Kemampuan Berpikir Kreatif TINJAUAN PUSTAKA

demonstrasi, bermain tebak-tebakan, bergerak dan berpindah-pindah, bermain peran dan bertukuar kunjungan dalam kelompok kelas. e. Pembelajaran berbasis kecerdasan eksistensial-spiritual Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan unutuk menempatkan diri dalam hubunganya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dan sangat kecil serta kapisitas untuk menerapkan diri dalam hubunganya denga fitur-fitur eksistensial dari suatu kondisi manusia dalam suatu karya seni. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama dan membuat respon terhadap sesuatu. Esensi teori berbasis multiple intelligences menurut Howard Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini dalam bidang tertentu untuk mendapat pengakuan Utami, 2012. Strategi ini menekankan pada aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa yang diharapkan dapat memotivasi semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa.

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil penelitian Torrace 1959, Getzels dan Jackson 1962, Yamamoto 1964 dan Munandar 1977 sebagaimana dikutip oleh Saparahayuningsih 2010, menunjukan bahwa kreativitas dan kecerdasan secara berkombinasi menentukan prestasi belajar siswa. Hal ini membuktikan hakikat pembelajaran di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kreativitas siswa dalam mencapai pretasi belajar. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan oleh seorang individu untuk membangun dan menghasilkan gagasan baru. Sedangkan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi Nuriadin dan Perbowo, 2013. Menurut Krulik dan Runik, sebagaimana diungkapkan oleh Saefuddin 2012 bahwa berpikir kreatif merupakan tingkatan tertinggi seseorang dalam berpikir, yakni dimulai dari ingatan recall, berpikir dasar basic thinking, berpikir kritis critical thinking dan berpikir kreatif creative thinking. Pengukuran kemampuan berpikir kreatif, dapat dilakukan dengan mengamati unsur-unsur sebagai berikut. a. Kelancaran fluency, yaitu kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin secara jelas. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas 1 menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan; dan 2 arus pemikiran lancar. b. Keluwesan flexibility, yaitu kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas 1 m enghasilkan gagasan yang bervariasi; dan 2 mampu mengubah cara atau pendekatan. c. Keaslian atau originalitas originality, yaitu kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang unik dan tidak biasanya. Kemampuan ini dapat diamati melalui jawaban atau solusi yang dikemukakan jarang diberikan kebanyakan orang. d. Merinci atau elaborasi elaboration, kemampuan untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasanya sehingga lebih bernilai. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas 1 mengembangkan, menambah dan memperkaya suatu gagasan; dan 2 memperinci detail-detail. Berdasar pertimbangan dalam Munandar 2009, perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif kognitif, tetapi juga sikap kreatif afektif. Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut: a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru; b. Kelenturan dalam berpikir; c. Kebebasan dalam ungkapan diri; d. Menghargai fantasi; e. Minat terhadap kegiatan kreatif f. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; g. Kemandirian dalam memberikan pertimbangan.

2.5 Tema Energi dan Kesehatan