tidak mudah dan tidak jelas untuk memisahkan menentukan merfem afiks yang mewujudkan kata atau morfem UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28 tersebut. Misalnya bahasa Arab, bahasa Ibrani, bahasa Latin, bahasa Yunani, bahasa Sansekerta, dan bahasa Indo-Eropah. Istilah fusional ataupun infleksi diartikan dengan perubahan internal dalam akar kata seperti : sing-sang-sung, do- did-done, write-wrote-written, go-went-gone dan sebagainya. 4 Bahasa polisintetik atau inkorporasi yaitu bahasa yang mempunyai kemungkinan mengambil sejumlah morfem leksikal dan menggabungnya bersama ke dalam kata tunggal. Misalnya bahasa Yana bahasa Indian Amerika, bahasa Chukchi, bahasa Greenlandic Eskimo, Inggris dan sebagainya. Comrie 1989 : 41-42 . Contoh dalam bahasa Yana, kalimat bahasa Indonesia saya menginap tiga malam akan diterjemahkan dalam sebuah kata saja : bulsidibalm? Gu? Asinz ‘tiga malam- menginap-sedikit-PASTPRESENT-saya’ Dasar-dasar teori dan kerangka berfikir tipologi yang dirujuk dalam penelitian ini, khususnya dalam menganalisis relasi dan peran gramatikal BBD memanfaatkan teori teori yang disebut di atas. Teori dan rujukan dimaksud akan digunakan secermat mungkin untuk dapat menganalisis fenomena tipologi gramatikal BPD yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini 2.2.4 Relasi dan Peran Gramatikal 2.2.4.1 Relasi Gramatikal