Pengaplikatifan BPD Valensi dan Ketransitifan BPD

168 AKT-KAU-besar rumah kakek bapak ‘memperbesarkan rumah kakek bapak’ Dari contoh di atas, terlihat bahwa kalimat 118a dan 119a merupakan kalimat dasar yang bukan kausatif berpredikat adjektiva Kalimat-selebihnya adalah kalimat berkonstruksi kausatif dalam BPD. Makna kausatif pada kalimat-kalimat tersebut dimarkahi secara morfologis oleh prefiks pe-, dan konfiks -ken Selanjutnya dari contoh-contoh di atas dapat dikemukakan bahwa asaldasar predikat kausatif dalam BPD dapat berupa a predikat intransitif termasuk predikat adjektival; b predikat transitif;c prakategorial.

5.2.2.2 Pengaplikatifan BPD

Istilah aplikatif dan benefaktif biasanya digunakan untuk merujuk ke unsur gramatikal khusus-afiks-afiks verbal yang menaikkan valensi pada kasus sebelumnya dan bentuk-bentuk nominal yang mengungkapkan pengguna benefisieri pada kasus berikutnya. Untuk lebih jelasnya, istilah ‘aplikatif’ dan ‘benefaktif’ tersebut digunakan untuk merujuk ke konstruksi gramatikal seperti butir a berikut ini. dikutip dari Shibatani dalam Shibatani dan Thomson ed,1996:159-160. Aplikatif : Bahasa Indonesia 1a saya menduduki kursi 1b saya duduk di kursi Bahasa Ainu: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 169 2a poro cise e-horari Besar rumah APL-tinggal ‘dia meninggali rumah besar’ 2b Poro cise ta horari Besar rumah ditinggal ‘dia tinggal di rumah besar’ Benefaktif Bahasa Inggris 3a john bought mary a book John beli Mary ART-buku ‘John membelikan Mary buku’ 3b John bought a book for Mary John beli ART-buku untuk Mary ‘John membelikan buku untuk Mary’ Bahasa Indonesia 4a Dia membuat-kan saya kursi 4bDia membuat kursi itu untuk saya Menurut Shibatani 1996:158-159, lihat Jufrizal,2007:119 konstruksi benefaktif adalah konstruksi yang didalamnya pengguna benefisieri ditandai sebagai argumen, seperti diperlihatkan pada 4a dari pada sebagai adjung seperti 4b. Dengan demikian, contoh-contoh 1a, 2a adalah konstruksi yang dikenal sebagai aplikatif, sedangkan contoh-contoh pada 3a,4a merupakan konstruksi benefaktif. Di samping pertimbangan formal, kenyataan lain secara kognitif menunjukkan bahwa selain kemiripan dalam bentuk-bentuk verba, aplikatif atau UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 170 benefaktif juga ditentukan oleh informasi leksikal lainnya. Pasangan contoh bahasa Indonesia berikut ini memperlihatkan konstruksi aplikatif yang berterima dan yang tidak atau diragukan kegramatikalannya. a saya meninggal-i rumahnya. b saya meninggal-i Jakarta. dikutip dari Shibatani,1996:163. Istilah aplikatif sering digunakan untuk merujuk ke proses derivasional yang meliputi penaikan valensi dalam bahasa-bahasa Bantu. lihat Artawa,1998; Bahasa Chichewa mempunyai jenis proses sintaksis tersebut. Konstruksi aplikatif dalam bahasa itu mempunyai dua fitur penting, yaitu: a peran tematis yang baru dimasukkan ke dalam struktur argumen; b verba mengalami modifikasi morfologis, yaitu sufiksasi dengan morfem aplikatif. Pendapat bahwa konstruksi aplikatif adalah proses penciptaan objek dapat dipertahankan dalam bahasa akusatif, tetapi tidak demikian halnya dalam bahasa-bahasa yang secara sintaksis adalah bahasa ergatif. Pada Bahasa Bali yang secara sintaksis ergatif analisis sehingga istilah konstruksi aplikatif dirujukkan ke konstruksi penciptaan subjek Artawa,1998:44. Bahasa Bali mempunyai banyak verba yang diturunkan dari prakategorial. Verba turunan dari prakategorial tersebut dapat menjadi intransitif atau transitif. Verba aplikatif dalam bahasa Bali dapat dibentuk dari prakategorial, verba intransitif, dan verba transitif. Afiks yang digunakan untuk menurunkan verba aplikatif dalam bahasa ini adalah sufiks -in dan -ang. Sufiks -ang hanya bisa digunakan untuk menurunkan verba aplikatif dari verba transitif. Berikut ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 171 adalah contoh verba aplikatif bahasa Bali yang diturunkan dari prakategorial, intransitif, dan transitif. dikutip dari Artawa, 1998:44-45. 5 verba aplikatif bahasa Bali Prakategorial Verba aplikatif tegak ‘duduk’ tegak-in ‘duduki’ eling ‘tangis’ eling-in ‘tangisi’ kecos ‘lompat’ kecos-in ‘lompati’ Intransitif teka ‘datang’ teka-in ‘datangi’ demen ‘suka’ demen-in ‘sukai’ ulung ‘jatuh’ ulung-in ‘jatuhi’ Transitif Verba aplikatif silih ‘pinjam’ silih-in ‘pinjami’ jemak ‘ambil’ jemak-in ‘ambili’ tagih ‘dapat’ tagih-in ‘dapati’ Aplikatif pada contoh di atas semuanya ditandai oleh sufiks- in. Jika sufiks -ang digunakan untuk menurunkan verba transitif dari prakategorial atau verba intransitif, akan dihasilkan verba kausatif; bukan aplikatif. Jumlah verba kausatif yang dibentuk dari verba transitif terbatas jumlahnya dalam bahasa Bali. Artawa,1998:45 Artawa, 1998:45 berpendapat bahwa benefaktif tercakup dalam aplikatif. Dia menyebutkan bahwa konstruksi aplikatif itu dapat berupa lokatif, instrumental, benefaktif, sumber dan penerima. Kedua pendapat ini dipakai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 172 bersama dalam disertasi ini. Pendapat Artawa tentang konstruksi aplikatif dapat berupa lokatif, instrumental, benefaktif, sumber, dan penerima dijadikan kerangka dasar kajian mekanisme perubahan valensi verba BPD. Sementara pendapat Shibatani yang membedakan antara aplikatif dan benefaktif juga akan dipakai di dalam analisis perubahan valensi verba BPD sebagai pembanding. Dalam pembahasan tentang pengkausatifan BPD telah dikemukakan bahwa afiks -ken, baik disertai me- maupun tanpa me- berperan sebagai sufiks kausatif. Sufiks i- dan -ken berfungsi sebagai pembentuk verba bermakna aplikatif dalam BPD. Verba aplikatif dalam BPD dapat diturunkan dari dasar prakategorial, verba intransitif, dan verba transitif. Berikut adalah beberapa contoh verba turunan BPD yang bermakna aplikatif 120 prakategorial verba aplikatif tangis ‘nangis’ tangisi ‘nangisi’ pedem ‘tidur’ pedemi ‘tiduri’ jemak ‘pegang’ jemaki ‘pegangi’ kundul ‘duduk’ kunduli ‘duduki’ mersak ‘susah’ mersaki ‘susahi’ Intransitif Verba aplikatif mulak ‘pulang’ mulaki ‘pulangi’ dabuh ‘jatuh’ dabuhi ‘jatuhi’ Transitif Verba aplikatif tokor ‘beli’ tokori ‘belii’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 173 dea ‘jual’ deai ‘juali’ buat ‘ambil’ buati ‘ambili’ alap ‘jemput’ alapi ‘alapi’ tongos ‘kirim’ tongosi ‘kirimi’ Jika sufiks -ken lebih produktif dalam membentuk verba kausatif dalam BPD, maka dalam membentuk verba aplikatif sufiks -i lebih produktif. Sufiks - ken hanya dapat mengaplikatifkan verba transitif dalam jumlah terbatas. Berikut ini adalah contoh-contoh konstruksi aplikatif BPD yang meliputi lokatif, instrumental, benefaktif, sumber dan penerima. 1 Aplikatif Lokatif BPD Sebelum menelaah konstruksi aplikatif, terlebih dahulu dicermati contoh- contoh berikut ini. a Konstruksi intransitif 121a Medem ia i belagen tidur 3TG di tikar ‘tidur ia di tikar’ 121b Belagen ia pedem-i tikar 3TG tidur-APL ‘tikar ia tiduri’ 121c Ia me-medem-i belagen 3TG AKT-tidur-APL tikar ‘ia meniduri tikar’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 174 122a Kundul kami i dangkah kemenjen duduk 1JM di batang kemenyan ‘duduk kami di ranting kemenyan’ 122b Dangkah kemenjen kami kundul-i ranting kemenyan 1JM duduk-APL ‘ranting kemenyan kami duduki’ 122c Kami meng-kundul-i dangkah kemenjen 1JM AKT-duduk-APL ranting kemenyan ‘kami menduduki ranting kemenyan’ Pada contoh di atas 121a dan 122a adalah kalimat intransitif. Pada 121a, relasi gramatikal yang dapat diidentifikasi adalah subjek ia dan oblik lokatif i belagen. Verba intransitif pedem ‘tidur’ ditransitifkan dengan memberikan pemarkah –i. Proses menurunkan konstruksi transitif seperti terlihat pada 121b,c merupakan proses penciptaan objek. Dalam hal ini relasi oblik pada 121a dimunculkan sebagai objek pada kalimat aplikatif baik pada konstruksi verba tanpa afiks 121b maupun pada predikat verba bermarkah nasal maN- 121c. Penjelasan yang sama dapat diberikan untuk contoh 122,a,b,c. Selanjutnya mari dicermati contoh-contoh kalimat intransitif lain dalam BPD yang mempunyai relasi oblik lokatif yang menunjukkan tujuan berikut ini 123a Masuk pa tonga mi bages nami masuk pak tengah ke rumah POS3JM ‘masuk pak Tengah ke rumah kami’ 123b Bages nami pa tonga masuk i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 175 rumah POS3JM pak uda masuk-APL ‘rumah kami pak Tengah masuki’ 123c Pa tonga me-masuk- i bages nami pak tonga AKT-masuk-APL rumah POS1JM ‘pak tengah memasuki rumah kami’ Sama halnya dengan contoh-contoh sebelumnya, konstruksi aplikatif yang diturunkan dari kalimat intransitif yang mempunyai oblik lokatif-tujuan juga merupakan proses penciptan objek; relasi oblik lokatifnya menjadi subjek pada konstruksi aplikatif. Dari pengamatan belum ditemukan verba intransitif yang dapat diaplikatifkan dengan sufiks –ken dalam BPD. Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaplikatifan dalam BPD merupakan pentransitifan dan termasuk proses penciptaan objek yang diambil dari nomina berelasi oblik-lokatif. Objek tersebut dapat dijadikan subjek gramatikal kalimat pasif. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa BPD mempunyai ciri sebagai bahasa akusatif secara sintaksis. Kalimat 123b merupakan kalimat aplikatif dengan verba tanpa prefiks nasal. Pada contoh tersebut bages kami adalah objek dan pa tonga merupakan subjek dan juga agen. b Konstruksi transitif Berikut ini mari diamati pengaplikatifan yang diturunkan dari kalimat dasar transitif yang mempunyai oblik lokatif 124a Men-dea kemenjen nantonga i onan. AKT-jual kemenyan ibu-tengah di pasar ‘menjual kemenyan ibu- Tengah di pasar’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 176 124b I onan kemenjen nantonga dea -i di pasar kemenyan ibu Tengah jual-APL ‘di pasar kemenyan ibu Tengah juali 124c Kemenjen nantonga dea-i i onan kemenyan bu Tengah jual-APL di pasar ‘di pasar kemenyan dijuali ibu-tengah ’ 124d Men-dea-i kemenjen nantonga i onan AKT-jual-APL kemenyan bu Tengah di pasar ‘menjuali kemenyan bu-Tengah di pasar’ 125a Menuan page kalak perkuta i juma AKT-tanam padi orang kampung di ladang ‘orang kampung menanam padi di ladang’ 125b Page kalak perkuta suan-i i juma padi orang kampung tanam-APL di ladang ‘padi orang kampung tanami di ladang’ 125c Kalak perkuta menuani page i juma orang kampung AKT-tanam-APL padi di ladang ‘orang kampung mananami padi di ladang’ Kalimat dasar bukan aplikatif yang ditandai a pada contoh di atas adalah kalimat transitif dengan oblik-lokatif yang dimarkahi preposisi i. Pengaplikatifan kalimat transitif yang mempunyai oblik lokatif dilakukan dengan membubuhkan afiks aplikatif -i pada verba transitif tersebut. Nomina yang berelasi oblik-lokatif menjadi OTL pada kalimat aplikatif, baik pada konstruksi verba tanpa prefiks- nasal maupun pada konstruksi verba berafiks nasal. Kalimat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 177 124a merupakan kalimat transitif bukan aplikatif, dengan nantonga sebagai subjek gramatikal,kemenjen sebagai OTL, dan oblik lokatif i pasar. Kalimat 124b adalah kalimat aplikatif dengan konstruksi verba tanpa prefiks nasal. Konstruksi kalimat pada 124c adalah bentuk pilihan konstruksi aplikatif yang dimarkahi oleh prefiks nasal pemarkah aktif, dan sufiks - i sebagai pemarkah aplikatif. Nantonga adalah subjek, kemenjen merupakan OL, dan pasar adalah OTL sama seperti pada 124b. Keterangan yang sama dapat diberikan untuk contoh 125 Pengaplikatifan konstruksi dasar transitif beroblik lokatif memperlihatkan proses penciptaan objek baru; muncul OTL yang berasal dari nomina berelasi oblik lokatif kalimat asal. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa salah satu pengertian aplikatif adalah penciptaan objek. Artawa, 1998:44 mengatakan bahwa konstruksi aplikatif sebagai proses penciptaan objek dapat dipertahankan pada bahasa-bahasa akusatif, tetapi tidak demikian halnya pada pada bahasa ergatif secara sintaksis. Dengan demikian dapat dibuktikan kembali bahwa BPD mempunyai ciri tipologis sebagai bahasa akusatif. 2 Aplikatif Instrumental BPD Aplikatif-instrumental dalam BPD dimarkahi oleh sufiks -ken, sementara oblik instrumental dimarkahi oleh preposisi deket ‘dengan’. Untuk mengetahui pengaplikatifan kalimat dasar yang mempunyai oblik instrumental, mari diamati contoh-contoh berikut ini. 126a Kami eket kerbo i dekket tali UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 178 3JM ikat kerbau ART dengan tali ‘kami ikat kerbau itu dengan tali 126b Kami meng-eket-ken tali i kerbo i 3JM AKT-ikat-APL tali ke kerbau ART ‘kami mengikatkan tali pada kerbau itu’ 126c Kerbo i kami eket-ken dekket tali kerbau ART kami ikat-APL dengan tali ‘kami ikatkan kerbau itu dengan tali’ 126d Tali kami eket-ken i kerbo i tali 3JM ikat-APL pada kerbau ART ‘tali kami ikatkan pada kerbau itu’ 127a Ku pekpek biang i dekket sapu ITG-pukul anjing ART dengan sapu ‘kupukul anjing itu dengan sapu’ 127b Biang i ku- pekpek dekket sapu anjing ART 1TG-pukul dengan sapu ‘kupukul anjing itu dengan sapu 127c Sapu ku-pekpek- ken mi biang i sapu 1TG-pukul-APL pada anjing ART ‘sapu kupukulkan pada anjing itu’ 127d Dekket sapu ku-pekpek biang i dengan sapu 1TG-pukul anjing ART ‘dengan sapu kupukul anjing itu’ 128a Inang seat manuk i dekket raut UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 179 ibu potong ayam ART dengan pisau ‘ibu potong ayam itu dengan pisau’ 128b Manuk i inang seat dekket raut ayam ART ibu potong dengan pisau ‘ibu potong ayam itu dengan pisau’ 128c Dekket raut inang seat manuk i dengan pisau ibu potong ayam ART ‘ibu potong ayam itu dengan pisau’ 128d Inang me-neat- ken manuk i dekket raut ibu AKT-potong-APL ayam ART dengan pisau ‘ibu memotongkan ayam itu dengan pisau’ Contoh 126- 128 memperlihatkan proses pengaplikatifan kalimat transitif beroblik instrumental. Kalimat transitif dasar yang merupakan kalimat bukan aplikatif mempunyai FN berpreposisi berelasi oblik yang menunjukkan alat instrumen. Secara semantis 126a,b,c,d mempunyai maksud yang sama, yang berbeda hanya konstruksi kalimatnya saja. Kalimat 126a adalah kalimat dasar transitif dengan relasi gramatikal : subjek kami, OL korbo, dan oblik-instrumental dekket tali. Pengaplikatifan dengan -ken menjadikan oblik-instrumental dekket tali muncul sebagai OL,sementara itu OL korbo pada kalimat asal hadir sebagai OTL pada konstruksi aplikatif yang dimarkahi oleh preposisi mi ‘ke,pada’. Kejadian yang sama juga berlaku pada 126c,d yang merupakan konstruksi aplikatif pilihan dengan konstruksi verba tanpa nasal pentopikalan. Pergeseran relasi gramatikal kecuali relasi subjek yang terjadi pada proses pengaplikatifan ini merupakan penaikan oblik ke kedudukan OL dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 180 pemindahan OL ke OTL. Pengaplikatifan-instrumental ini juga dapat dikatakan sebagai proses penciptaan objek, sebagaimana yang terjadi pada pengaplikatifan lokatif sebelumnya. Penjelasan yang sama dapat diberikan untuk contoh 127,128a,b,c,d. Kenyataan bahwa pengaplikatifan instrumental dalam BPD juga merupakan penciptaan objek kembali mengisyaratkan bahwa BPD mempunyai ciri sebagai bahasa akusatif. Dalam hal ini’ sufiks -ken yang lazim dipakai untuk pengaplikatifan-instrumental dalam BPD. 3 Aplikatif Benefaktif BPD Pengaplikatifan yang memunculkan argumen benefaktif dalam BPD ditandai oleh -ken. Mari diamati contoh-contoh berikut ini. 129a Tokor demban inang beli sirih ibu ‘ibu beli sirih’ 129b Popung inang tokor-ken demban nenek ibu beli -APL sirih ‘ ibu belikan sirih untuk nenek’ 129c Inang tokor-ken popung demban ibu beli- APL nenek sirih ‘ibu belikan sirih untuk nenek’ 129d Inang tokor-ken demban mi popung UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 181 ibu beli- APL sirih untuk nenek ‘ibu belikan sirih untuk nenek’ 130a Me-nokor gambiri inang AKT-beli kemiri ibu ‘ibu membeli kemiri ’ 130b Inang me-nokor-ken nampuhun gambiri ibu AKT-beli- APL bibi kemiri ‘ibu membelikan kemiri untuk bibi’ 130c Inang me-nokor-ken gambiri mi nampuhun inang AKT-beli-APL kemiri untuk bibi ‘ibu membelikan kemiri untuk bibi’ 130d Nampuhun inang me-nokor-ken gambiri bibi ibu AKT-beli-APL kemiri ‘bibi ibu membelikan kemiri’ Contoh 129a adalah kalimat dasar berpredikat verba transitif tanpa prefiks nasal konstruksi pentopikalan. Kalimat 129b,c merupakan konstruksi aplikatif-benefaktif. Relasi gramatikal pada 129a adalah OL demban dan subjek inang. Konstruksi kalimat seperti ini memungkinkan hadirnya argumen benefaktif popung sebagai OTL pada konstruksi aplikatif dengan memarkahi verbanya dengan -ken. Konstruksi kalimat dasar dengan verba tanpa prefiks nasal memungkinkan penempatan argumen-benefaktif sebagai OTL di depan subjek inang 129b atau langsung sesudah verba 129c. Argumen-benefaktif juga dapat dimunculkan sebagai OTL bermarkah preposisi mi popung setelah OL demban 129d UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 182 Kalimat dasar 130a menggunakan pemarkah aktif prefiks nasal pada verbanya. Pengaplikatifan yang mengharuskan hadirnya argumen-benefaktif dimarkahi oleh sufiks -ken. Argumen benefaktif nampuhun hadir sebagai OTL pada 130b dan ditempatkan langsung setelah verba, atau ditempatkan setelah OL dengan dimarkahi preposisi mi ‘untuk’ 130c. Pada contoh 130d konstruksi verba berprefiks nasal dipertahankan maka penempatan argumen benefaktif OTL di depan subjek, sehingga menyebabkan kalimat itu tidak berterima secara gramatikal. Seperti yang diamati berdasarkan contoh-contoh sebelumnya di atas, konstruksi aplikatif-benefaktif tidak lazim diturunkan dari kalimat dasar berpredikat verba-intransitif. Ini disebabkan oleh kehadiran argumen benefaktif pada konstruksi aplikatif-benefaktif tersebut berkedudukan sebagai OTL dan tidak pernah sebagai oblik. Penjelasan Shibatani 1996 yang mengatakan bahwa benefaktif diturunkan dari dasar transitif dan sangat jarang dirurunkan dari dasar intransitif berlaku dalam BPD. 4 Aplikatif Sumber BPD Aplikatif-sumber source merupakan konstruksi aplikatif yang berlawanan secara semantis dengan aplikatif-benefaktif. Mari diamati contoh berikut ini. 131a Pinjem kepeng aku bai popung pinjam uang 1TG dari nenek. ‘kupinjam uang dari nenek’ 131b Popung pinjem-ken aku kepeng UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 183 nenek pinjam-APL 1TG uang ‘nenek pinjamkan aku uang’ 131c Kepeng aku pinjam bai popung uang 1TG- pinjam dari nenek ‘nenek pinjamkan aku uang’ 132a Me-minjem kepeng aku bai popung AKT-pinjam uang 1TG dari nenek ‘ aku meminjam uang dari nenek’ 132b Popung me-minjem-ken aku kepeng nenek AKT-pinjam-APL 1TG uang ‘nenek meminjamkan aku uang’ Dari contoh di atas dapat diamati bahwa kalimat 131a dan 132a adalah kalimat dasar bukan berkonstruksi aplikatif-sumber. Pada 131a verbanya hadir dalam bentuk dasar tanpa prefiks nasal. Sementara itu, kalimat 132a menggunakan konstruksi verba berprefiks nasal. Relasi gramatikal pada kedua kalimat itu adalah subjek aku disingkat ku, OL kepeng, dan relasi oblik relasi sumber bai popung. Relasi oblik yang merupakan relasi sumber pada kalimat tersebut dimunculkan sebagai subjek pada konstruksi aplikatif dengan pemarkah aplikatif -ken 131b,132b. 5 Aplikatif Penerima BPD Konstruksi pengaplikatifan-penerima recipient aplicativization secara teoritis berhubungan dengan verba-verba yang bermakna ‘memberi’. Verba yang mempunyai makna seperti itu dapat diturunkan dari prakategorial dan juga dari UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 184 verba kategorial lihat Jufrizal,2007:136. Untuk mengetahui mekanisme perubahan valensi verba pada pengaplikatifan-penerima dalam BPD, mari dicermati contoh-contoh berikut. 133a Anggiat bapa bere motor Anggiat bapak beri motor ‘bapak beri Anggiat motor’ 133b Bapa bere Anggiat motor bapak beri Anggiat motor ‘bapak beri Anggiat motor’ 133c Motor bapa bere mi Anggiat motor bapak beri pada Anggiat ‘bapak beri Anggiat motor’ Contoh 133a,b,c adalah kalimat dengan verba tanpa prefiks. Relasi gramatikal pada 133a adalah subjek bapa, OTL anggiat, OL motor. Perubahan penempatan OL dan OTL tidak mempengaruhi relasi gramatikalnya dalam konstruksi kalimat seperti itu, asalkan posisi subjek gramatikal bapa selalu berada langsung sebelum verba bere. Bagaimana halnya pada konstruksi kalimat dengan verba berprefiks nasal .Mari diamati contoh kalimat berikut ini. 134a Mem-bere motor bapa mi Anggiat AKT-beri motor bapa pada anggiat ‘bapak memberi motor pada Anggiat 134b Bapa mem-bere motor mi Anggiat bapak AKT-beri motor kepada Anggiat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 185 ‘bapak memberi motor pada Anggiat’ 134c Bapa mem-bere motor Anggiat bapak AKT-beri motor Anggiat ‘bapak memberi motor Anggiat’ 134d Anggiat bapa mem-bere motor Anggiat bapa AKT-beri motor ‘Anggiat bapa memberi motor’ Pada konstruksi kalimat dengan verba bermarkah prefiks nasal hanya 134a,b yang berterima. Keberterimaan 134b ditandai kehadiran preposisi mi pada OTL. Ketidakhadiran preposisi mi pada OTL memunculkan kalimat yang tidak gramatikal 134c, dan perubahan penempatan objek menyebabkan lahirnya kalimat yang tidak gramatikal 134d Konstruksi aplikatif-penerima dalam BPD dapat dibentuk dengan membubuhkan pemarkah -ken pada verba yang mempunyai makna ‘memberi’, ‘mengatakan’ atau‘memperlihatkan’. Pengaplikatifan dengan -ken menyebabkan penerima ditandai sebagai FN berpreposisi mi ‘pada’ Mari diamati contoh berikut ini. 135a Pangkur i aku bere-ken mi dukak -na cangkul itu 1TG beri-APL pada anak-POS3TG ‘aku berikan cangkul itu pada anaknya’ 135b Aku mem-bere-ken pangkur i mi dukak na aku AKT-beri-APL cangku itu pada anak-POS3TG aku memberikan cangkul itu pada anaknya’ 136a Namasa en aku betoh -ken mi namberru UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 186 kejadian ini 1TGL beritahu-APL pada bibi ‘kejadian ini aku beritahukan pada bibi’ 136b Aku betoh-ken namasa- en mi namberru 1TG beritahu-APL kejadian -ART pada bibi’ ‘kejadian ini aku beritahukan pada bibi’ Dari contoh di atas dapat diamati bahwa sufiks -ken dapat digunakan untuk menderivasi verba untuk membentuk konstruksi aplikatif-penerima. Argumen penerima dalam konstruksi aplikatif dengan sufiks -ken dimarkahi dengan preposisi mi- Jadi mekanisme perubahan valensi verba BPD dapat diperiksa dan dikaji melalui konstruksi verbal berupa konstruksi kausatif dan konstruksi aplikatif. Dari pembahasan dan kajian terhadap dua konstruksi kausatif dan aplikatif dapat diamati bahwa verba klausa intransitif yang sebelumnya hanya memiliki satu argumen dapat naik kevalensiannya akibat proses pengkausatifan dan pengaplikatifan pada verba tersebut; Demikian juga verba klausa transitif yang sebelumnya memiliki dua argumen ekatransitif dapat bertambah kevalensiannya menjadi klausa dwitransitif akibat adanya pengkausatifan dan pengaplikatifan terhadap klausa tersebut. Jadi pengkausatifan dan pengaplikatifan lokatif,instrumental, benefaktif, sumber, resipien, penerima dapat menaikkan valensi verba kalusa BPD. Tidak dapat disangkal bahwa secara tipologi-morfologis BPD termasuk bahasa aglutinasi aglutinative language dimana afiks dan proses morfologis memegang peranan penting dalam tataran morfosintaksis dan semantis lihat Badudu,1982:67-68. Dari pembahasan tentang konstruksi kausatif dan aplikatif UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 187 BPD sehubungan dengan mekanisme perubahan valensi verba tersebut di atas terlihat bahwa pengkausatifan dan pengaplikatifan sangat berkaitan dengan afiks dan proses morfologis verba. Jadi terbukti pula bahwa secara tipologis, kausatif morfologis cukup berperan dalam pengkausatifan dan pengaplikatifan BPD

5.2.3 Pentopikalan BPD