73 Wanita-ERG melihat lelaki
’wanita itu melihat lelaki itu’ Kalimat c dan d menunjukkan bahwa P dan S diperlakukan dengan cara yang
sama sama-sama tidak bermarkah, sedangkan A ditandai oleh sufiks –thu Ini berarti bahwa bahasa Kalkatungu adalah bahasa ergatif secara morfologis.
Menurut Blake 1988, 1994, bahasa Kalkatungu juga ergatif secara sintaksis.
2.2.4.8 Diatesis
Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa
lihat Kridalaksana,1993:43. Istilah diatesis berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ‘keadaan’, ‘pengaturan’ atau ‘fungsi’dan istilah voice dari bahasa Latin,
vox, yang berarti ‘bunyi, ‘nada’, suara’ dipakai secara bergantian = sama dalam linguistik untuk merujuk ke perihal dikotomi ‘aktif-pasif’. Menurut Shibatani
1988:3, voice dipahami sebagai satu mekanisme yang unsur-unsur sintaksis utama –subjek- secara gramatikal dari fungsi-fungsi semantis dasar lihat Lyons,
1987:371-373. Pada umumnya bahasa-bahasa di dunia mempunyai strategi diatesis dasar aktif-pasif. Pertentangan aktif-pasif merujuk ke pertentangan
semantis; pada diatesis aktif, subjek bertindak atas yang lain atau mempengaruhi yang lain, sementara dalam diatesis pasif, subjek dipengaruhi atau tempat
jatuhnya perbuatan lihat Shibatani,1988:3 Pada bahasa bertipologi akusatif misalnya bahasa Inggris dikenal adanya
diatesis aktif-pasif. Sebaliknya pada bahasa bertipologi ergatif dikenal adanya diatesis ergatif dan antipasif. Diatesis pasif dan antipasif adalah konstruksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74 turunan derived form dari konstruksi dasar underlying form, yaitu aktif dan
ergatif. Jadi konstruksi berdiatesis pasif adalah konstruksi turunan pada bahasa akusatif, sementara antipasif merupakan konstruksi turunan pada bahasa ergatif.
Meskipun demikian, penetapan bahwa suatu bahasa mempunyai diatesis pasif atau antipasif memerlukan telaah lebih khusus lihat Comrie dalam Shibatani,
1988:9; Artawa,1995:63; Artawa,2002:19-20; Jufrizal :2007:229
a Pasif dan Ergatif
Dalam tipologi linguistik, pengertian pasif dan ergatif mempunyai kemiripan dan sekaligus perbedaan sehingga hal ini sering menimbulkan sedikit
perdebatan di kalangan pakar linguistik. Perdebatan itu disebabkan kekurangjelasan kriteria untuk menentukan apakah sebuah konstruksi itu pasif
atau ergatif. Comrie 1983 mengemukakan kriteria dasar yang dapat digunakan
untuk membedakan antara konstruksi pasif dan ergatif. Kriteria tersebut adalah :
1 pasif dan ergatif serupa dalam hal bahwa keduanya menetapkan
sekurang-kurangnya , beberapa sifat perilaku subjek sebagai pasien daripada sebagai agen, walaupun tingkat penetapan tersebut lebih
besar pada pasif. 2
Pasif dan ergatif berbeda dalam hal bahwa secara khusus ergatif memerlukan penyatuan frasa agen yang lebih besar ke dalam
sintaksis dari sebuah klausa. 3
Pasif dan ergatif berbeda dalam hal pemarkahan- pasif merupakan konstruksi bermarkah, sementara ergatif khususnya konstruksi tak
bermarkah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75 Berdasarkan kriteria sebagaimana yang dikemukakan Comrie di atas,
untuk mempertimbangkan konstruksi ergatif sama dengan konstruksi pasif adalah bahwa dalam kedua konstruksi tersebut pasienlah yang berperilaku sebagai
subjek. Penetapan ini didasarkan atas perbandingan morfosintaksis dengan argumen satu-satunya dari predikat intransitif. Karena secara umum argumen
tunggal predikat intransitif adalah subjek dari predikat tersebut Di samping kriteria yang telah dikemukakan di atas, terdapat pemarkahan
yang membedakan antara konstruksi pasif dengan ergatif. Verba pada konstruksi ergatif adalah konstruksi tak bermarkah, sedangkan verba pada konstruksi pasif
bermarkah secara morfologis. Siewierska 1984 dalam Jufrizal 2007 mengemukakan bahwa konstruksi pasif bentuk asli pasif purwa – rupa
mempunyai ciri-ciri berikut ini : 1
subjek klausa pasif adalah objek langsung dari klausa aktif yang bersesuaian.
2 Subjek klausa aktif diungkapkan dalam konstruksi pasif dalam bentuk
frasa adjung keterangan atau tidak diungkapkan. 3
Verbanya bermarkah pasif. Disamping ciri-ciri struktural di atas, dikemukakan pula bahwa kontruksi
pasif cenderung tidak memperkenankan agen orang pertama atau orang kedua atau agen pronominal Kaswanti Purwo, 1989
Konstruksi ergatif serupa dengan konstruksi pasif dalam hal pasien merupakan subjek gramatikal. Namun ada sejumlah perbedaan yang berarti antara
konstruksi pasif dan ergatif. Kedua konstruksi itu berbeda dalam hal perilaku sintaksis agen A. Jika pasien dan agen konstruksi pasif diperbandingkan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76 hal perilaku sintaksisnya, sejumlah kaidah sintaksis akan merujuk ke pasien,
hanya sedikit yang merujuk ke agen jika ada . Dalam konstruksi ergatif, lazim bagi kaidah sintaksis merujuk ke agen. Dengan demikian, perbedaan antara
konstruksi pasif dengan ergatif yaitu perihal integrasi. Integrasi agen lebih besar dalam konstruksi ergatf daripada yang ada dalam konstruksi pasif. Salah satu
perwujudan dari integrasi yang lebih besar diperlihatkan oleh kesesuaian verba, yang lazim terjadi dengan agen dalam konstruksi ergatif. Juga ada kemungkinan
bagi agen pada konstruksi ergatif untuk ’mengontrol’ perefleksifan. Bahwa integrasi agen yang merupakan pelengkap agen dari konstruksi ergatif lebih
tinggi dari pada agen yang merupakan ajung dari konstruksi pasif dapat dilihat dari kenyataan bahwa agen konstruksi ergatif bentuk asal tidaklah selalu dapat
dilesapkan. Akan tetapi agen pada konstruksi pasif bentuk asal lazim dilesapkan lihat Kaswanti Purwo ed,1989.
Pemarkahan merupakan kriteria ketiga yang membedakan antara konstruksi ergatif dengan pasif. Pasif dipandang sebagai diatesis turunan
bermarkah yang dipertentangkan dengan diatesis aktif. Di sisi lain, konstruksi ergatif dipahami sebagai perwujudan diatesis takbermarkah, sementara diatesis
bermarkahnya adalah antipasif. Antipasif merupakan konstruksi turunan, yang umumnya mempunyai morfem tambahan pada verba. Pilihan takbermarkah dari
kontruksi ergatif nampaknya ’alami’. Pengertian pemarkahan dipahami sebagai ’keseringan’, ’kompleksitas formal’, dan ’tingkat keproduktifan’. Konstruksi
ergatif pada bahasa ergatif lebih sering digunakan dari pada konstruksi antipasif. Dalam pengertian kompleksitas formal, bentuk verba konstruksi ergatif kurang
kompleks secara morfologis dari pada bentuk verba pada konstruksi antipasif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77 Mengenai tingkat keproduktifan, bentuk ergatif mungkin lebih produktif dari
pada bentuk antipasif dalam pengertian bahwa tidak semua verba ergatif dapat dijadikan bentuk antipasif. Pada banyak bahasa ergatif , misalnya dalam bahasa-
bahasa Australia, konstruksi antipasif umumnya terbatas secara leksikal.
b Pasif dan Antipasif
Jufrizal 2007 : 201-203 menyatakan bahwa istilah antipasif termasuk istilah yang digunakan dalam teori tipologi linguistik. Konstruksi aktif dianggap
sebagai konstruksi dasar dalam bahasa akusatif, sementara antipasif merupakan konstruksi turunan dalam bahasa ergatif. Istilah ’antipasif ’ diperkenalkan oleh
Silverstein 1986 untuk menyebut konstruksi intransitif turunan dalam bahasa ergatif. Istilah antipasif sebagai analogi dari konstruksi pasif. Pada konstruksi
pasif, agen verba transitif diungkapkan sebagai ajung yang dapat dilesapkan. Pada konstruksi antipasif, pasien konstruksi transitif dapat dilesapkan dari klausa. lihat
juga Kaswanti Purwo ed. :1989.. Jelaslah pada bahasa akusatif terdapat dikotomi aktif pasif, sedangkan bahasa ergatif memiliki dikotomi ergatif-antipasif
Dixon 1994 : 146 , mencanangkan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebuah turunan sintaksis itu pasif atau antipasif. Mekanisme
sintaksis itu perlu diketahui karena baik bentuk pasif dan antipasif sama-sama merupakan konstruksi turunan. Kriteria tersebut adalah :
Pasif : a
diperlakukan pada klausa intransitif asal dan membentuk klausa intransitif turunan.
b FN objek O asal menjadi S klausa pasif;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78 c
FN agen A memasuki fungsi periferal, dimarkahi oleh kasus inti, preposisi, dan sebagainya; FN tersebut dapat dilesapkan, walaupun selalu
ada pilihan untuk menyertakannya : d
Ada beberapa pemarkah formal nyata konstruksi pasif umumnya afiks verbal atau yang lainnya dengan elemen periferastik dalam frasa verba-
misalnya dalam bahasa Inggris be-...-en- walaupun konstruksi itu dapat dimarkahi di mana saja di dalam klausa }
Antipasif : a
diperlakukan pada klausa transitif asal dan membentuk klausa intransitif turunan :
b FN agen A asal menjadi S pada konstruksi antipasif
c FN objek O asal memasuki fungsi periferal, dimarkahi oleh kasus bukan
inti, preposisi, dsb ; FN tersebut dapat dilesapkan , walaupun selalu ada pilihan untuk menyertakannya ;
d Ada beberapa pemarkah formal nyata konstruksi antipasif pilihan dan
kemungkinan sama dengan yang ada pada pasif . Contoh berikut memperlihatkan konstruksi antipasif dalam bahasa Yalarnnga
data dikutip dari Mallinson dan Blake, 1981 . Konstruksi ergatif pada kalimat 5 Agen matyumpa diberi markah erg, -yu dan Pasien bermarkah Abs
unmarked. Pada kalimat 6 Agen muncul tanpa markah, sedangkan Pasien dapat diberi markah datif –u dengan disertai pemarkah formal antipasif –li ;
5 Matyumpa -yu kukapi taca -mu Kangoro -erg grass eat -pass
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79 ‘Kangguru itu makan rumput’
6 Matyumpa kukapi -u taca -li -ma Kangoroo grass -dat eat -AP -press
‘kangguru itu makan rumput’ Dixon 1994:149 lebih lanjut menegaskan bahwa kriteria tentang pasif
dan antipasif di atas dilihat dari titik pandang sintaksis. Dalam hal ini, pasif dan antipasif setara, dengan A dan O dipertukarkan. Akan tetapi, bahasa mempunyai
sesuatu yang lebih dari hanya sebatas sintaksis. Konstruksi pasif dan antipasif mempunyai implikasi semantis yang agak berbeda. Pasif khususnya terfokus pada
keadaan rujukan FN O berada di dalam, sebagai hasil beberapa tindakan. Misalnya, dalam bahasa Inggris, John was wounded ‘John dibalut’ atau John
was promoted ‘John dipromosikan’. Di sisi lain, antipasif terfokus pada kenyataan bahwa rujukan A asaldasar mengambil bagian dalam beberapa kegiatan yang
melibatkan objek, sementara latar belakang identitas objek, misalnya antipasif bahasa Dyirbal, Jani S gunyjalnanyu biya-gu DAT ‘Jon meminum bir’,
berbeda dengan transitif aktif Biya O Jani-nggu A gunyan ‘Jon meminum bir’. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam konstruksi
ergatif, pasienlah, bukan agen, yang memiliki sifat-perilaku subjek bersama dengan subjek klausa intransitif. Hal ini juga benar adanya bagi konstruksi pasif.
Dalam konstruksi aktif bukan ergatif, agenlah, bukan pasien, yang memiliki sifat-perilaku subjek bersama dengan subjek klausa intransitif. Dalam konstruksi
antipasif, agenlah yang mempunyai sifat-perilaku subjek. Jadi, aktif dan antipasif serupa dalam hal agen mempunyai sifat-perilaku subjek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80 Diatesis sering disebut voice dalam bahasa Inggris Lyons, 1969 : 372 .
Yang terkenal adalah active voice dan passive voice atau diatesis aktif dan diatesis pasif. Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukan hubungan antara
partisipan subjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa lihat Kridalaksana ,1993 : 43 . Jadi diatesis adalah masalah sintaksis yang juga
menyangkut semantik. Dikatakan menyangkut semantik karena konsep partisipan atau argumen yang membentuk struktur makna sintaksis. Diatesis aktif
berhubungan dengan klausa yang predikat verbanya adalah aktif, dengan subjek pelaku atau agen atau agentif. Apabila verba yang bersangkutan transitif, objek
berupa penderita atau pasien atau objektif. Demikian pula diatesis pasif berhubungan dengan klausa yang predikat verbanya pasif dan subjek penderita.
Diatesis lain yang dikenal oleh para ahli ialah diatesis medial,diatesis refleksif , yaitu subjek berbuat atas diri sendiri, sedangkan bentuk diatesis
resiprokal adalah diatesis yang menunjukkan subjek pluralis bertindak berbalasan atau subjek singularis bertindak berbalasan dengan komplemen Kridalaksana,
1993 : 45. Para ahli telah mengemukakan ciri-ciri umum dan proses pembentukan
konstruksi pasif berdasarkan kajian pasif secara lintas bahasa. Ciri-ciri dan proses pembentukan konstruksi pasif tersebut adalah lihat Palmer, 1994: 16;
Dixon,1994 ; Jufrizal,2007 : 1. Diperlakukan terhadap klausa transitif dan untuk membentuk klausa
intransitif. 2. Objek konstruksi aktif promosi naik ke posisi subjek;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81 3. Subjek konstruksi aktif diturunkan ke argumen oblik atau mungkin
dihilangkan; 4. Perubahan terjadi pada tataran morfologi bentuk verba untuk menandai
pemasifan 5. Secara sintaksis, pemasifan merupakan proses penciptaanpengadaan subjek;
6. Pasif merupakan proses daur ulang cyclic dalam satu klausa ; 7. Pasif itu terikat dalam satu klausa;
8. Pasif merupakan transformasi bukan akar; 9. Pasif itu diatur kaidah tatabahasa.
Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa bertipologi akusatif yang mengenal adanya diatesis aktif-pasif. Pada bahasa bertipologi ergatif, dikenal
adanya diatesis ergatif dan antipasif. Diatesis pasif dan antipasif adalah konstruksi turunan derived form dari konstruksi dasar underlying form , yaitu aktif dan
ergatif. Konstruksi berdiatesis pasif adalah konstruksi turunan pada bahasa akusatif; sementaa antipasif merupakan kostruksi turunan pada bahasa ergatif.
Meskipun demikian penetapan bahwa suatu bahasa termasuk BBD apakah berdiatesis pasif atau antipasif memerlukan telaah lebih khusus lihat Artawa
,1995: 63; Jufrizal, 2007: 229 Rekonstruksi kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat
pada bagan dibawah ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Bagan 2 : Rekonstruksi Kerangka Teori
Struktur Argumen Keterkaitan dan kaitan
informasi antara argumen dan predikatnya.
Alsina, 1996:7
Verba Ekatransitif : verba yang mengikat 2 argumen
Verba Dwitransitif : verba yang mengikat 3 argumen
Van Valin dan La-Polla, 1999:148-150
Valensi Banyaknya argumen yang diikat verba.
Van Valin dan La-Polla,1999:147
Sistem Pivot Suatu Kategori
gramatikal yang mengaitkan S dan A;
S dan P; S, A dan P. Dixon,1979:157
Topik Tentang apa kalimat itu, apa yang
menjadi pembicaraan kalimat itu. Comrie, 1995:107
TIPOLOGI GRAMATIKAL
BPD
Predikasi Konstruksi klausa yang terdiri
atas Predikat dan Argumennya. Alsina, 1996:4
Relasi Gramatikal Bagian-bagian fungsi sintaksis
dari kalimat yang dikategorikan sebagai S, OL, OTL, dan OBL.
Comrie, 1989:65
Peran Gramatikal Fungsi sintaksis yang
didasarkan perilaku semantis; terdiri dari Agen dan Pasien.
Comrie, 1985:65
Diatesis Kategori
gramatikal yang menunjukkan
hubungan S dengan perbuatanverba
klausa tersebut. Lyons, 1969:372
Fungsi Semantik Agen Pasien Fungsi Sintaksis S, OL, OTL,OBL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
2.3 Kerangka Kerja Teoritis Penelitian