4 Menentukan panjang interval, yaitu:
= 18,75 Untuk mengetahui kategori sikap kreatif siswa dapat dikategorikan dengan
Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kategori sikap kreatif siswa
Interval skor Kategori
81≤x 100 62≤x 81
43≤x 62 25≤x43
Sangat kreatif Kreatif
Kurang Kreatif Tidak Kreatif
Sudjana, 2005 Batas minimal
sikap kreatif siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62 pada kategori kreatif.
Untuk mengetahui kategori aktivitas motorik siswa dapat dikategorikan dengan Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kategori aktivitas motorik siswa Interval skor
Kategori 81≤x 100
62≤x 81 43≤x 62
25≤x43 Sangat Aktif
Aktif Kurang Aktif
Tidak Aktif Sudjana, 2005
Batas minimal aktivitas motorik siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62 pada kategori aktif.
3.6.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif bertujuan untuk mengukur keefektifan pembelajaran dengan melihat besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam memanfaatkan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan di uji penerapan produk. Peningkatan ini dapat dianalisis
dengan menggunakan uji gain melalui kegiatan pretest dan posttest. Menurut Hake 1999 peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus
normal gain sebagai berikut:
pre pre
post
S S
S g
100
Keterangan:
pre
S = Skor rata-rata tes awal
post
S = Skor rata-rata tes akhir
Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi :
0,7 atau dinyatakan dalam persen 70 Sedang : 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 ≤ ≤70
Rendah : 0,3 atau dinyatakan dalam persen 30
Batas minimal LKS IPA berbasis multiple intelligences ini dapat dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan skor rata-rata N-gain
sebesar 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30≤ ≤70 pada kategori sedang.
Pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai hasil belajar siswa mencapai 65 secara individual dan pembelajaran dianggap berhasil secara klasikal jika hasil
belajar siswa mencapai ≥85 Mulyasa, 2007. Rumus yang digunakan
diadaptasi dari Depdiknas 2003 dalam Septiani 2013 adalah seagai berikut:
Penerapan LKS IPA berbasis multiple intelligences dapat dikatakan efektif jika minimal 85 dari seluruh
siswa mendapat nilai ≥ KKM 75.
38
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian pengembangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2014 - 3 Juni 2014 di SMP Negeri 1 Batangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik dan kelayakan pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences sebagai bahan ajar IPA di SMP pada kelas VII kurikulum 2013.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA. Penelitian pengembangan LKS ini dilakukan sesuai prosedur penelitian yang
dimodifikasi dari model pengembangan Sugiyono 2010. Hasil penelitian pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences
yang diterapkan pada tema energi dan kesehatan ini meliputi 1 deskripsi penelitian, 2 hasil pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences, 3
hasil penilaian kelayakan LKS, 4 keefektifan pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran IPA. Adapun hasil pengolahan dan
analisis data dapat diuraikan sebagai berikut.
4.1.1 Deskripsi Penelitian
Penelitian pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan berdasarkan observasi awal tentang keterbutuhan bahan ajar LKS dalam
mendukung pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Batangan. Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu pemilihan lima kecerdasan dominan siswa,
penyusunan produk, uji skala kecil, uji skala besar dan uji penerapan produk. Tahapan awal dalam pengembangan LKS IPA berbasis multiple
intelligences adalah pemilihan lima kecerdasan dominan siswa sebagai fokus penelitian. Pada dasarnya setiap siswa memiliki sembilan kecerdasan majemuk
yang melekat pada dirinya, tetapi hanya beberapa kecerdasan yang dominan. Pemilihan kecerdasan ini dilakukan berdasarkan tes identifikasi kecerdasan