Peran Gramatikal Predikasi dan Struktur Argumen

37 berfungsi sebagai O, maka FN itu tidak bisa dilesapkan. Perhatikan contoh klausa kalimat kordinatif bahasa Inggris berikut ini. 8a The man kissed the girl and he married her ‘lelaki itu mencium gadis itu dan dia menikahinya’ 8b The man kissed the girl and ------- married her. ‘ lelaki itu mencium gadis itu dan ------- menikahinya’ Kalimat 8a walaupun berterima tetapi kehadiran he yang mengacu ke the man dan berkedudukan sebagai subjek pada klausa kedua dianggap mubazir. Pelesapan he yang menduduki posisi subjek pada klausa kedua merupakan bentuk yang lebih berterima. Kalimat 9b di bawah ini tidak berterima karena yang dilesapkan adalah FN yang berkedudukan sebagai O pada klausa kedua. 9a The man kissed the girl and the dog bit her ‘lelaki itu mencium gadis itu dan anjing itu menggigitnya anjing itu’ 9b The man kissed the grli and the dog bit ------- ‘lelaki itu mencium gadis itu dan anjing itu menggigit -------‘ Gee,1993 dalam Jufrizal, 2007 : 53-54

2.2.4.2 Peran Gramatikal

Peran gramatikal Dixon, 1994; Jufrizal, 2007 adalah peran-peran kasus atau fungsi-fungsi sintaksis yang didasarkan atas perilaku semantis. Dalam hal ini agen dan pasien adalah peran gramatikal yang utama, di samping peran lainnya yang mengikuti agen dan pasien, yaitu benefisieri, instrumental, dan lokatif. Peran gramatikal agen dan pasien disebut juga peran makro semantis semantic macrorole . Peran itu disebut makro karena masing-masing mengemas jenis-jenis UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38 argumen khusus. Dalam teori peran makro semantis, peran agen diistilahkan aktor dan peran pasien disebut undergoer penderita tempat jatuh perbuatan . Argumen tunggal klausa intransitif dapat berperan sebagai aktor dan juga undergoer. Sedangkan sistem gramatikal atau aliansi gramatikal adalah sistem atau kecenderungan persekutuan gramatikal yang ada dalam suatu bahasa secara tipologis; dapat berupa S=A, S=P, Sp= P, atau yang lainnya. Sistem gramatikal atau persekutuan gramatikal yang diidentifikasi secara tipologis melahirkan simpulan tentang sistem bahasa secara tipologis,seperti bahasa akusatif, bahasa ergatif, bahasa agentif, bahasa aktif, dan sebagainya lihat Jufrizal, 2007 . Dalam disertasi ini dipakai istilah sistem gramatikal untuk menyebut aliansi gramatikal tersebut.

2.2.4.3 Predikasi dan Struktur Argumen

Kajian tentang predikasi dan struktur argumen suatu bahasa berhubungan dengan peran gramatikal bahasa tersebut. Pandangan linguistik tradisional menyebutkan bahwa klausa terdiri atas subjek ’apa yang dibicarakan’ dan predikat ’apa yang terjadi tentang sesuatu’. Pandangan linguis mutakhir menyebutkan bahwa kalimat terdiri atas predikator dengan satu argumen atau lebih. Jadi kalimat dapat dirumuskan sebagai argumen – predikator – argumen. Dalam kajian tipologi, ada dua asumsi dasar tentang kalimat , yaitu : pertama, bahwa konsep struktur predikator dapat diperlakukan pada semua bahasa, dan kedua, bahwa kedua argumen : i berbeda dalam hal hubungan semantiknya dengan predikator dan ii keduanya berbeda satu sama lain melalui pemarkah gramatikal. Struktur klausa yang mempunyai dua argumen, salah satunya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39 diidentifikasi sebagai agen pelaku dan yang lainnya adalah pasien penderita . Agen dan pasien yang dimarkahi oleh fitur-fitur gramatikal dalam suatu bahasa disebut peran gramatikal. Konsep relasi gramatikal meliputi subjek, objek, dan sebagainya. Agen dan pasien merupakan dua peran gramatikal yang paling penting dalam kajian tipologi. Tiga peran gramatikal lain yang mengikuti agen dan pasien adalah benefisiari, instrumental dan lokatif Palmer, 1994 : Comrie, 1989. Dalam dasar-dasar teori ilmu kebahasaan istilah predikasi setara dengan proposisi, dinyatakan bahwa : a di antara unsur-unsur yang membangun membentuk kalimat ada bagian yang disebut predikat predicate ; dan b ada unsur lain dalam kalimat itu yang berperan sebagai argumen dari predikat tersebut. Dalam penelitian ini predikasi dipakai untuk menyebut konstruksi dalam bentuk klausa kalimat sederhana yang terdiri atas predikat dan argumennya.. Lyons, 1987: 270-337; Jufrizal 2007: 76.. Secara lintas bahasa wujud optimal sebuah klausa terdiri atas unsur-unsur yang mempredikati predicating elements dan unsur-unsur yang bukan mempredikati non-predicating elements di satu sisi, serta FN dan frasa adposisional frasa berpreposisi atau berposposisi yang merupakan argumen predikat dan yang bukan, di sisi lain. Menurut Alsina 1996: 4-7 sebuah predikat mengungkapkan hubungan antara pelibat-pelibat dalam sebuah klausa. Pelibat partisipan itulah yang disebut argumen predikat. Masing-masing predikat verbal dan bukan verbal mempunyai korespondensi hubungan logis dengan argumen-argumennya. Hubungan fungsi- fungsi gramatikal subjek, objek, oblik, dsbnya dengan argumen predikat bukanlah bersifat acak atau tak terduga. Apakah argumen itu diungkapkan sebagai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40 subjek, objek dan lainnya, sebagiannya ditentukan oleh semantis predikat. Setiap verba harus bersesuaian dengan argumennya. Keterikatan dan kaitan informasi yang menjadi argumen predikat dan predikat itu sendiri membentuk struktur, yang disebut struktur argumen. Struktur argumen juga merupakan informasi minimal predikat yang perlu untuk menurunkan kerangka sintaksisnya Menurut Manning 1996:35-36, pengertian struktur argumen yang diberikan Alsina 1996 lebih dilihat sebagai perwujudan semantis daripada sintaksis. Manning sendiri menempatkan persoalan struktur argumen sebagai perwujudan sintaksis. Menurutnya, struktur gramatikal dan struktur argumen adalah hasil langsung dari gramatikalisasi dua rangkaian hubungan yang berbeda Baik Alsina 1996 dan ahli lain yang melihat struktur argumen sebagai hal-ihwal semantik, maupun Manning 1996 yang melihat struktur argumen sebagai perwujudan tataran sintaksis, sama-sama mempunyai dasar pijakan teoritis yang beralasan. Kedua cara pandang ini sebenarnya mempunyai titik temu, keduanya tidak bisa berjalan sendiri tanpa keterkaitan satu dengan yang lain. Keterkaitan antara hal-ihwal semantis dengan hal-ihwal sintaksis dalam struktur argumen juga dikemukakan. oleh Van Valin Jr dan La Polla 1999 :28 yang menyebutkan bahwa istilah argumen sebenarnya merujuk ke argumen semantis argumen yang didasarkan atas sebab dan faktor semantis , sementara argumen inti core argument merupakan pengertian yang merujuk ke tataran sintaksis. Dalam penelitian ini, struktur argumen diihat secara sintaksis gramatikal dengan memperhatikan keterkaitannya sebagai wujud perihal semantis. Sebagai wujud bentuk predikat, secara lintas bahasa,oleh para ahli diperkenalkan istilah predikat sederhana simple predicate dan predikat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41 kompleks complex predicate. Predikat kompleks adalah predikat dengan banyak induk multi-headed; predikat yang tersusun lebih dari satu unsur gramatikal morfem atau kata , yang masing-masingnya menyumbangkan bagian informasi yang biasanya dikaitkan dengan induk head. Sebaliknya, predikat yang hanya terbentuk dari satu unsur gramatikal morfem atau kata yang menjadi induk head disebut sebagai predikat sederhana Ackerman dan Webelhuth 1998 dalam Jufrizal,2007:78 Ciri dan sifat-perilaku predikat sederhana ataupun predikat kompleks pada bahasa-bahasa di dunia sangat ditentukan oleh gramatika dan tipologi bahasa yang bersangkutan. Sebagai gambaran, akan dikemukakan contoh predikat sederhana dan predikat kompleks bahasa Jerman Ackerman dan Webelhuth, 1998: 174- 175 dalam Jufrizal,2007: 79. Bahasa Jerman mempunyai bentuk predikat seperti an-rufen ‘call up’Inggris; ‘menelepon’ Indonesia dan kussen ‘kiss’Inggris; ‘mencium’Indonesia. Contoh a dan b berikut memakai dua predikat dalam klausa subordinatif. Karena kedua kalimat dalam kala kini present tense, kedua predikat diungkapkan dengan kata tunggal secara morfologis. Predikat b terbentuk dari partikel an dan kata ruft a Weil die Ministerin ihren Mann kusst karena ART menteri POS3TG suami mencium ’karena menteri itu mencium suaminya’ b Weil die ministerin ihren mann an-ruft karena ART menteri POS3TG suami PAR-panggil ’karena menteri itu menelepon suaminya’ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42 Dalam bangun klausa induk utama, kedua klausa di atas dapat diungkapkan menjadi c dan d. c Die Ministerin kusst ihren mann ART menteri POS3TG suami mencium ’menteri itu mencium suaminya’ d Die ministerin ruft ihren mann an ’ART’ ’menteri’’panggil’ ’POS3TG’ ’suami’ ’PAR’ ’Menteri itu menelepon suaminya’ Dalam bahasa Inggris contoh e dan f dikatakan mempunyai predikat sederhana, sedangkan g dan h mempunyai predikat kompleks lihat Williams dalam Alsina dkk. ed.,1997: 13-15 e We go ’kami pergi’ f I believe ’saya percaya’ g I kicked over the vase ’saya menyepak jambangan’ h John put the planes together ’John menyusun pesawat-pesawat terbang itu’ Predikat e dan f hanya terdiri atas satu unsur gramatikal yang menjadi induk single headed, yaitu go dan believe. Sementara itu, predikat pada g dan h terbentuk atas lebih dari satu unsur gramatikal sebagai induk multi headed, yaitu kick over dan put together. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43 Selanjutnya mari perhatikan contoh kalimat bahasa Inggris berikut dikutip dari Alsina,1996: 4-5 ini : i the director placed the document in the drawer. j She defended the proposal. k The committee laughed. Pada contoh i,j,k berturut-turut predikatnya adalah placed, defended, dan laughed. Argumen verba placed adalah the director, the document dan in the drawer; verba defended mempunyai argumen she dan the proposal; verba laughed mempunyai argumen the committee. Jumlah dan wujud argumen-argumen itu ditentukan oleh semantik verba dan struktur sintaksis secara keseluruhannya. Hipotesis bahwa struktur argumen merupakan pertautan aspek semantis dan sintaksis berterima dalam banyak bahasa. Secara lintas bahasa wujud optimal dari sebuah klausa terdiri atas unsur- unsur yang mempredikati predicating elements dan unsur-unsur yang bukan mempredikati non predicating elements di satu sisi serta FN dan frasa adposisional frasa berpreposisi dan frasa berposposisi yang merupakan argumen predikat dan yang bukan, di sisi lain.Bangun klausa optimal tersebut dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1 Bangun optimal klausa Van ValinJr dan La Polla, 2002 :25 + argumen Bukan argumen Predikat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44 Unsur yang mempredikati, biasanya verba dan bisa pula bukan verba; misalnya ajektiva, nomina. Pada bahasa Inggris, predikat bukan verbal menghendaki kopula be atau sejenis verba kopular. Dalam bahasa Rusia, kehadiran kopula tidak diperlukan pada klausa berpredikat bukan verbal. Dalam bahasa Indonesia, kopula pada klausa berpredikat bukan verbal bukan suatu keharusan. Van Valin Jr dan La Polla , 2002; 25-27 ; Jufrizal,2007 : 76 a John is a doctor bahasa Inggris John adalah seorang dokter ‘john dokter’ b Ivan vrac bahasa Rusia ‘Ivan dokter’ c Yahya adalah dokter bahasa Indonesia Predikat membatasi unit sintaksis dalam struktut klausa, yang secara sintaksis merupakan inti nukleus. Hubungan antara unit-unit semantis dan sintaksis yang disebut oleh Van Valin Jr dan La Polla 2002: 27 sebagai unit semantis yang mendasari unit-unit sintaksis struktur klausa dirangkum dalam tabel di bawah ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45 Tabel 2 : Unsur-Unsur Semantis dan Unit Sintaksis Van Valin Jr dan LaPolla 2002 : 27 Unsur-unsur semantis unit sintaksis Predikat inti nucleus argumen dalam wujud semantis predikat argumen inti core argument Bukan argumen periferi periphery Predikat + argumen inti core Predikat + argumen + bukan-argumen klausa = core + periphery Argumen inti adalah unsur sintaksis yang kehadirannya dalam suatu klausa diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh preposisiposposisi ataupun konjungsi. Dia membeli baju di toko adalah klausa yang memiliki dua argumen inti. Argumen dia dan baju disebut argumen inti karena kehadirannya sangat diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh preposisi, postposisi maupun konjungsi. Namun di toko bukan argumen, karena kehadirannya bersifat mana suka optional dan memiliki pemarkah preposisi di

2.2.4.4 Valensi dan Ketransitifan Verba