Valensi dan Ketransitifan Verba BPD

143 ‘mereka makan’ 91b mangan pelleng kami i pesta i Makan nasi kuning kami di pesta itu ‘kami makan nasi kuning di pesta itu’ 91c meng-enum tuak kalak bapa AKT-minum tuak orang bapak ‘bapak dan temannya minum tuak’ 92a me-nokor bukku bible sintua i AKT-beli buku alkitab penetua itu ‘penetua itu membeli alkitab’ 92b mer-suan kopi ateng kalak perkuta i AKT-tanam kopi ateng orang kampung ‘orang kampung menanam kopi ateng’ 92c naeng men-jalang poli aku i sapo puhun Akan AKT- salam kakek aku di rumah paman ‘aku akan menyalam kakek di rumah paman’ Walaupun semua contoh di atas merupakan paparan data predikasi verbal dalam BPD, tapi terdapat perbedaan satu sama lain . Pada 90a,b,c predikasi terdiri atas hanya satu argumen; pada 91a,b,c predikasi boleh terdiri atas satu atau dua argumen, selanjutnya pada 92a,b,c predikasi wajib terdiri atas dua argumen. Masing-masing struktur predikasi di atas memiliki perbedaan sehingga memerlukan analisis secara lebih mendalam pada bagian pembahasan berikut

5.1.2 Valensi dan Ketransitifan Verba BPD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 144 Kajian tentang valensi dan ketransitifan BPD dalam penelitian ini didasari oleh pengertian valensi dan ketransitifan secara sintaksis. Walaupun demikian ketransitifan secara semantis juga akan dilibatkan seperlunya untuk memperkuat analisis yang bersifat sintaksis. Paparan tentang valensi dan ketransitifan terkait erat dengan paparan tentang predikasi dan struktur argumen. Paparan tentang predikasi dan struktur argumen lebih ditekankan pada struktur argumen dari sudut pandang predikasi dalam kalimat utuh, sementara bagian tentang valensi dan ketransitifan lebih terfokus pada verba dan perilaku semantis verbanya. 93a Medem mo dukak na i belagen tidur T anak POS3TG di tikar ‘tidur anaknya di tikar’ 93b Ndabuh mo ia jatuh T 3TG ‘dia jatuh’ 93c Mberkat mo kalak na tua-tua i berangkat T 3JM tua adat itu ’berangkat para-pengetua adat itu’ Tiga buah verba pada contoh 93a, b, c, yaitu medem, ndabuh dan mberkat adalah verba yang menghendaki satu argumen. Argumen yang dibutuhkan adalah argumen subjek, yaitu dukakna pada 93a yang berperan sebagai agen pengalam, ia pada 93b yang berperan sebagai pasien, dan kalak tua-tua i pada 93c yang peran semantisnya adalah agen. Masing-masing subjek gramatikal itu adalah satu-satunya argumen yang dibutuhkan verbanya. Adverbia i belagen 93a bukan argumen yang diikat verbanya. Dengan demikian, verba UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 145 medem, ndabuh, dan mberkat merupakan verba intransitif; verba yang mempunyai valensi satu, verba yang hanya membutuhkan satu argumen; dalam hal ini subjek gramatikal. Ketransitifan ketiga verba di atas dapat berubahbertambah apabila pada verba tersebut mendapat prefiks atau sufiks, seperti pada contoh berikut ini. 94a Me-medem-ken dukak-na nampuhun i belagen PRE-tidur- SUF anak-POS3TG bibi di tikar ’bibi menidurkan anaknya di tikar’ 94b Men-dabuh-ken panganen dukak-na PRE-jatuh- SUF makanan anakPOS3TG ’anaknya menjatuhkan makanan’ 94c mem-berkat-ken persikkola i mo kalak na tua-tua i PRE- berangkat-SUF anak sekolah T 3JM tua-tua adat ’para pengetua adat itu memberangkatkan anak-anak sekolah itu’ Verba intransitif pedem, ndabuh, dan mberkat jika diberi pemarkah morfologis prefiks meN- pemarkah diatesis aktif dan sufiks –ken akan menjadi verba transitif. Masing-masing verba yang telah mendapat pemarkah morfologis tersebut berubah naik ketransitifannya. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran argumen kedua, yaitu objek gramatikal. Dengan kata lain, valensi verba intransitif tersebut bertambah seiring dengan perubahan ketransitifannya. Selanjutnya mari diperhatikan klausa dengan verba transitif dalam BPD berikut ini. 95a Man-jaha bible puhun AKT-baca alkitab paman UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 146 ‘paman membaca alkitab’ 95b Meng-enum susu dukak-na. AKT- minum susu anak-POS3TG. ‘anaknya minum susu’ Pada dua kalimat di atas, secara semantis verba menjaha ‘membaca’ dan mengenum‘minum’ telah dapat dipahami tanpa kehadiran objek bible ‘alkitab’ dan susu ‘susu’. Namun ketransitifan kedua verba tersebut secara sintaksis lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok verba yang baik secara sintaksis maupun secara semantis tidak memerlukan argumen kedua intransitif. Keadaan ini menyebabkan kehadiran argumen kedua objek gramatikal diperlukan secara sintaksis. Alwi dkk.,2000:91-93 mengelompokkan verba jenis ini sebagai verba semitransitif. Walaupun jika diamati secara seksama sifat-perilaku sintaksis dan semantis verbanya, sebenarnya verba tersebut tetap digolongkan sebagai verba transitif. Ketransitifannya secara semantis lebih lemah jika dibandingkan dengan kelompok verba intransitif yang lainnya.. Mari perhatikan contoh-contoh kalimat BPD berikut.. 96a Me-nengnges kepeng inang. Pre- kirim uang ibu ‘ibu mengirim uang’ 96b Me-nangkih neur dedahen na. Pre-panjat kelapa adik POS3TG ‘adiknya memanjat kelapa’ 96c Me-nokor belagen mbellen inang i pasar. Pre- beli tikar besar ibu di pasar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 147 ‘ibu membeli tikar besar di pasar’ Tiga buah verba pada contoh 96a,b,c masing-masing menengnges ‘mengirim’, menangkih ’memanjat’ dan menokor ‘membeli’ adalah verba transitif. Masing-masing verba tersebut mengikat dua argumen argumen subjek dan objek yang kehadirannya bersifat wajib. Verba transitif yang mengikat dua argumen seperti itu biasa disebut sebagai verba ekatransitif. Valensi verba seperti pada contoh 96a,b,dan c di atas akan bertambah apabila verba tersebut diberi pemarkah morfologis sufiks –ken. Contoh . 97a Me-nengnges-ken kepeng inang mi puhun. Pre- kirim-Suf uang ibu untuk adik ‘ibu mengirimkan uang untuk paman’ 97b Me-nangkih-ken neur dedahen mi inang Pre-panjat-Suf kelapa adik untuk ibu ‘adik memanjatkan kelapa untuk ibu’ 97c Me-nokor-ken belagen inang mi namberu i pasar Pre- beli- Suf tikar ibu untuk bibi di pasar ‘ibu membelikan tikar untuk ibu di pasar’ Pada contoh-contoh di atas dapat diamati bahwa verba menengnges ‘mengirim’ pada 96a yang mengikat dua argumen bervalensi dua akan membutuhkan argumen ketiga apabila verba tersebut diberi sufiks –ken. Kehadiran argumen ketiga puhun ‘paman’ pada 97a dituntut oleh bentuk verba menengngesken. Penempatan argumen tersebut dapat langsung sesudah verba atau setelah argumen kedua yang telah ada sebelumnya OL, namun harus didahului UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 148 preposisi mi ‘kepada’. Kehadiran argumen ketiga OTL baik yang didahului preposisi FNPrep maupun tanpa preposisi ditentukan oleh verba yang menempati kedudukan predikat klausa tersebut. Penjelasan yang sama berlaku untuk contoh-contoh kalimat berikutnya Perubahan ketransitifan yang berakibat pada perubahan valensi argumen verba terdapat dalam suatu mekanisme yang berkaidah.sehingga memerlukan suatu penelusuran lebih dalam dalam pembahasan berikut.

5.1.3 Pentopikalan BPD