Diatesis Medial BPD Diatesis BPD

237 231a Mer-putar roda pedati. AKT-berputar roda pedati ‘roda pedati berputar sendiri’ 231b Mer-putar sandiri roda pedati i AKT-putar sendiri roda pedati itu. ‘roda pedati itu berputar sendiri.’ Pada 231a mer-putar bermakna ‘berputar’ aktif dengan pengertian,berdasarkan pantauan pragmatis bahwa tindakan yang digambarkan oleh verbanya dilakukan didorong oleh subjek gramatikal agen klausa itu sendiri. Namun apabila tautan pragmatis yang menjelaskan makna semantisnya merujuk ke pelaku lain di luar subjek gramatikal yang digambarkan oleh verbanya 231b, maka kalimat yang sama dipahami sebagai kalimat dengan diatesis pasif pelakunya di luar subjek gramatikal.

6.2.2.2 Diatesis Medial BPD

Para ahli merinci ciri-ciri gramatikal diatesis medial, seperti disebutkan oleh Klaiman 1988 dalam Shibatani ed. 1988:31-33. Ciri-ciri diatesis, medial tersebut adalah: i verba diatesis medial menunjukkan makna kegiatan refleksif atau resiprokal; ii fungsi diatesis medial memperlihatkan status keberuntungan beneficiary subjek terhadap tindakan, maksudnya diatesis ini memperlihatkan status ganda subjek sebagai sumber tindakan dan sekaligus sebagai wujud yang dipengaruhi; iii pengungkapan tindakan yang di dalamnya penderita dipahami sebagai berada dalam ”lingkaran” subjek; penderita berperilaku atau termasuk ke subjek itu sendiri iv diatesis medial mengungkapkan watak subjek; akibat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 238 yang timbul tertuju ke subjek; v pengaruh tindakan, baik dan buruk, mengarah ke subjek. Verba seperti menikah, berdamai, dan sebagainya termasuk ke ciri verba yang memuat kandungan diatesis medial ini Pembahasan diatesis medial BPD, dimulai dengan mencermati konstruksi klausa berikut ini. 232 Boi ngo ia meng-kuso nehe -na. bisa T dia MED-bersih kaki- POS3TG ’dia bisa membersihkan kakinya.’ 233 I-pial-i inang i mo kurum- na. MED-cubit-i ibu ART T pipi- POS3TG. ’pipinya sendiri dicubiti ibu itu.’ Prefik meng- alomorf dari meN- pada 232 adalah pemarkah diatesis aktif. Sedangkan prefiks i- pada 233 adalah pemarkah diatesis pasif. Dengan demikian konstruksi 232 adalah klausa aktif dan 233 adalah klausa pasif. Sementara itu, prefiks meng- pada 232 dan i- pada 233 memarkahi diatesis medial MED yang terjadi pada konstruksi refleksif. Jadi pemarkah morfologis konstruksi diatesis medial dapat berupa prefiks meN- juga merupakan pemarkah diatesis aktif dan prefiks i- yang merupakan pemarkah diatesis pasif.\ Berdasarkan salah satu ciri yang telah disebutkan di atas, diatesis medial dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu diatesis medial yang bermakna resiprokal dan diatesis medial yang bermakna refleksif, Sudaryanto 1984:102-106, menyebutkan ciri diatesis resiprokal adalah sebagai berikut: a secara lingual, konstituen tersebut insani atau diinsanikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 239 yang dapat bertindak sekaligus pelaku dan penderita, b bentuk resiprokal selalu dapat dihubungkan dengan bentuk aktif atau pasif; c secara leksikal verbanya tidak boleh memiliki komponen makna objek non insani; d bentuk resiprokal memiliki pasangan imperatif, tetapi bentuk imperatifnya tidak harus resiprokal, tetapi boleh aktif atau pasif. Sementara itu, ciri diatesis refleksif adalah sebagai berikut: a pola umum refleksif adalah S-P. Apabila S-P-Pl, maka Pl cenderung berupa kata diri dan sebagainya, yang semuanya menunjukkan badan dan secara posesif berhubungan dengan subjek; b bisa juga pelengkap tersebut tidak menunjukkan badan, tetapi memiliki imbangan makna kata memakai, misalnya: i dia bersepatu dan ii dia memakai sepatu Dalam kalimat berdiatesis medial baik resiprokal maupun refleksif, kehadiran O biasanya juga tidak diperlukan. Mari diperhatikan contoh berikut. 234 Mersi-jalang-an kalak i MED-salam 3JM ‘mereka bersalaman’ 235 Mer- suri kalak i MED-sisir 3JM ‘mereka bersisir’ Pada 234 kalak i adalah pelaku tindakan, dan sekaligus menjadi sasaran tindakan itu. Karena itu kalak i menduduki peran pelaku dan penderita, demikian juga kalimat 235 merupakan kalimat diatesis refleksif S kalak i melakukan tindakan yang mengenai dirinya sendiri. Jadi tindakan yang dinyatakan P-nya mengarah ke S itu sendiri.Diamati pula bahwa konstruksi medial pada 234,235 berpola V-S, sama halnya pola dasar pada konstruksi kalimat BPD UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 240 Diatesis medial jenis resiprokal berhubungan erat dengan dua kalimat aktif yang memiliki kadar keaktifan penuh, dan dua kalimat pasif yang juga memiliki kadar kapasifan penuh. Mari perhatikan contoh berikut ini. 236 Mersi-jalang-an bapa dekket panguda MED-salam ayah dengan bapak uda ‘ayah bersalaman dengan bapak uda’ 237 Bapa men-jalang panguda ayah AKT-salam bapak uda ‘ayah menyalam bapak uda’ 238 Panguda men-jalang bapa bapak uda AKT-salam ayah ‘bapa uda menyalam ayah’ 239 i-jalang panguda bapa PAS-salam bapak uda ayah ‘ayah disalam bapak uda’ 240 i-jalang bapa panguda PAS-salam ayah bapauda ‘bapa uda disalam ayah’ Dari contoh di atas terlihat bahwa secara semantis informasi yang diberikan kalimat 236 mempunyai makna sama dengan informasi yang dimiliki oleh dua kalimat aktif 237 dan238 serta kalimat pasif 239 dan 240. Jadi konfiks mersi-en dalam BPD dapat mengungkapkan bentuk diatesis medial yang menunjukkan makna resiprokal. Perhatikan contoh berikut ini. 241a Bapa meng-kerpi puhun UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 241 bapak AKT-peluk paman ‘bapak memeluk paman’ 241b Puhun i-kerpi bapa paman PAS-peluk bapa ‘paman dipeluk bapak’ 241c Kalak i mer-sikerpi-n 3JM MED-peluk-an ‘mereka berpelukan’ 242a Ali me-mekpek si Anggiat i sikkola ali AKT-pukul si Anggiat di sekolah ‘ali memukul Anggiat di sekolah’ 242b Anggiat me-mekpek si Ali i sikkola anggiat AKT-pukul si Ali di sekolah ‘anggiat memukul si Ali di sekolah’ 242c Mer-sipekpek-en kalaki i sikkola MED-pukul-an 3JM di sekolah ‘saling memukul mereka di sekolah’ Dari contoh kalimat tersebut di atas, terlihat bahwa kalimat 241c dan kalimat 242c merupakan kalimat berdiatesis resiprokal yang secara semantis informasinya sama dengan makna konstruksi kalimat aktif dan pasif yang berpadanan 241a,b dan 242a,b. Pada umumnya kalimat berdiatesis resiprokal menggunakan S pluralis seperti terlihat pada contoh kalimat 241c,242c yang mengunakan S kalaki ‘mereka’. Hal ini disebabkan S melakukan pekerjaan tindakan yang dinyatakan dalam predikat itu secara berbalasan atau bergantian; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 242 walaupun ditemukan juga konstruksi resiprokal yang S-nya singular, tetapi harus dengan menggunakan sebuah komplemen yang melengkapi Subjek singular tersebut. Mari perhatikan contoh berikut. 243 Mersi-gettuk-en kalak i MED-cubit 3JM ‘mereka saling mencubit’ 244 Mersi-onjar-en kalak i MED –dorong 3JM ‘mereka saling dorong’ 245 Nunga mersi-gettuk ken dedahen dekket dengngan-na sudah MED cubit adik dengan kawan- POS3TG ‘adik saling mencubit dengan kawannya’ 246 Mersi-onjar-en dedahen dekket dengngan -na MED-dorong adik dengan kawan- POS3TG ‘adik saling dorong dengan kawannya’ Contoh kalimat 243-246 di atas merupakan kalimat berdiatesis resiprokal. Secara semantis makna konstruksi kalimat 243 dan 245 serta 244 dan 246 adalah sama. Kalimat 243 dan 244 menggunakan S kalak i yang pluralis, sedang kalimat 245 dan 246 menggunakan S dedahen bentuk tunggal namun menggunakan Pl pelengkap S yaitu dekket dengnganna Berdasarkan temuan data verba yang diperiksa, kalimat resiprokal BPD dapat dibedakan atas : a Kalimat resiprokal yang verbanya dimarkahi oleh prefiks mer- Mari perhatikan contoh kalimat di bawah berikut ini. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 243 247 Mer-perang kalak i MED-perang 3JM ‘mereka saling berperang’ 248 Me-rubat kalak i MED-tengkar 3JM ‘mereka salingbertengkar’ 249 Mer-dame kami MED-damai 1JM ‘kami saling berdamai’ Pada kalimat 247-249 diatesis resiprokal dimarkahi oleh prefiks mer yang menunjukkan status subjek ganda dan membawa keuntungan beneficiary pada S tersebut. Subjek gramatikal agen kalak i pada 247, kalak i pada 248 dan kami pada 249 merupakan pelaku perbuatan dan sekaligus tempat jatuh menerima manfaat perbuatan yang dinyatakan oleh predikatnya. b Diatesis resiprokal yang verbanya dimarkahi oleh prefiks mersi-en. Contoh : 250 Mersi-laten kalak i MED-iri 3JM ‘mereka saling iri’ 251 Torus mo kita mersi-tengnges-en surat terus T 1JM MED -kirim surat ‘teruslah kita saling mengirim surat’ 252 Sipata mersi-alon kata kalak i terkadang MED- balas kata 3JM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 244 ‘terkadang mereka saling berbalas cakap’ 253 Enggo mersidahin kalak i dung pesta sudah MED-kunjug 3JM setelah pesta ‘setelah pesta sudah saling kunjung mereka’ Dari contoh kalimat 250-253 teramati bahwa diatesis resiprokal yang dimarkahi prefiks mersi-en menunjukkan status ganda subjek. Subjek gramatikal agen kalak i pada 250, kita pada 251, kalak i pada 252 dan 253 merupakan pelaku perbuatan dan sekaligus juga tempat jatuh menerima manfaat perbuatan yang dinyatakan oleh predikatnya. Selanjutnya diatesis medial BPD bermakna refleksif berdasarkan pemarkah verbanya dapat dibedakan atas: diatesis refleksif BPD yang dimarkahi prefiks kosong zero pada beberapa verba tertentu. Mari perhatikan contoh berikut. 254 o hundul kami. MED-duduk 1JM. ’kami duduk.’ 255 o medem ia. MED-tidur 3TG. ’dia tidur’ 256 o morot mo bana sian i bergeser T 3TG dari situ ‘dia bergerak dari situ’ Dari contoh 254-256, diamati bahwa konstruksi klausa dengan verba tanpa afiks lahiriah prefiks zero tersebut adalah klausa intransitif asal. Jika demikian, klausa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 245 intransitif asal pada dasarnya adalah konstruksi berdiatesis medial refleksif. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa secara semantis, sumber pendorong dan penerima atau tempat jatuhnya perbuatan seperti dinyatakan oleh predikatnya adalah entitas yang sama, yaitu subjek gramatikal itu sendiri. Sehubungan dengan itu, fenomena diatesis aktif hanya sesuai dikaitkan dengan konstruksi transitif. Sebagian klausa intransitif dasar asal seperti diperlihatkan oleh contoh-contoh di atas adalah berdiatesis medial, selanjutnya klausa intransitif turunan adalah konstruksi berdiatesis aktif. Dikatakan sebagian klausa intransitif berdiatesis medial adalah karena sebagian konstruksi klausa intransitif lainnya tidak dapat dikategorikan berdiatesis medial. Konstruksi intransitif dengan argumen pelengkap pada 257 dan 258 berikut ini dan sejenisnya tidak dapat dikelompokkan sebagai konstruksi berdiatesis medial, melainkan berdiatesis aktif. 257 Bapa mer-suan page i juma. ayah AKT-tanam padi di sawah ’ayah bertanam padi di sawah.’ 258 Kami mer-seban mi perlak. IJM AKT-kayu ke kebun. ’kami mencari kayu ke kebun. Jadi walaupun bermarkah prefiks mer-,kalimat 257-258 bukan konstruksi medial, melainkan konstruksi aktif. Diatesis medial BPD juga dimarkahi oleh prefiks mer- verbal zero, seperti diperlihatkan oleh contoh-contoh berikut ini. 259a mer-sodip mo ia MED-doa T 3TG ‘dia berdoa.’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 246 259b Mer-dalan inang i. MED- jalan ibu ART. ‘ibu itu berjalan.’ 259c Mer-pangir mo bana sae mersodip MED-cuci rambut T 3TG selesai berdoa ‘ia cuci rambut setelah berdoa’ 259d Mer-sipatu puhun MED-sepatu paman ‘paman memakai sepatu’ Pada 259a-d diatesis medial dimarkahi oleh prefiks mer- yang membawa makna bahwa tindakan yang diungkapkan oleh predikatnya didorongdiasali oleh subjek agen ia, inangta i, bana dan puhun Akibat atau tempat jatuhnya perbuatan tersebut juga terarah pada subjek itu sendiri. Diatesis medial refleksif juga ditemukan pada beberapa verba yang dimarkahi oleh afiks tertentu seperti prefiks meN-, mersi-,; infiks -um-. Berikut ini adalah contoh konstruksi verbal yang dimarkahi oleh afiks tersebut. 260 Me-nangkok ia mi dolok MED-naik 1TG ke gunung ‘ia naik ke gunung’ 261 Mersi-jengjeng mo kerina humalaput MED-berdiri T semua tergesa-gesa ‘semua berdiri tergesa-gesa’ 262 H-um-orot ia sien lambung- ku MED-geser 3TG dari samping POS1TG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 247 ‘ia bergeser dari sampingku’ Jadi diatesis medial pada contoh di atas yang dimarkahi oleh prefiks meN- ,mersi-dan -um- membawa makna bahwa tindakan yang diungkapkan oleh predikatnya didorongdiasali oleh masing-masing subjek agen ia, kerina , ia Jadi pembahasan tentang diatesis medial ini telah mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa BPD sebagai bahasa akusatif mempunyai perilaku gramatikal yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang mempunyai diatesis medial,di samping diatesis aktif dan pasif.

6.2.3 S-Terpilah dan S Alir Bahasa Pakpak Dairi