Diatesis Pasif BPD Diatesis BPD

227 Meskipun demikian, penetapan bahwa suatu bahasa mempunyai diatesis pasif atau antipasif memerlukan telaah lebih khusus lihat Comrie dalam Shibatani, 1988:9; Artawa,1995:63; Artawa,2002:19-20; Jufrizal :2007:229 Berdasarkan kajian tipologi linguistik terhadap data kebahasaan yang ditemukan dalam BPD, bahasa ini merupakan bahasa akusatif secara sintaksis. Berkaitan dengan ini, BPD mengenal diatesis aktif-pasif. Konstruksi sintaksis dengan diatesis aktif merupakan konstruksi dasar, sementara konstruksi dengan diatesis pasif adalah konstruksi turunan. Bahwa dalam BPD adanya konstruksi pasif ini telah terbukti pada pembahasan bab sebelumnya. Penelitian ini mencoba mengungkapkan dan menelaah jenis dan sifat perilaku pasif BPD tersebut secara tipologis Sebagai salah satu bahasa yang bertipologi akusatif secara sintaksis, bahasa Indonesia mengenal diatesis aktif-pasif. Menurut Chung ,dalam LI 1976:59-60, bahasa Indonesia menurut sebagian ahli dianggap mempunyai dua jenis pasif, yaitu pasif kanonis, pasif asal atau pasif yang sesungguhnya. Buku dibaca oleh Ali dan pasif yang mempunyai bentuk permukaan sebagai pentopikalan objek Buku saya baca. Kedua jenis konstruksi ini juga ditemui dalam BPD.

6.2.2.1 Diatesis Pasif BPD

Sebelum pembahasan konstruksi berdiatesis pasif, terlebih dahulu akan disinggung konstruksi aktif BPD berikut ini. 215 Men - jalo tumpak peranak i AKT-terima uang pihak lelaki ART UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 228 ‘pihak lelaki itu menerima uang ‘ 216 Me-nokor bellagen sim belgah inang AKT-beli tikar yang besar ibu ‘membeli tikar besar ibu’ Pada contoh di atas dapat diamati bahwa FN peranak i, inang adalah subjek gramatikal dan sekaligus adalah agen. Sementara itu FN pos-verbal tumpak, bellagen sim belgah adalah objek gramatikal dan juga pasien. Dua kalimat di atas adalah kalimat transitif berdiatesis aktif. Secara semantis, subjek agen peranak i, inang melakukan perbuatan tindakan atas objek gramatikal tumpak dan bellagen. Melalui kaidah pemasifan, kalimat 215,216 dapat diturunkan diderivasi menjadi kalimat berdiatesis pasif seperti contoh di bawah ini : 215a Enggo i-jalo peranak i tumpak Sudah PAS terima pihak lelaki ART sumbangan ‘sumbangan sudah diterima pihak lelaki itu’ 215b Engo ter-jalo peranak i tumpak Sudah PAS-terima pihak lelaki ART sumbangan ‘sumbangan tidak sengaja diterima pihak lelaki itu’ 216a I-tokor inang belagen sim belgah PAS-beli ibu tikar yang bersar ‘tikar yang besar dibeli ibu’ 216b Ter-tokor inang belagen sim belgah PAS-beli ibu tikar yang besar ‘tikar yang besar terbeli ibu’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 229 Kalimat 215a,b dan 216a,b masing-masing merupakan bentuk pasif dari bentuk aktif kalimat 215,216 .Jadi kalimat pasif BPD terbentuk dengan mengubah posisi argumen pertama pos-verba kalimat dasar aktif ke posisi kedua pos-verba kalimat pasif. Jadi pada konstruksi pasif, argumen kedua pos-verba yang adalah S kalimat dasar mengambil posisi O. Sehingga pada konstruksi aktif S gramatikalnya terletak pada posisi kedua pos-verba pola V-O-S, konstruksi pasif S terletak pada posisi pertama berpola V-S-O. Namun konstruksi pasif dengan bentuk pentopikalan ditemukan juga dalam BPD. mari perhatikan contoh berikut. 215c Tumpak enggo i-jalo peranak i sumbangan sudah PAS-terima pihak lelaki ART ‘sumbangan sudah diterima pihak lelaki itu’ 215d Tumpak enggo ter-jalo peranak i sumbangan sudah PAS-terima pihak lelaki ART ‘uang sudah terterima pihak lalaki itu’ 216c Belagen sim belgah i- tokor inang tikar yang besar PAS-beli ibu ‘tikar besar dibeli ibu’ 216d Belagen sim belgah ter-tokor inang tikar yang besar PAS-beli ibu ‘tikar besar terbeli ibu’ Kalimat 215c,d dan 216c,d adalah kalimat pasif bentuk pentopikalan dari kalimat dasar 215,216. Proses dan mekanisme pemasifannya memenuhi kaidah dan prinsip pemasifan yang umum berlaku secara lintas bahasa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 230 pada bahasa-bahasa akusatif. Pada 215 tumpak adalah objek . Pada 215c,d tumpak dinaikkan menjadi subjek gramatikal . Subjek asal dalam kalimat aktif 215 peranak i turun ke relasi oblik .Keterangan dan penjelasan yang sama berlaku pada contoh 216 c,d. Perubahan lain pada proses pemasifan itu adalah pemarkah morfologis verba. Pemarkah aktif meN- pada BPD digantikan oleh bentuk prefiks pasif i-, ter-. Di samping prefiks i- dan ter- ada juga prefiks ni-,yang tidak diturunkan dari verba aktif meN- sebagai pemarkah konstruksi pasif dalam BPD. Hal ini dapat dilihat pada kalimat 217 berikut ini. 217 Ni- aleng mo kalaki nan berngin PAS-jemput T 3JM nanti sore ‘mereka akan dijemput nanti sore’ 218 Ni- tokor mo baju na beremben PAS-beli T baju POS3TG besok ‘bajunya akan dibeli besok’ Dengan demikian, ada tiga bentuk prefiks pasif dalam BPD, yaitu i-, ter-, dan ni. Bagaimanakah sifat pelaku gramatikal dan semantis yang dimarkahi oleh tiga bentuk afiks pasif dalam BPD tersebut? Ternyata tiga prefiks pemarkah pasif tersebut melahirkan konstruksi pasif yang berbeda secara semantis. Pemasifan dengan prefiks i- melahirkan jenis pasif umum, pemasifan dengan prefiks ter- memunculkan jenis pasif kebetulan tak sengaja, dan pemasifan dengan prefiks ni- mewujudkan jenis pasif yang tidak mementingkan pelaku agentless passive.lihat Sibarani,1972:80. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 231 a Pasif Umum dengan Prefiks i- Pemasifan dengan prefiks i- dalam BPD produktif karena dapat dibubuhkan pada semua verba transitif aktif. Jadi prefiks -i dapat dikatakan sebagai pembentuk pasif melalui penurunan subjek subject-demoting passive turunan berdiatesis pasif, yakni pasif umum. Pemasifan dengan i- ini mempunyai ciri-ciri pasif semesta, di antaranya: i subjek klausa asal turun fungsi gramatikalnya menjadi argumen berelasi oblik ii argumen subjek klausa asal banyak kehilangan sifat perilaku pivot iii objek asli pada konstruksi aktif menjadi argumen inti satu- satunya pada klausa intransitif turunan konstruksi pasif. Secara semantis, pemasifan dengan prefiks i- mengungkapkan bahwa tingkat kesengajaan atau kemauan volition dari agen pelaku tinggi. Pemakaian pemarkah ni ‘oleh’ dalam BPD sangat jarang digunakan sehingga posisi agen langsung dibelakang verba pasifnya. Dengan demikian pemarkah pelaku berelasi oblik bersifat opsional boleh tidak digunakan dalam BPD. Berikut ini adalah konstruksi pasif yang dimarkahi verbal i- 219 i- dea amang boras i onan. PAS-jual olehayah beras di pasar. ‘beras dijual oleh ayah di pasar.’ 220 i-tutung na kertas. PAS-bakar oleh 3TG kertas ‘kertas dibakar dia.’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 232 221 i-embah kalak- i buku-ku PAS-bawa orang ART.buku-POS3TG ‘bukuku dibawa orang itu.’ Dari contoh 219-221 teramati bahwa kalimat pasif tersebut berasal dari kalimat aktif 219b-221b. Mari diamati dengan kalimat di bawah ini. 219b men-dea boras amang i onan AKT-jual beras bapak di pasar ‘bapak menjual beras di pasar’ 220b me-nutung kertas ia AKT-bakar kertas POS3TG ‘ia membakar kertas’ 221b Meng-embah buku ku kalak i AKT- bawa buku-POS3TG orang ART ‘orang itu membawa bukuku’ Kalimat 219b-221b merupakan kalimat aktif dari kalimat pasif 219-221. Masing-masing objek kalimat aktif 219b-221b boras, kertas, buku menjadi subjek kalimat pasif 219-221 dan subjek amang,ia,kalak i pada kalimat aktif 219b-221b menjadi objek kalimat pasifnya .Jadi kalimat pasif 219-221 dapat dikembalikan ke kalimat asalnya yaitu kalimat aktif 219b-221b. Karena itu prefiks pasif i- selalu dapat menggantikan prefiks me- pada verba transitif mendea, menutung, mengembah. b Pasif Kebetulan Tak Sengaja dengan Prefiks ter- UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 233 Sama halnya dengan prefiks pasif i- , prefiks ter- juga dapat dibubuhkan pada verba transitif untuk membentuk konstruksi pasif. Berbeda dengan prefik i-, pemasifan dengan prefiks ter- dalam BPD mewujudkan konstruksi intransitif turunan berdiatesis pasif yang mempunyai makna ‘kebetulan’ atau ‘tak sengaja’. Oleh karena itu, pemasifan dengan ter- dapat terjadi pada verba transitif yang menghendaki pelaku yang bersifat ‘umum’ atau ‘alamiah’. Pemasifan dengan ter- dalam BPD menyiratkan bahwa tingkat kemauan atau kesengajaan agennya sangat rendah. Berikut ini adalah contoh konstruksi pasif kebetulan tak sengaja yang diturunkan dari konstruksi asal 222a Men-dea boras bapa i onan AKT-jual beras bapak di pasar ‘bapak menjual beras di pasar’ 222b Boras ter-dea ni bapa i onan. beras PAS- jual oleh ayah di pasar. ‘Beras terjual oleh ayah di pasar.’ 223a Me-nutung kertas ia AKT-bakar kertas 3TG ‘dia membakar kertas’ 223b Kertas ter-tutung- na kertas PAS-bakar 3TG. ‘kertas terbakar oleh dia.’ 224a Mengembah bukku- ku ia AKT-bawa buku -POS3G 3TG ‘dia membawa bukuku’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 234 224b Bukkuku ter-embah ia bukuku PAS-bawa oleh 3TG. ‘bukuku terbawa oleh dia.’ Apabila agen adalah mahluk bernyawa mempunyai kemauan, kehendak, maka pelaku yang telah berelasi oblik yang dimarkahi oleh ni- cenderung dipertahankan kehadirannya meskipun mungkin boleh dilesapkan. Jika agen adalah wujud tak bernyawa atau bersifat ‘alamiah’, kehadirannya cenderung tidak menjadi penting. Berikut ini adalah contoh konstruksi pasif tak sengaja yang agennya adalah nomina umum atau ‘alamiah’. 225a Hau sim- belgah me- nenden sapo i. kayu yang besar AKT-timpa rumah itu. ‘kayu yang besar menimpa rumah itu.’ 225b Sapo i ter-denden hau simbelgah rumah itu PAS-timpa oleh kayu yang besar. ‘rumah itu tertimpa oleh kayu yang besar.’ 226a Api me-nutung perlak nami. api AKT-bakar kebun POS3JM. ‘api membakar kebun kami.’ 226b Perlak nami ter-tutung api. kebun POS3JM PAS-bakar oleh api. ‘kebun kami terbakar oleh api.’ Selain membawa makna pasif tak sengaja, prefiks ter- dalam BPD juga membawa makna aspek modalitas ‘mampu’ atau ‘bisa’. Apabila makna aspek mampu atau bisa disertakan untuk memahami kalimat dengan verba berprefiks UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 235 ter-, maka tingkat kesengajaan atau kemauan dari agen tinggi sama halnya dengan pasif i-. Dalam hal ini pelakunya biasanya adalah makhluk bernyawa atau nomina umum yang dianggap mempunyai kemauankesengajaan yang tinggi. lihat Jufrizal,2007:235. Pelaku yang dimarkahi dengan preposisi ni ‘oleh’ pada konstruksi ini cenderung dipertahankan, untuk menunjukkan adanya makna kesengajaan dari agen tersebut. Berikut adalah contoh yang memperlihatkan gejala itu. 227a meng-embah pinakan sim belgah namberu AKT-bawa hewan yang besar bibi ‘bibi membawa hewan yang besar’ 227b Ter-embah namberu pinahan sim belgah i PAS-bawa oleh bibi hewan yang besar itu ‘hewan yang besar itu bisa dibawa oleh bibi’ 228a Me-nangkih bena sin dates si Anggiat AKT-panjat pohon yang tinggi si Anggiat ‘si Anggiat memanjat pohon tinggi’ 228b Ter-tangkih ni si Anggiat bena sin dates i PAS-panjat oleh si Anggiat pohon yang tinggi itu “pohon yang tinggi itu bisa teripanjat oleh si Angiat. Jadi pasif ter- pada konstruksi 227b dan 228b berasal dari konstruksi aktif 227a dan 228a yang mengandung makna kesanggupan. Permasalahan aspek modalitas sehubungan prefiks ter- tidak dibicarakan lebih jauh dalam disertasi ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 236 c Pasif yang Tidak Mementingkan Agen. Konstruksi pasif yang dimarkahi oleh prefiks ni- dalam BPD merupakan jenis pasif yang tidak mementingkan agen agentlees passive. Pemasifan dengan ni- mengandung makna semantis bahwa tingkat kemauan kesengajaan agen ada, namun siapaapa pelakunya tidak penting diketahui. Agen dalam konstruksi ini cenderung disembunyikan. Contoh kosntruksi pasif yang tidak mementingkan agen adalah sebagai berikut. . 229 Ni-embah mo ia mertambar mi datu. PAS-bawa T dia berobat ke dukun. ‘dia akan dibawa berobat ke dukun’ 230 Ni-lulun mo sukat mi porlak an . PAS-cari T talas ke kebun ART. ‘talas dicari ke kebun.’ Konstruksi pasif yang dimarkahi oleh prefiks ni- dalam BPD merupakan pasif yang tidak mementingkan pelaku agentless passive. Jadi pada jenis pasif ini pelaku lazimnya dilesapkan. Kemungkinannya hadir hanya pada kasus ‘penekanan’. Pemasifan dengan ni- memberikan makna bahwa tingkat kemauan keinginanan volition pelaku ada, namun apasiapa pelakunya lazimnya dilesapkan lihat juga Jufrizal,2007:236-240; Sibarani,2007 Dalam BPD ditemukan juga prefiks mer- yang tidak dapat dengan mudah diketahui penentuan diatesisnya secara langsung karena harus dikaitkan terlebih dahulu dengan tataran pragmatis dan wacana. Kalimat 187 di bawah ini dapat dipahami sebagai kalimat berdiatesis aktif dan juga dapat dipahami sebagai kalimat diatesis pasif . UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 237 231a Mer-putar roda pedati. AKT-berputar roda pedati ‘roda pedati berputar sendiri’ 231b Mer-putar sandiri roda pedati i AKT-putar sendiri roda pedati itu. ‘roda pedati itu berputar sendiri.’ Pada 231a mer-putar bermakna ‘berputar’ aktif dengan pengertian,berdasarkan pantauan pragmatis bahwa tindakan yang digambarkan oleh verbanya dilakukan didorong oleh subjek gramatikal agen klausa itu sendiri. Namun apabila tautan pragmatis yang menjelaskan makna semantisnya merujuk ke pelaku lain di luar subjek gramatikal yang digambarkan oleh verbanya 231b, maka kalimat yang sama dipahami sebagai kalimat dengan diatesis pasif pelakunya di luar subjek gramatikal.

6.2.2.2 Diatesis Medial BPD