126 konstruksi yang ada dalam bahasa Inggris bahasa akusatif. Pada konstruksi
klausa transitif BPD dengan verba zero, agen mempunyai ciri sebagai subjek gramatikal lihat 70a,b,c. Hal yang sama juga terjadi pada kalimat intransitif,
agen merupakan subjek gramatikal 73a,b dan 74a,b. Kenyataan ini menyimpulkan bahwa agen merupakan subjek gramatikal dalam BPD. Dapat
dikatakan bahwa uji perelatifan menunjukkan bahwa kesubjekan BPD dikondisikan secara morfologis dan sintaksis dengan isyarat gramatikal bahwa
subjek dalam bahasa ini adalah agen secara semantis
4.2.2.2 Objek dan Oblik BPD
Objek adalah argumen yang mengalami tindakan yang dinyatakan oleh verba transitif. Argumen yang mengalami tindakan yang dinyatakan oleh verba
tersebut menduduki posisi kedua pada hirarki fungsi gramatikal setelah subjek Verhaar,1999; Alsina,1996; Jufrizal,2007. Objek langsung OL dan objek tidak
langsung OTL harus muncul bersamaan pada klausa dengan verba dwitransitif. Secara lintas bahasa tidak banyak verba yang menuntut tiga argumen secara
serentak. Verba give dalam bahasa Inggris, beri dalam BI, dan beberapa verba lain yang setara dengan itu adalah contoh verba dwitransitif. Jufrizal,2007: 51
Butt dkk. 1999 : 48 menyebutkan bahwa secara lintas bahasa, pemasifan merupakan pengujian yang paling baik untuk menentukan keobjekan. Melalui
pemasifan, FN O dalam kalimat aktif menjadi S kalimat pasif. S aktif diwujudkan sebagai NULL dihilangkan dalam kalimat pasif. Dalam bahasa Inggris
dicontohkan sebagai berikut: 75a They saw the box.AKT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
127 ’mereka melihat kotak itu’
75b The box was seen ‘kotak itu dilihat’
Pengujian keobjekan dan penetapan O dalam BPD dapat dilakukan dengan seperangkat cara pengujian secara gramatikal yang sesuai dengan sifat perilaku
morfosintaksis BPD. Untuk mengetahui hal itu, mari diamati contoh-contoh berikut ini.
76a Mer-embah roti popung i kuta nai AKT-bawa roti nenek dari kampung
‘nenek membawa roti dari kampug’ 76b Me-nuan rorohen inang i sabah
AKT- tanam sayur ibu di sawah ‘ibu menanam sayur di sawah’
76c Mer-embah sian kuta nai roti mpung AKT- bawa dari kampung roti nenek
‘membawa dari kampung nenek roti’ 76d Me-nuan i sabah rorohen inang
AKT- tanam di sawah sayur ibu ’ibu menanam di sawah sayur’
Contoh 76a,b adalah kalimat yang berterima dalam BPD. FN roti dan rorohen yang langsung mengikuti verba adalah objek kalimat tersebut. Contoh kalimat
76c,d adalah kalimat yang tidak berterima secara gramatikal. Hal ini disebabkan oleh adanya penyisipan adverbia di antara verba dan objeknya. Berdasarkan
contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa : i Objek BPD adalah FN yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
128 langsung berada mengikuti verba; ii Objek BPD adalah FN yang tidak bisa
disisipi oleh adverbia dengan verba Selanjutnya, sifat-perilaku objek BPD dilihat berdasarkan kaidah
pemasifan. Seperti dikemukakan sebelumnya, secara umum, pada kaidah pemasifan, objek kalimat aktif dapat dinaikkan untuk menduduki posisi subjek
kalimat pasifnya, sementara subjek kalimat aktif itu sendiri menjadi relasi oblik. Karena itu, untuk mengetahui apakah kaidah pemasifan tersebut berlaku dalam
BPD, mari diperhatikan contoh-contoh dan penjelasan berikut ini 77a Men-cinar page kalak perkuta
AKT- jemur padi orang kampung ’orang kampung menjemur padi’
77b I-cinar kalak perkuta page PAS- jemur orangkampung padi
’dijemur orang kampung padi’ 77c Page i-cinar kalak perkuta
padi PAS- jemur orang kampug ‘padi dijemur orang kampung’
78a Men-jemak manuk-manuk puhun AKT-pegang burung paman
’memegang burung paman’ 78b I-jemak puhun manuk-manuk
PAS- pegang paman burung ’dipegang paman burung’
78c Manuk-manuk i -jemak puhun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
129 burung PAS pegang paman
’burung dipegang paman Pasangan kalimat 77a,78a adalah kalimat berdiatesis aktif dalam BPD, posisi FN
objek langsung urutan pertama pos-Verba yaitu page dan manuk-manuk, dan FN subjek kalak perkuta dan puhun pada posisi kedua pos-Verbal. Pada
kalimat 77b, 78b, merupakan pasangan kalimat pasifnya, dengan menggeser posisi FN objek ke urutan kedua pos-Verbal dan selanjutnya menduduki posisi
subjek pada kalimat pasif 77c,78c FN subjek kalak perkuta dan puhun kalimat aktif turun ke relasi oblik pada kalimat pasif 77c dan 78c sehingga bersifat
manasuka opsional. Berdasarkan contoh dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemasifan BPD dapat menaikkan objek ke posisi subjek dalam kalimat pasif. Dengan demikian, objek BPD dapat diuji melalui kaidah pemasifan; objek dalam
BPD adalah FN kalimat aktif yang dapat dinaikkan posisinya menjadi subjek kalimat pasifnya. Ciri seperti ini merupakan salah satu ciri tipologis yang dimiliki
bahasa akusatif misalnya bahasa Inggris. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, subjek BPD dapat direlatifkan,
namun objek BPD tidak dapat direlatifkan secara langsung. Penentuan keobjekan BPD berikut ini didasarkan atas pelesapan dalam kalimat koordinatif. Mari
dicermati contoh-contoh berikut. 78a Me-mangkur dukut bapa dekket ia menutung-na
AKT cangkul rumput bapak lalu ia membakarnya ’bapak mencangkul rumput dan lalu ia membakarnya’
78b Me-mangkur dukut bapa dekket menutungna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
130 AKT- cangkul rumput bapak dan lalu membakarnya
’bapak mencangkul rumput dan lalu membakarnya’ 78c Me-mangkur dukut bapa dekket inang menutungna
AKT cangkul rumput bapak dan lalu ibu membakarnya ’bapak mencangkul rumput dan lalu ibu membakarnya’
78d Me-mangkur dukut bapa dekket inang menutung AKT cangkul rumput bapak dan lalu ibu membakar
’bapak mencangkul rumput dan lalu ibu membakar’ Pada kalimat 78a, ia merujuk ke bapa yang merupakan subjek klausa
pertama memangkur dukut bapa. Ia adalah subjek pada klausa ia menutungna. Meskipun kalimat tersebut berterima, namun kehadiran ia dapat ditiadakan karena
malah membuat mubazir. Pelesapan ia pada klausa kedua pada 78b lebih berterima. Pada 78c –na merujuk ke dukut yang ada pada klausa pertama dan
merupakan objek klausa kedua yang tidak dapat dilesapkan karena akan menghasilkan kalimat koordinatif tak-gramatikal 78d. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa objek BPD adalah unsur kalimat FN yang tidak bisa dilesapkan pada kalimat koordinatif
Pada kalimat transitif BPD dengan pola mark S-V-O, dimungkinkan mempunyai tiga argumen: S dan OL dan OTL. Sifat-perilaku OL dan OTL dalam
BPD dapat diuji melalui posisi dan pemasifan. Contoh berikut ini memperlihatkan sifat-perilaku OL dan OTL kalimat dengan verba dwi-transitif BPD.
79a Kalak i mem-bere kalak perkuta sipanganen mereka AKT-beri orang kampung makanan
’mereka memberi orang kampung makan’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
131 79b Kalak perkuta i-bere kalak i sipanganen
orang kampung PAS- beri mereka makanan ’orang kampung diberi mereka makanan’
79c Kalak perkuta i-bere sipanganen kalak i orang kampung PAS beri makanan mereka
’orang kampung diberi makanan mereka’ 79dSipanganen i -bere kalak i kalak perkuta
makanan PAS- beri mereka orang kampung ’makanan diberi mereka orang kampung
79e Sipanganen i-bere kalak i bai kalak perkuta makanan PAS-beri mereka kepada orang kampung
’makanan diberi mereka kepada orang kampung 79f Sipanganen i-bere-ken kalak i bai kalak perkuta
makanan PAS- beri-KAU mereka kepada orang kampung ‘makanan diberikan mereka kepada orang kampung’
Pada contoh 79a kalak perkuta dan sipanganen adalah dua objek verba dwitransitif membere. Secara semantis, sipanganen merupakan OL dan kalak
perkuta adalah OTL dalam kalimat itu. Jadi dalam kalimat dengan verba dwitransitif BPD, FN yang langsung berada setelah verba adalah OTL dan diikuti
OL. Dalam pemasifan, OTL kalak perkuta dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Sementara itu subjek kalimat aktif kalak i menjadi relasi OBL, langsung ditempatkan pada posisi belakang verba lihat 79b. Dalam BPD, FN subjek
kalimat aktif apabila dipasifkan harus pindah ke posisi pertama pos-Verba , sehingga kalimat 79c tidak gramatikal sebab FN subjek kalimat aktif kalak i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
132 ditempat posisi salah. Apabila OL sipanganen dijadikan subjek kalimat pasif,
maka OTL ditempatkan pada posisi pertama pra-Verbal dan diikuti oleh FN subjek kalimat aktif . Preposisi bai dibubuhkan sebelum FN subjek kalimat aktif
FN posisi kedua pos-Verbal kalimat 79e,f Dengan demikian, OTL dalam BPD adalah FN yang langsung di posisi
setelah verba, sedangkan OL mengikutinya. Baik OL maupun OTL, keduanya dapat menjadi subjek kalimat pasif melalui kaidah pemasifan. Apabila OTL
yang menjadi subjek kalimat pasifnya, maka tidak ada perubahan morfologis pada verbanya, kecuali prefiks itu sendiri dan subjek kalimat pasif mengganti posisi
OTL ditempatkan di belakang verba. Apabila OL yang menjadi subjek kalimat pasif,maka OTL setelah dibubuhi bai ditempatkan di belakang posisi FN subjek
kalimat aktif Relasi oblik OBL adalah kelompok argumen bukan subjek dan juga
merupakan bentuk morfosintaksis yang tidak sesuai layak sebagai objek. Oblik tidak mengalami proses sintaksis yang mempengaruhi objek seperti pemasifan.
Oblik umumnya berupa frasa preposisional Fprep Butt dkk.,1999 :50. Dalam bahasa Inggris, misalnya, Fprep to him dalam contoh berikut ini dianalisis sebagai
OBL dari pada OTL, karena frasa tersebut tidak ikut mengalami pemasifan dalam bahasa itu.
80a She gave the book to him ‘Dia pr memberikan buku kepadanyaII’
80b The book was given to him. ‘buku itu diberikan kepadanyaII’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
133 Oblik sering pula menyerupai adjung adjunct atau keterangan dari segi
bentuk. Untuk dapat membedakan oblik dari adjungketerangan hanya dengan mempertanyakan apakah unsur itu dikehendaki oleh predikat atau tidak. Oblik
lazimnya dikehendaki hadirnya oleh predikat verba, sedang adjung merupakan fungsi gramatikal yang tidak dikelompokkan untuknya verba.
Arka 2002:2 menjelaskan bahwa oblik merupakan argumen verba yang secara sintaksis bukan subjek atau objek, yang biasanya dimarkahi oleh
preposposisi. .Oblik dikatakan argumen karena dia mencerminkan partisipan penting yang diminta oleh verba. Kehadirannya biasanya walaupun tidak harus
bersifat manasuka, sehingga oblik itu mirip dengan keterangan adjung. .Beda oblik dengan adjungketerangan adalah kehadiran oblik dikehendaki oleh verba
sedangkan kehadiran adjungketerangan tidak demikian halnya. Sebagai contoh, lokatif ‘di meja’ pada klausa ‘Dia menaruh buku di meja’ adalah oblik karena
secara semantis verba ‘taruh’ menghendaki tempat lokatif. .Sementara lokatif ‘di dapur’ pada klausa ‘Dia makan di dapur’ adalah keterangan adjunct.
Relasi oblik dalam BPD dapat dijajaki dengan mengamati contoh-contoh berikut ini.
81a Me-nokor tambar namberu bai popung AKT- beli obat bibi kepada nenek
‘bibi membeli obat kepada nenek’ 81b Namberu me-nokor-ken tambar bai popung
bibi AKT-beli-DAT obat kepada nenek ’bibi membelikan obat kepada nenek’
81c Tambar i-tokor- ken namberu bai popung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
134 obat PAS-beli-BEN bibi kepada nenek
’obat dibelikan bibi kepada nenek’ 81d Bai popung tambar i-tokor-ken namberu
kepada nenek obat PAS-beli-DAT bibi ’kepada nenek obat dibelikan oleh bibi’
81e Bai popung i-tokor-ken namberu tambar untuk nenek PAS-beli-DAT bibi obat
’untuk nenek dibelikan bibi obat’ 81f Tambar i-tokor-ken bai popung namberu
obat PAS-beli-DAT kepada nenek bibi ’obat dibelikan kepada nenek bibi’
82a Me-mere-ken jukut kerbo inang bai puhun AKT-beri-DAT daging kerbau ibu untuk paman
‘memberikan daging kerbau ibu untuk paman’ 82b Inang me-mere-ken jukut kerbo bai puhun
ibu AKT-beri-DAT daging kerbau kepada paman ’ibu memberikan daging kerbau kepada paman’
82c Jukut kerbo i-bere-ken inang bai puhun daging kerbau PAS-beri-DAT ibu pada paman
’daging kerbau diberikan ibu pada paman’ 82d Bai puhun jukut kerbo i-bere-ken inang
pada paman daging kerbau PAS-beri-DAT ibu ’pada paman daging kerbau diberikan ibu’
82e Bai puhun i- bere-ken inang jukut kerbo
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
135 pada paman PAS-beri-DA T ibu daging kerbau
’pada paman diberikan ibu daging kerbau’ 82f Juhut kerbo i-bere-ken bai puhun namberu
daging kerbau PAS-beri-DAT kepada paman bibi ’daging kerbau diberikan kepada paman bibi’
Dari pengamatan contoh-contoh di atas, dapat dijelaskan bahwa OBL dalam BPD merupakan argumen FN yang berpreposisi FN Prep misalnya
berpreposisi bai FNPrep ini merupakan OBL sehingga tidak bisa dijadikan subjek kalimat pasif melalui kaidah pemasifan. Hal ini diujikan pada konstruksi
verbal datif dan benefaktif BPD seperti yang terdapat pada contoh-contoh di atas. Ternyata hanya objek yang tidak berpreposisi saja yang dapat dinaikkan ke posisi
subjek kalimat pasif lihat contoh 81a,b,c, dan 82a,b,c. Meskipun 81d,e, dan 82d,e juga berterima secara semantis, namun secara gramatikal objek
berpreposisi bai popung dan bai puhun bukan objek kalimat pasif tersebut. Bai popung dan bai puhun tetap merupakan OBL
Frasa berpreposisi dalam BPD merupakan OBL dapat dibuktikan melalui konstruksi kausatif secara morfologis pada contoh kalimat di bawah ini :
83a Anggiat men-dabuh-ken tas-na i dates belagen anggiat AKT-jatuh-KAU tas-POS2TG ART atas tikar
‘anggiat menjatuhkan tasnya di atas tikar’ 83b Tas-na i-dabuh-ken Anggiat i-dates belagen
tas- POS3TG PAS-jatuh-KAU anggiat ART-atas tikar ‘tasnya dijatuhkan Anggiat di atas tikar’
83c I dates belagen tas- na i-dabuh-ken Anggiat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
136 ART-atas tikar tas-POS3TG PAS-jatuh-KAU Anggiat
‘di atas tikar tasnya dijatuhkan Anggiat’ Hanya objek tanpa preposisi yang merupakan OBL dalam BPD yang lazim
dijadikan subjek kalimat pasif seperti terlihat pada 83b, sedangkan objek berpreposisi i dates belagen ditempatkan dalam kalimat pasif, fungsinya tidak
bisa sebagai subjek. Walaupun i dates belagen memungkinkan untuk ditempatkan pada posisi awal klausa contoh 83c, tetapi tetap sebagai OBL.
4.2.3 Peran Gramatikal BPD
Analisis tentang peran gramatikal dalam penelitian ini mengikuti prinsip dan pendapat van Valin, Jr dan LaPolla 1999 : 141-143 yang menyebutkan
bahwa peran gramatikal agen dan pasien menurut istilah Palmer,1994 merupakan peran makro semantis semantic macrorole. Peran peran itu disebut
”makro” karena masing-masing agen dan pasien mengemas jenis-jenis argumen khusus relasi tematis. Dalam teori peran makro semantis, peran agen diistilahkan
aktor dan peran pasien disebut undergoer tempat jatuh perbuatanpenderita. Pada klausa intransitif, hanya ada satu argumen yang dapat berperan sebagai aktor
dan juga undergoer. Dalam analisisnya, peran gramatikal tidak bisa dilepaskan mutlak dari verba predikat klausa karena penetapan dan pemahaman akan
adanya aktor dan undergoer pada umumnya diisyaratkan oleh verba predikat. Berikut ini adalah contoh klausa BPD yang memperlihatkan adanya peran aktor
agen dan pasien undergoer 84a Laus dukak-na
pergi anak-POS3TG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA