S-Terpilah dan S Alir Bahasa Pakpak Dairi

247 ‘ia bergeser dari sampingku’ Jadi diatesis medial pada contoh di atas yang dimarkahi oleh prefiks meN- ,mersi-dan -um- membawa makna bahwa tindakan yang diungkapkan oleh predikatnya didorongdiasali oleh masing-masing subjek agen ia, kerina , ia Jadi pembahasan tentang diatesis medial ini telah mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa BPD sebagai bahasa akusatif mempunyai perilaku gramatikal yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang mempunyai diatesis medial,di samping diatesis aktif dan pasif.

6.2.3 S-Terpilah dan S Alir Bahasa Pakpak Dairi

Meskipun telah dibuktikan secara gramatikal bahwa BPD secara sintaksis adalah bahasa akusatif, sehingga dalam BPD S klausa intransitif diperlakukan sama dengan A klausa transitif dan perlakuan yang berbeda terhadap P klausa transitif. Namun kenyataan bahwa ada kelompok verba intrasitif yang dimarkahi secara morfologis dengan cara berbeda memunculkan kecurigaan bahwa bahasa ini tidak cukup diujigramatikal hanya berdasarkan perbandingan klausa transitif dan intransitif saja. Apabila bahasa akusatif dan ergatif diperbandingkan, akan ditemukan suatu perbandingan yang mendasar antara klausa intransitif dan klausa transitif. Dengan kata lain, pentipologian bahasa menjadi dua kelompok ‘akusatif’ dan ergatif didasarkan pada perbandingan antara argumen S argumen satu-satunya pada klausa intransitif dengan A dan P klausa transitif. Secara teoritis, sisten relasi gramatikal yang menunjukkan tipologi akusatif dan ergatif merupakan dua sistem yang jelas perbedaannya. Sehingga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 248 pengelompokan bahasa-bahasa menjadi bahasa akusatif dan bahasa ergatif sering memunculkan kesulitan karena ada sejumlah bahasa mempunyai perilaku gramatikal yang berada di antara sistem akusatif dengan ergatif. Oleh karena itu, ada ahli yang mengemukakan sistem tipologi yang bergerakberada di antara kedua jenis tipologi itu. Dixon 1994 menggunakan istilah sistem terpilah split- system untuk merujuk ke bahasa-bahasa tersebut. Sistem terpilah secara lintas bahasa dikondisikan oleh satu atau lebih faktor linguistik berikut ini: a ketepilahan menurut hakekat semantis verba b keterpilahan yang dikondisikan oleh kandungan semantis FN yang terlibat c keterpilahanyang disebabkan oleh komponen kalimat lebih jauh seperti kala tense, aspek, atau perilaku modus lihat Dixon,1994: 53-56 . Sistem S-terpilah mengacu ke sistem pemarkahan argumen verba intransitif yang terbagi dua; yang dapat berupa agen atau pasien. Jadi strategi pemarkahannya sendiri dapat dikaitkan dengan verbanya head-marking dengan argumennya dependent marking atau keduanya lihat Jufrizal 2007:249. Dixon 1994 membedakan bahasa yang memarkahi sejumlah S seperti A disebut Sa dan sejumlah S lain seperti P disebut Sp menjadi dua yaitu S-terpilah split-S dan S- alir fluid-S. Pada sistem S-terpilah, verba intransitif dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok dikaitkan dengan Sa, dan kelompok lain dikaitkan dengan Sp. Satuan kerangka sintaksis diberikan untuk masing-masing verba, dengan pemarkah kasus atau rujuk silang selalu diberlakukan dengan cara yang sama tanpa mempersoalkan semantik pemakaian tertentu. Pada sistem S-alir, pemarkah untuk Sa dan Sp diberikan pada klausa intransitif secara semantis. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 249 Setiap verba intransitif mempunyai kemungkinan pilihan, tergantung pada semantik pemakaian tertentu. Setiap verba intransitif mempunyai kemungkinan pilihan, tergantung pada semantik pemakaian tertentu. Dalam hal ini, beberapa verba merujuk kegiatan yang selalu dikontrol, maka S menjadi Sa dimarkahi seperti A dan verba lain merujuk ke kegiatan yang tak terkontrol dan ini selalu dirujuk sebagai Sp dimarkahi seperti P. S-alir adalah kasus khusus keterpilahan –S yang memperlihatkan dasar morfologis yang sama, yang memungkinkan verba bersangkutan muncul sebagai Sa atau Sp . Akan tetapi distribusinya berbeda dengan konsekuensi perbedaan semantis tertentu. Berdasarkan penjelasan Dixon 1994 ada kecenderungan memperlakukan sistem S-terpilah sebagai sistem mandiri, dalam kontinum akusatif-ergatif. Walaupun dapat dianggap mandiri, sesungguhnya sistem S-terpilah secara keseluruhan adalah gabungan sifat perilaku akusatif dan ergatif. lihat Jufrizal 2007: 247-249 Berdasarkan penelusuran data yang ditemukan terdapat gejala yang menunjukkan bahwa BPD juga memiliki S terpilah . Contoh 263 Me-nangkok ia mi dolok AKT-naik 1TG ke bukit ‘ia naik ke bukit’ 264 Mer-dalan poli i berngin ari AKT-jalan kakek pada gelap hari ‘kakek berjalan ditengah kegelapan’ S satu-satunya argumen pada kalimat intransitif 263, berperilaku sebagai A klausa transitif BPD yang dimarkahi oleh prefiks meN- pada poros verbanya head-marking. Prefiks nasal merupakan pemarkah diatesis aktif sehingga bila UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 250 dikaitkan dengan klausa transitif FN pos-verbal merupakan A. Dengan demikian, S ia pada 263 mirip dan dimarkahi sama dengan A dilambangkan dengan Sa. Pada 264 S poli mirip dan dimarkahi sama juga dengan A Sa, dengan pemarkah prefiks mer-. Selanjutnya mari diamati contoh berikut. 265 Ndabuh karambir jatuh kelapa ‘kelapa jatuh’ 266 Medem dukak na Tidur anak-POS3TG ‘anaknya tidur’ Pada 265, 266 tidak ada pemarkah morfologis secara lahir pada poros verbanya. S pada kedua klausa intransitif karambir, dukak na mempunyai sifat perilaku sebagai P; tempat jatuhnya perbuatan atau yang mengalami tindakan seperti digambarkan oleh verbanya. S pada 265,266 mirip dengan P yang dapat dilambangkan dengan Sp. Apabila Sa dan Sp diperbandingkan dengan data 263,264 diperoleh simpulan bahwa BPD mengenal sistem S-terpilah split-S. Jadi BPD membedakan Sa dengan Sp sebagai sub-bagian dari S. Dalam hal ini Sa dimarkahi berbeda dari Sp; Sa dimarkahi oleh prefiks meN- dan mer- pada poros verbanya, sementara Sp tidak dimarkahi secara morfologis verba intransitif zero Berkenaan dengan kenyataan di atas, ternyata tidak semua verba intransitif zero yang selalu menunjukkan Sp. Sebagian verba intransitif zero dapat pula mengambil Sa sebagai argumen tunggalnya. Mari diamati contoh berikut ini. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 251 267 Ndabuh si Anggiat jatuh si Anggiat ‘Anggiatjatuh’ 268 So dukak - na diam anak- POS3TG ‘anaknya diam’ Pada 267,268, argumen tunggal verba intransitif zero tersebut tidak serta merta Sa atau Sp. Si Anggiat pada 267 dan dukak na pada 268 adalah Sa jika perbuatan ndabuh dan so berada dalam kontrol S tersebut S berkehendaksengaja melakukan perbuatan. Jika perbuatan ndabuh dan so di luar kehendak pengontrolan, maka S tersebut merupakan Sp. Jadi ada sejumlah verba zero intransitif BPD yang dapat mengambil Sa atau Sp sebagai argumen tunggalnya sesuai dengan tautan semantis yang dimaksud. Dengan kata lain, ada verba intransitif BPD yang mempunyai dasar morfologis yang sama, yang memungkinkan verba tersebut dimarkahi seperti A Sa atau seperti P Sp. Hal ini menunjukkan bahwa di samping BPD mempunyai sistem S-terpilah, bahasa ini juga mempunyai sifat perilaku tipologis dengan S-alir. S-alir merupakan kasus khusus keterpilahan S yang kemungkinannya menjadi Sa atau Sp dikaitkan dengan perbedaan semantis tertentu. Selanjutnya mari perhatikan kalimat berikut. 269a Me-meroh karambir nampuhun AKT-peras kelapa bibi ‘bibi memeras kelapa’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 252 269b I-peroh nampuhun karambir PAS-peras bibi kelapa ‘kelapa diperas oleh bibi’ 270a Me-nokor demban popung AKT-beli sirih nenek ‘nenek membeli sirih’ 270b I-tokor popung demban PAS-beli nenek sirih ‘sirih dibeli nenek’ Kalimat 269b dan 270b merupakan kalimat pasif pasif kanonis dari kalimat aktif kanonis 269a dan 270a.Pemarkahan aktif kanonis dan pasif kanonis BPD ternyata sesuai dengan aktif dan pasif kanonis secara lintas bahasa lihat Chung 1976 dalam Li ed. 1976:59-60 . Mari diamati pasangan kalimat 271c,d dan 272c,d di bawah ini 271c Peroh karambir nampuhun Peras kelapa bibi ‘bibi peras kelapa’ 271d Karambir nampuhun peroh kelapa- TOP bibi peras ‘kelapa bibi peras’ 272c Tokor demban popung beli sirih nenek ‘nenek beli sirih’ 272d Demban popung tokor UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 253 sirih nenek beli ‘nenek beli sirih’ Predikat kalimat 271c,d dan 272c,d secara morfologis tidak mempunyai pemarkah. Demikian juga secara sintaksis. Kalimat 271a dan 272a adalah kalimat yang berpola V-O-S kalimat aktif kanonis dan V-S-O pada kalimat pasif kanonis 271b, 272b Subjek gramatikal kalimat aktif pada 271a, 272a nampuhun dan popung langsung berganti letak posisinya dengan objek kalimat aktif tersebut. Secara sintaksis pula, pemasifan kalimat aktif kanonis dapat dilakukan dengan mengubah pemarkah aktif me- menjadi i- dan diiringi ubah letak posisi subjek dan objek . Dalam pasif BPD, S gramatikal bersifat opsional karena S tersebut dapat dilesapkan Hal tersebut tidak pernah terjadi pada pola kalimat 271c,272c yang merupakan kalimat aktif non-kanonis dengan pengedepanan objek gramatikal karambir dan demban, tidak menyebabkan objek tersebut menjadi subjek gramatikal seperti pada kalimat 271d,272d. Artinya proses pengedepanan itu tidak menimbulkan subjek baru, tetapi hanya merupakan pengedepanan objek saja object fronting atau pentopikalan. Subjek gramatikal pada konstruksi ini tidak dapat dilesapkan seperti pada pamasifan. Jadi tidak adanya pemarkah morfologis pada predikat verba dan pengedepanan objek sebagai topik, diindikasikan bahwa pasangan kalimat 271 c,d dan 272 c,d adalah berpola ergatif-absolutif secara sintaksis, sementara kalimat 271a,b dan 272a,b adalah kalimat berpola nominatif –akusatif. Pentopikan kalimat bertipe nominatif-akusatif seperti contoh di bawah ini menjadikan kalimat menjadi tidak berterima. 271f karambir namberu me- meroh UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 254 Kelapa bibi AKT-meras ‘bibi memeras kelapa’ 272f Demban popung me-nokor Sirih nenek AKT-beli ‘nenek membeli sirih’ Kalimat 271f dan 272f menjadi tidak gramatikal karena predikat verba diberi pemarkah morfologis me- . Adanya bentuk kalimat tipe 271c,d dan 272c,d tidak serta merta menyimpulkan bahwa BPD sebagai bahasa bertipologi ergatif karena pasangan 271c,d dan 272c,d bukan merupakan struktur dasar, dan tidak ada pasangan antipasif kalimat tersebut.Bentuk-bentuk pasif yang mirip dengan bentuk ergatif tersebut banyak juga terdapat dalam BPD Contoh : 273 Juma bapa dea ladang bapak jual ‘ladang bapak jual’ 274 Page kalak perkuta suan padi orang kampung jual ‘padi orang kampung jual’ 275 Poli bapa tengen kakek bapak lihat ‘kakek bapak lihat’ 276 Belagen sim belgah inang tokor tikar yang besar ibu beli ‘ tikar yang besar ibu beli’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 255 Kalimat 273 - 276 tersebut merupakan bentuk yang mirip dengan ergatif . Sebab memiliki ciri keergatifan . Tampak bahwa S kalimat-kalimat pasif tersebut merupakan Agen dan tidak ada pemarkah pasif pada verbanya. Namun kalimat tersebut tidak mempunyai bentuk antipasif sebagai turunannya, bahkan kalimat 273-276 yang diduga bentuk ergatif adalah bentuk turunan dari bentuk pasif kanonis BPD yang telah ditopikalkan. Jadi kalimat 273-276 berasal dari pasif kanonis berikut: 277 i- dea bapa juma PAS-jual bapak ladang ‘ladang dijual bapak’ 278 i-suan kalak perkuta page PAS-tanam orang kampung padi ‘padi dijual oarang kampung 279 I-tengen poli bapa PAS-lihat kakek bapak ‘bapak dilihat kakek’ 280 I- tokor inang belagen sim belgah PAS-beli ibu tikar yang besar ‘tikar yang besar dibeli ibu Jadi walaupun ada bentuk pasif yang memiliki ciri sebagai ergatif 273-276, namun bentuk tersebut bukan struktur dasar BPD. Bentuk 273-276 adalah bentuk turunan BPD yang berasal dari pasif kanonis dengan mengedepankan objek gramatikalnya. Pada bahasa-bahasa yang bertipologi ergatif, bentuk dasarnya merupakan ergatif-absolutif dengan antipasif sebagai bentuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 256 turunannya.Jadi BPD hanya memiliki bentuk pasif yang mirip sebagai ergatif yang merupakan pasif kanonis yang telah mendapat pentopikalan 6.3Temuan Berdasarkan kajian tipologi linguistik terhadap data BPD ditemukan bahwa A klausa transitif mempunyai perilaku yang sama dengan S pada klausa intransitif dan perlakuan berbeda diberikan untuk P. Kesamaan A dan S sebagai ‘subjek’ secara semantis juga dapat diidentifikasi pada proses sintakis perelatifan, pemasifan, serta pelesapan argumen yang berujuksilang berkoreferensi dalam koordinasi dan subordinasi klausa. Hal ini membawa temuan bahwa secara tipologis BPD termasuk bahasa akusatif secara sintaksis Tipologi gramatikal BDP secara sintaksis dapat digambarkan sebagai berikut. Atau S = A, ≠ P Walaupun banyak parameter yang dapat membuktikan bahwa BPD termasuk bahasa bertipologi akusatif, namun terdapat juga indikasi bahwa BPD mempunyai sistem S terpilah dan S-alir, sehingga bahasa ini mempunyai S A P UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 257 keakusatifan yang tidak murni karena masih memiliki sebahagian ciri sebagai bahasa ergatif. Sebagai salah satu bahasa bertipologi akusatif secara sintaksis, BPD mengenal diatesis aktif-pasif. Diatesis aktif dimarkahi oleh predikat verba berafiks meN-,-ken, -i dan diatesis pasif dimarkahi oleh predikat verba berprefiks ter- , i-dan ni-; Di samping itu pada BPD juga ditemukan konstruksi berdiatesis medial yang dimarkahi oleh predikat verba berafiks i-, mer-, mersi-en dan verba berafiks zero. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 258

BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan

1 .Peran gramatikal klausa BPD adalah agen aktor dan pasien undergoer. Sementara itu, relasi gramatikal BPD yaitu subjek,objek dan oblik. b Satu-satunya FN pos-verbal klausa intransitif adalah subjek gramatikal. Pada klausa transitif, agen yang merupakan subjek gramatikal adalah FN kedua pos- Verbal, sedangkan pasien yang merupakan objek gramatikal adalah FN pertama pos-Verbal. c Urutan kata yang lazim BPD adalah VOS dan pada keadaan khusus oleh faktor-faktor pragmatis seperti pentopikalan tata urutan S-V-O juga berterima 2 Predikasi mewujudkan struktur argumen BPD, dapat berupa satu pedikat verbal dan bukan verbal nominal, numeral, adverbial dengan satu argumen yang menempati posisi di belakang predikat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA