45 Tabel 2 : Unsur-Unsur Semantis dan Unit Sintaksis Van Valin Jr dan
LaPolla 2002 : 27
Unsur-unsur semantis unit sintaksis
Predikat inti nucleus argumen dalam wujud semantis predikat argumen inti core argument
Bukan argumen periferi periphery Predikat + argumen inti core
Predikat + argumen + bukan-argumen klausa = core + periphery
Argumen inti adalah unsur sintaksis yang kehadirannya dalam suatu klausa diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh
preposisiposposisi ataupun konjungsi. Dia membeli baju di toko adalah klausa yang memiliki dua argumen inti. Argumen dia dan baju disebut argumen inti
karena kehadirannya sangat diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh preposisi, postposisi maupun konjungsi. Namun di toko bukan
argumen, karena kehadirannya bersifat mana suka optional dan memiliki pemarkah preposisi di
2.2.4.4 Valensi dan Ketransitifan Verba
Kajian tentang valensi dan ketransitifan terkait erat dengan pokok bahasan tentang predikasi dan struktur argumen. Yang tentu saja secara langsung
bersangkut paut dengan peran dan relasi gramatikal yang menjadi judul penelitian ini . Karena itu, dalam penelitian ini, kajian tentang valensi dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46 ketransitifan didasari oleh pengertian valensi dan ketransitifan secara sintaksis,
tanpa mengabaikan kajian ketransitifan secara semantis. Istilah valensi dalam linguistik dirujukkan sebagai kemampuan dan atau keperluan verba, yang
menempati unsur predikat sebuah kalimat, dalam mengikat argumen. Katamba 1993 : 266 menyebutkan bahwa valensi adalah jumlah argumen dalam kerangka
sintaksis dikaitkan dengan verba yang disebabkan oleh fungsi-fungsi gramatikal. Van Valin dan LaPolla 1999 : 147-150 juga mengatakan bahwa valensi
adalah banyaknya argumen yang diikat diambil oleh verba. Mereka membedakan antara velensi sintaksis verba dan valensi semantis verba. Valensi sintaksis verba
adalah jumlah argumen yang disiratkan secara morfosintaksis-nyata yang dibutuhkan oleh verba tersebut. Sementara itu, valensi semantis verba adalah
jumlah argumen semantik yang diambil oleh verba tertentu. Kedua jenis valensi sedikit berbeda. Kata rain dalam bahasa Inggris, misalnya, secara semantis tidak
memerlukan argumen, namun secara sintaksis kata itu memerlukan satu argumen karena setiap klausa bahasa Inggris memerlukan subjek. Misalnya, it rained atau it
is raining. Karena rained atau is raining saja tidak berterima dalam bahasa Inggris Pengertian valensi biasanya dikaitkan dengan ketransitifan. Katamba 1993 : 256-
258 menyebutkan bahwa valensi ditentukan oleh perilaku verba. Oleh karena itulah verba dapat disebut sebagai verba transitif ekatransitif dan dwitransitif .
Ketransitifan dapat pula dipahami sebagai jumlah komponen yang berhubungan dengan aspek-aspek yang berbeda dari keefektifan atau intensitas yang dengannya
tindakan dilakukan lihat Hopper dan Thompson, 1982 : 360 . Kajian tentang valensi sintaksis yang pengertiannya sama dengan ketransitifan juga dikemukakan
oleh Van Valin, Jr dan LaPolla, 1999 : 148-150 . Verba yang mengambil satu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47 argumen inti dalam sintaksis disebut verba intransitif ; verba yang mengambil dua
argumen disebut ekatransitif; dan verba yang mengambil tiga argumen disebut dwitransitif
Mekanisme perubahan valensi verba BPD dapat dikaji melalui dua jenis konstruksi verbal, yaitu konstruksi kausatif dan konstruksi aplikatf lokatif,
instrumental, benefaktif, sumber, resipienpenerima. Pembahasan kedua konstruksi ini diharapkan dapat memperlihatkan mekanisme perubahan valensi
verba BPD, baik secara sintaksis maupun secara semantis. Tinjauan teoretis serta data bahasa secara lintas bahasa akan ditampilkan untuk memperkuat kajian
tipologisnya. Tidak dapat disangkal bahwa secara tipologi-morfologis BPD termasuk
bahasa aglutinasi aglutinative language dimana afiks dan proses morfologis memegang peranan penting dalam tataran morfosintaksis dan semantis lihat
Badudu,1982:67-68. Oleh karena itu, kajian tentang konstruksi kausatif dan aplikatif BPD sehubungan dengan mekanisme perubahan valensi verba ini akan
berkaitan dengan afiks dan proses morfologis verba. Karena secara tipologis, kausatif morfologis cukup berperan dalam pengkausatifan BPD.
a Sistem Pengkausatifan.
Menurut Goddard 1998:266, kausatif adalah ungkapan yang di dalamnya sebuah peristiwa peristiwa yang disebabkan digambarkan sebagai yang terjadi
karena disebabkan seseorang melakukan sesuatu atau karena sesuatu terjadi. Secara lintas bahasa ditemukan bahwa kesetaraan kekausatifan dapat diungkapkan
secara sintaksis dan analitis lihat Ackerman dan Webelhuth 1998:311 ; dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48 Jufrizal 2007: 94. Walaupun tiap bahasa mempunyai konstruksi gramatikal yang
berbeda dalam mengungkapkan kekausatifan, Ackerman dan Webelhuth 1998: 288-289 membedakan jenis kausatif secara lintas bahasa menurut
keklausalitasan dan kesintesitasan, seperti berikut ini : Tabel 3: Jenis Kausatif
Analitik Sintaktik
Monoklausal Biklausal
Campur Bahasa Jerman I
Bahasa Jerman II Bahasa Italia
Malayalan Chi-Mwi-Ni
Bahasa Turki
Berdasarkan uraian Goddard 1998: 260-290, pembagian kausatif beserta sifat-sifatnya dan konstruksinya secara umum dapat dirangkum dengan bagan
berikut: Bagan 1: Pembagian Kausatif. Goddard,1998
Pembagian Bentuk Kausatif
Kausatif analitik Kusatif morfologis
Kausatif leksikal Perifrastik
Kausatif Langsung - I made him work
- Membunuh - I got him to do it
- Memecah - I had him to do it
Sufiksasi
Kausatif Produktif Kausatif tak produktif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49 Comrie 1989:165-171 juga mengemukakan tiga cara pengkausatifan
yaitu: kausatif analitis, kausatif morfologis, dan kausatif leksikal. Kausatif analitis adalah konstruksi kausatif, yang dalam hal ini terdapat predikat terpisah yang
mengungkapkan sebab-akibat; penyebab diwujudkan oleh kata terpisah dari kata yang menunjukkan, yang disebabkan akibat. Kausatif morfologis yaitu
hubungan antara predikat non-kausatif dan yang kausatif dimarkahi oleh perangkat morfologis, misalnya, oleh adanya afiksasi
Kausatif leksikal adalah verba yang saling berhubungan dalam predikat non-kausatif tetapi tidak berkaitan secara morfologis dengan predikat kausatif;
hubungan predikat yang mengungkapkan akibat dan yang mengungkapkan sebab tidak sistematis hanya diungkapkan dengan leksikon yang bermakna sebab-
akibat, seperti kata die ‘mati’ dan kill ‘membunuh’ dalam bahasa Inggris. Dalam disertasi ini, pembagian konstruksi kausatif menjadi tiga dijadikan landasan
teoritis dalam pembahasan selanjutnya. lihat Goddard 1988; Comrie 1989; Artawa 1989
Berikut ini adalah contoh konstruksi kausatif leksikal bahasa Inggris dikutip dari Goddard, 1988:277-280.
a Juanita broke the vase.
Juanita memecahkan ART-jambangan. ‘juanita memecahkan jambangan itu’
b Sasha moved the chair.
Sasha memindahkan ART-kursi. ‘Sasha memindahkan kursi itu’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50 c
The explosion killed the cat. ART-ledakan membunuh ART-kucing
‘ledakan itu membunuh kucing itu’. Pada contoh a Juanita subjek adalah penyebab causer dan the vase
objek merupakan penerima sebab causee. Penjelasan yang sama dapat diberikan untuk contoh b dan c.
Artawa 1998:31 mengungkapkan bahwa pada bahasa Bali dipergunakan konjungsi kausatif kerana ‘karena’ untuk mengungkapkan dua klausa yang
menunjukkan hubungan sebab-akibat sebagai strategi pengkausatifan. Berikut ini adalah contoh yang dikutip dari Artawa,1998.
d Dana tusing teka mai kerana motor ne usak.
Dana tidak datang ke sini karena motor –POS3TG rusak ‘Dana tidak datang ke sini karena motornya rusak’
Contoh berikut ini merupakan konstruksi kausatif analitis dalam bahasa Inggris lihat Goddard,1998.
e I made him work
1TG membuatnya bekerja ‘saya membuatnya bekerja’
f I had him to do it
1TG KAU PRO3TG untuk melakukan PRO3TG. ‘saya menyuruhnya melakukan itu’
Untuk menjelaskan kesalingterkaitan antara konstruksi kausatif dengan konstruksi bukan-kausatif, Comrie 1985:65-70 mengusulkan hirarkhi relasi
gramatikal sebagai berikut: subjek objek langsung objek tak langsung objek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51 oblik. Menurutnya, penyimpulan gramatikal dari terakibat causee bergerak
sebagai berikut: terakibat causee menempati posisi tertinggi paling kiri pada hirarkhi yang belum terisi. Perubahan valensi antara verba dasar dan verba
kausatif turunan dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Dasar Kausatif
Intransitf SUBJ
SUBJ OL
Ekstransitif SUBJ
SUBJ OL
OL OTL
Dwitransitif SUBJ
SUBJ OL
OL OTL
OTL OBL
Karena pada dasarnya pembentukan kausatif meliputi penambahan agen terhadap valensi, maka jika klausa dasar adalah klausa intransitif, subjek akan
diungkapkan sebagai OL. Subjek pada klausa dengan verba ekatransitf akan diungkapkan sebagai OTL dan OL tetap sebagai OL. Jika klausa dasar adalah
klausa dengan verba dwitransitif, subjek akan ditandai sebagai oblik, OL dan OTL akan tetap sebagai relasi gramatikal yang sama. Hirarkhi gramatikal ini penting
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52 adanya karena dapat menjelaskan sejumlah fenomena gramatikal lintas bahasa,
selain dari pengkausatifan. Comrie 1989 mengatakan bahwa hirarkhi itu terpakai pada sejumlah besar bahasa dari berbagai genetis, geografis, dan kelompok
tipologis dengan hanya sedikit pengecualian. Karena itu, sebaiknya hirarkhi tersebut dianggap sebagai hirarkhi kecenderungan secara lintas bahasa. Untuk
pengkausatifan dalam bahasa Turki, hirarkhi ini sesuai. Contoh-contoh berikut ini diambil dan diadaptasi dari Comrie 1989:174-176 dalam uraiannya tentang
perubahan valensi dalam kausatif morfologis. Dasar intransitif:
g 1. Hasan ől-dü
Hasan mati kala lampau ‘Hasan telah mati’
2. Ali Hasan-i - ől-dür -dü
Ali Hasan AKU mati-KAU-kala lampau ‘Ali menyebabkan Hasan mati, membunuh Hasan’
Dasar transitif h1.Müdur mektüb-u imzala -di
Direktur surat-AKU menandatangani-KAU-kala lampau ‘Ali telah meminta direktur menandatangani surat’
2dicci mektub-u müdür -e- imzala-t- ti Dokter gigisurat-AKU direktur-DAT menandatangani-KAU-kala
lampau ‘dokter gigi telah meminta direktur menadatangani surat’ Dasar dwitransitif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53 i1 Müdur Hasan mektub-u goster-di
direktur Hasan-DAT surat-AKU memperlihatkan-kala lampau ‘direktur telah memperlihatkan surat kepada Hasan’
2.dicci Hasan-a mektub-u Müdur tarafindan goster-t-ti dokter Hasan–DAT surat-AKU direktur oleh memperlihatkan-KAU
kala lampau ‘Dokter telah meminta direktur memperlihatkan surat itu kepada
Hasan’ Kausatif morfologis yang terdapat dalam bahasa Turki di atas dapat
diterangkan sebagai berikut. Apabila klausa dasar bukan-kausatif adalah klausa intransitif g1,subjek muncul sebagai OL pada konstruksi kausatifnya g2.
Apabila klausa dasar merupakan klausa ekatransitif, maka pada bentuk kausatifnya, tersebab akibat tidak bisa muncul sebagai OL karena relasi ini telah
diisi oleh OL klausa dasar, dan bahasa Turki tidak mengizinkan dua objek langsung dalam satu klausa. Terakibat causee muncul sebagai OTL yang
dimarkahi oleh kasus datif contoh h1,2. Apabila klausa dasar adalah klausa dengan verba dwitransitif contoh i1, maka terakibat tidak bisa muncul sebagai
OTL klausa dasar. Dalam kasus ini, terakibat muncul sebagai relasi OBL yang ditandai oleh posposisi contoh i2 lihat Artawa,1998:34.
b Sistem Pengaplikatifan
Istilah aplikatif dan benefaktif biasanya digunakan untuk merujuk ke unsur gramatikal khusus - afiks-afiks verbal yang menaikkan valensi pada kasus
sebelumnya dan bentuk-bentuk nominal yang mengungkapkan pengguna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54 benefisieri pada kasus berikutnya. Untuk lebih jelasnya, istilah ‘aplikatif’ dan
‘benefaktif’ tersebut digunakan untuk merujuk ke konstruksi gramatikal seperti butir a berikut ini. dikutip dari Shibatani dalam Shibatani dan Thomson
ed,1996:159-160. Aplikatif :
Bahasa Indonesia 1a saya menduduki kursi
1b saya duduk di kursi Bahasa Ainu:
2a poro cise e-horari Besar rumah APL-tinggal
‘dia meninggali rumah besar’ 2b Poro cise ta horari
Besar rumah ditinggal ‘dia tinggal di rumah besar’
Bahasa Cichewa Alsina dan Mchombo,1990 3a anyani a-na-yend-er-a ndodo
2-babon 2s-PAS-jalan-APL-FV 9-tongkat ‘Baboon-baboon berjalan dengan tongkat’
3b Anyani a-na-yend-a ndi ndondo. 2-baboon 2s PAS-jalan-FV dengan tongkat
‘Baboon-baboon berjalan dengan tongkat’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55 Benefaktif
Bahasa Inggris 4a John bought mary a book
John beli Mary ART-buku ‘John membelikan Mary buku’
4b John bought a book for Mary John beli ART-buku untuk Mary
‘John membelikan buku untuk Mary’ Bahasa Indonesia
5a Dia membuat-kan saya kursi 5b Dia membuat kursi itu untuk saya
Bahasa Jepang 6a boku wa Hanako ni kon o kat-te yat-ta.
1TG TOP-Hanako DAT-buku AKU-beli-KON beri-PAST ‘saya membelikan Hanako sebuah buku’
6b boku wa Hanako no tame ni kon o kat- te-yat- ta 1TG TOP-Hanako GEN demi DAT-buku AKU-beli-KON beri-
PAST ‘saya membeli buku untuk Hanako’
Menurut Shibatani 1996:158-159, lihat Jufrizal,2007:119 konstruksi benefaktif adalah konstruksi yang didalamnya pengguna benefisieri ditandai
sebagai argumen, seperti diperlihatkan pada 4a dari pada sebagai adjung seperti 4b. Dengan demikian, contoh-contoh 1a, 2a,dan 3a adalah konstruksi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56 dikenal sebagai aplikatif, sedangkan contoh-contoh pada 4a,5a, dan 6a
merupakan konstruksi benefaktif. Shibatani 1996 menyatakan bahwa walaupun beberapa bahasa, seperti
Chichewa, menggunakan afiks verbal yang sama untuk aplikatif dan benefaktif, namun ada perbedaan penting di antara kedua konstruksi itu. Aplikatif umumnya
menerimamenggunakan dasar intransitif, sedangkan benefaktif jarang menerima dasar intransitif. Berdasarkan pengamatan secara lintas bahasa, benefaktif dengan
dasar intransitif jarang berterima dalam satu bahasa. Contoh data berikut ini dikutip Shibatani,1996:160-161 menunjukkan hal tersebut :
Aplikatif dengan dasar intransitif : 7a otto be-wohut ein altes Haus. Jerman
Otto APL-tinggal ART tua rumah ‘otto meninggali rumah tua’
7b saya menjatuh-i kucing Indonesia 7c paropet kotan e-arpa ainu
Kampung APL –pergi ‘dia pergi ke kampung’
7d msodzi a-ku—phik-ir-a mthiko chichewa 1-nelayan 1s-Pres-masak-APL-FV 3sendok
‘nelayan itu memasak dengan sendok’ Benefaktif dengan dasar intransitif Alsina dan Mchombo,1990
8a otto ging Karin auf den Marktplatz Jerman otto pergi Karin ke ART-pasar
otto pergi ke pasar untuk karin’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57 8bsaya datang-kan Ana ke pasar. Indonesia
8c I went Mary to the market 1TG pergi Mary ke ART- pasar
‘saya pergi ke pasar untuk Mary’ 8d Msodzi a-ku-phik ir-a ana Chichewa
1-nelayan is-PRES-masak-BEN-FV 2-anak ‘nelayan memasak untuk anak itu’
Contoh kalimat 8a-d adalah konstruksi kalimat yang tidak gramatikal bertanda . Walaupun sifat-perilaku morfosintaksis aplikatifbenafaktif beragam
secara lintas bahasa, benefaktif dengan dasar intransitif tidak gramatikal dalam berbagai bahsasa. Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman tidak mempunyai afiks
benefaktif untuk memarkahi verba, sementara bahasa Indonesia dan Chichewa mempunyai pemarkah verbal benefaktif. Pengguna benefisieri diwujudkan
sebagai objek utama dari konstruksi objek ganda bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Chichewa atau sebagai OTL bahasa Jerman. Di samping
pertimbangan formal, kenyataan lain secara kognitif menunjukkan bahwa selain kemiripan dalam bentuk-bentuk verba, aplikatif atau benefaktif juga ditentukan
oleh informasi leksikal lainnya. Pasangan contoh bahasa Indonesia berikut ini memperlihatkan konstruksi aplikatif yang berterima dan yang tidak atau
diragukan kegramatikalannya. 8a saya meninggal-i rumahnya.
8b saya meninggal-i Jakarta. dikutip dari Shibatani,1996:163.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58 Istilah aplikatif sering digunakan untuk merujuk ke proses derivasional
yang meliputi penaikan valensi dalam bahasa-bahasa Bantu. lihat Artawa,1998; Bahasa Chichewa mempunyai jenis proses sintaksis tersebut. Konstruksi aplikatif
dalam bahasa itu mempunyai dua fitur penting, yaitu: a peran tematis yang baru dimasukkan ke dalam struktur argumen; b verba mengalami modifikasi
morfologis, yaitu sufiksasi dengan morfem aplikatif. Trask 1993 dalam Jufrizal 2002, 2007 menyebutkan konstruksi aplikatif sebagai konstruksi penciptaan
objek, OTL dasar atau objek oblik dimunculkan sebagai objek nyata objek lahir. Contoh berikut adalah konstruksi aplikatif instrumental yang diadaptasi dari Trask
1993. 9a Nu:ru 0 –tilanzile: nama ka: chisu
nuru SUB-potong daging dengan pisau ‘nuru memotong daging dengan pisau’
9b Nu:ru 0 –tilangile: nama chisu. nuru SUB-potong-APL daging pisau
‘nuru memotong daging dengan pisau’ Pada 9a oblik instrumental ka: chisu dimunculkan sebagai OL dan ini
ditandai pada verba dengan infiks -il- dan morfem yang menandai instrumental dihilangkan. Objek ini bisa digunakan sebagai subjek kalimat pasif bahasa ini.
Pendapat bahwa konstruksi aplikatif adalah proses penciptaan objek dapat dipertahankan dalam bahasa akusatif, tetapi tidak demikian halnya dalam bahasa-
bahasa yang secara sintaksis adalah bahasa ergatif. Pada Bahasa Bali yang secara sintaksis ergatif analisis sehingga istilah konstruksi aplikatif dirujukkan ke
konstruksi penciptaan subjek Artawa,1998:44.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
2.2.4.5 Struktur Pentopikalan