Perelatifan Subjek Gramatikal BPD

122 minum kopi panas laki-laki itu semuanya ‘ laki-laki itu semuanya minum kopi panas’ 68c Kerinana menum kopi nggara daholi i semuanya minum kopi panas laki-laki itu ’laki-laki itu semuanya minum kopi panas’ 69a Jalo jambar kene kerinana asa mulak terima jambar hak adat kalian semuanya supaya pulang ’ kalian semuanya menerima hak adat dulu sebelum pulang’ 69b Jalo jambar kerinana kene asa mulak terima hak adat semuanya kalian sebelum pulang ’kalian semuanya menerima hak adat dulu sebelum pulang’ 69c Kerinana jalo jambar kene asa mulak semuanya terima hak adat kalian sebelum pulang ’kalian semuanya menerima hak adat dulu sebelum pulang’ Klausa transitif dengan verba tanpa afiks verba dasar, penjangka kerina menjelaskan jumlah FN 2 pos –verbal. FN 2 pos-verbal tersebut adalah daholi i, kene merupakan agen dalam klausa tersebut;sedangkan FN 1 pos-verbal kopi nggara, jambar merupakan pasien klausa tersebut. Jadi pada klausa transitif dengan verba tanpa afiks verba zero agen yang merupakan subjek gramatikal adalah FN 2 pos-verbal, sedangkan pasien yang merupakan objek gramatikal adalah FN1pos-verbal.

C. Perelatifan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 123 Keenan dan Comrie 1977 menyebutkan bahwa bahasa Inggris termasuk bahasa yang dapat merelatifkan semua relasi gramatikalnya, namun bahasa Bali termasuk bahasa yang hanya dapat merelatifkan subjek. Artawa 1998 :15. Untuk mengetahui strategi perelatifan sehubungan dengan kesubjekan dalam klausa transitif dengan verba zero BPD, mari diamati contoh-contoh berikut. Klausa relatif dalam BPD dimarkahi penanda relatif oleh kata hubung na ’yang’ 70a Pangan pelleng kalak i makan nasi kuning orang itu ’orang itu makan nasi kuning’ 70b Kalak [na pangan pelleng] i dedahenku. orang [REL makan nasi kuning ] itu adikku ’orang yang makan nasi kuning itu adikku’ 70c Pelleng [ na kalak i pangan ] nggara nasi kuning [REL orang itu makan] panas ’nasi kuning yang orang itu makan] panas’ Dari contoh 70a,b,c kalimat di atas, BPD dapat merelatifkan kedua FN pos-Verbal, yaitu FN 2 pos-verbal kalak i yang berfungsi subjek dan FN 1 pos- verbal pelleng yang berfungsi objek gramatikal. Jadi klausa transitif dengan verba zero dapat merelatifkan kedua FN pos-verbalnya yang masing-masing merupakan subjek dan objek gramatikal. Untuk mengetahui bagaimana keberterimaan klausa transitif verba berafiks nasal BPD, mari diamati contoh berikut. 71a Me-nuan page kalak perkuta i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 124 AKT-tanam padi orang kampung itu ’orang kampung itu menanam padi’ 71b Kalak perkuta [na me nuan page] i pa tongaku orang kampung [REL AKT tanam padi] itu bapak tengahku ’orang kampung yang menanam padi itu bapatengahku’ 71c Page [na me nuan kalak perkuta i] meratah padi [REL AKT tanam orang kampung itu] hijau ’padi yang menanam orang kampung itu hijau’ 72a Meng-endat ketang kalak i AKT-tarik rotan orang itu ’orang itu menarik rotan’ 72b Kalak [na meng- endat ketang]i kedek orang [REL AKT tarik rotan] itu kecil ’orang yang menarik rotan itu kecil’ 72cKetang [na meng- endat kalak ]i nteger rotan [REL AKT tarik orang] itu lurus ’rotan yang menarik orang itu lurus’ Dari contoh 71,72a,b,c di atas memperlihatkan bahwa klausa transitif BPD dengan verba berafiks nasal hanya dapat merelatifkan FN 2 pos-verbal yang merupakan subjek gramatikal yaitu kalak perkuta pada klausa 71a,b dan kalak i pada klausa 72a,b. Apabila prefiks nasal pada verba dipertahankan, BPD tidak dapat merelatifkan FN 1 pos-verbal yang merupakan objek gramatikal yaitu page pada klausa 71c dan ketang pada klausa 72c. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 125 Pada klausa intransitif strategi perelatifan dapat diamati pada contoh berikut ini. 73a Kundul jelma i duduk orang itu ‘orang itu duduk’ 73b Jelma [na kundul] i leja kalon orang [REL duduk] itu capek sekali ‘orang yang duduk itu capek sekali 74a mengandung dedahenku Menangis adikku ‘adikku menangis’ 74b Dedahenku [na mengandung]i mbernit ate adikku [REL AKT tangis] itu sakit hati ’adikku yang menangis itu sakit hati’ Ternyata dari contoh 73b dan 74b menunjukkan bahwa FN pos-Verbal jelma i, dedahenku yang merupakan subjek gramatikal dan argumen satu-satunya berperan sebagai agen klausa tersebut dapat direlatifkan Jadi perelatifan BPD memperlihatkan bahwa subjek agen dan objek gramatikal pasien klausa transitif dengan verba zero tanpa afiks dapat direlatifkan. Tetapi pada klausa transitif dengan verba berafiks nasal hanya agen yang dapat direlatifkan, Perelatifan pasien dengan tetap mempertahankan prefiks- nasal verbanya menyebabkan kalimat itu tidak berterima secara gramatikal. Sementara itu subjek gramatikal yang merupakan argumen agen satu-satunya pada klausa intransitif dapat direlatifkan. Konstruksi ini terbukti mirip dengan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 126 konstruksi yang ada dalam bahasa Inggris bahasa akusatif. Pada konstruksi klausa transitif BPD dengan verba zero, agen mempunyai ciri sebagai subjek gramatikal lihat 70a,b,c. Hal yang sama juga terjadi pada kalimat intransitif, agen merupakan subjek gramatikal 73a,b dan 74a,b. Kenyataan ini menyimpulkan bahwa agen merupakan subjek gramatikal dalam BPD. Dapat dikatakan bahwa uji perelatifan menunjukkan bahwa kesubjekan BPD dikondisikan secara morfologis dan sintaksis dengan isyarat gramatikal bahwa subjek dalam bahasa ini adalah agen secara semantis

4.2.2.2 Objek dan Oblik BPD