Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil uji gain nilai pretest dan posttest No
Indikator Berpikir Kreatif
Rata-rata skor Nilai
N-gain Kriteria
Pretest Posttest
1 Berpikir Lancar
81,67 95,83
0,77 Tinggi
2 Berpikir Luwes
36,49 80,7
0,70 Sedang
3 Berpikir Orisinal
13,92 78,63
0,75 Tinggi
4 Berpikir Elaborasi
33,64 75,45
0,63 Sedang
Rata-rata total 41,43
82.65 0,71
Tinggi Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari uji gain sebesar 0,71 sehingga dapat disimpulkan peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa memiliki kriteria tinggi .
Kemampuan berpikir lancar memperoleh skor N-gain dengan peningkatan tertinggi sebesar 0,77, kemudian kemampuan
berpikir orisinal memperoleh skor sebesar 0,75 dengan kriteria tinggi, kemampuan berpikir luwes memperoleh skor sebesar 0,70 dengan kriteria sedang
dan kemampuan berpikir elaborasi memperoleh skor sebesar 0,63 dengan kriteria sedang.
4.1.4.2. Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa
Observasi sikap kreatif siswa digunakan untuk mengetahui sikap keatif siswa selama proses pembelajaran pada uji coba penerapan di kelas VII A.
Penilaian ini dilakukan oleh dua observer menggunakan lembar observasi dengan lima aspek sikap kreatif, yaitu
1 keterbukaan terhadap pengalaman baru; 2 kebebasan dalam ungkapan diri; 3 minat terhadap kegiatan kreatif, 4
kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan 5 menghargai fantasi. Observer
menilai sikap kreatif siswa selama proses pembelajaran. Perbandingan hasil
observasi sikap kreatif siswa pada setiap pertemuan disajikan dalam Tabel 4.15. Tabel 4.15 Perbandingan hasil observasi sikap kreatif siswa
No Pertemuan
Jumlah persentase Kriteria
1 Pertemuan 1
78,83 Kreatif
2 Pertemuan 2
80,33 Kreatif
3 Pertemuan 3
82 Sangat Kreatif
4 Pertemuan 4
83,83 Sangat Kreatif
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15
Hasil analisis data observasi sikap kretaif siswa pada pertemuan 1 diperoleh rerata skor sebesar 78,83 dengan kriteria kreatif, kemudian pada pertemuan 2
diperoleh rerata skor sebesar 80,33 dengan kriteria kreatif, pada pertemuan 3 diperoleh rerata skor sebesar 82 dengan kriteria sangat kreatif dan pertemuan 4
diperoleh rerata skor sebesar 83,83 dengan kriteria sangat kreatif. Setiap pertemuan mengalami peningkatan persentase sikap kreatif. Peningkatan ini dapat
dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Hasil observasi sikap kreatif siswa
4.1.4.2. Hasil Observasi Aktivitas Motorik Siswa
Observasi aktivitas komotorik siswa digunakan untuk mengetahui keterampilan motorik siswa dalam penggunaan LKS selama proses pembelajaran
pada uji coba penerapan di kelas VII A. Penilaian ini dilakukan oleh observer menggunakan lembar observasi dengan empat aspek aktivitas motorik, yaitu
persiapan alat dan bahan sesuai petunjuk LKS, ketepatan dalam melakukan prosedur ilmiah, ketepatan dalam menyelesaikan tugas dan komunikasi ilmiah.
Perbandingan hasil observasi aktivitas motorik siswa pada setiap pertemuan disajikan dalam Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Perbandingan hasil observasi aktivitas motorik siswa No
Pertemuan Jumlah persentase
Kriteria 1
Pertemuan 1 80,21
Aktif 2
Pertemuan 2 83,75
Sangat Aktif 3
Pertemuan 3 88,34
Sangat Aktif 4
Pertemuan 4 90,10
Sangat Aktif Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16
78.83 80.33
82 83.83
76 78
80 82
84 86
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3 Pertemuan 4
Hasil analisis data observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 diperoleh rerata skor sebesar 80,21 dengan kriteria aktif, kemudian pada
pertemuan 2 diperoleh rerata skor sebesar 83,75 dengan kriteria sangat aktif, pada pertemuan 3 diperoleh rerata skor sebesar 88,34 dengan kriteria sangat
aktif dan pertemuan 4 diperoleh rerata skor sebesar 90,10 dengan kriteria sangat aktif. Setiap pertemuan mengalami
peningkatan persentase aktivitas. Peningkatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Hasil observasi aktivitas siswa
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Dan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple
Intelligences
LKS merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami dan menemukan konsep dalam proses pembelajaran
Susilowati, 2013. Pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan berdasarkan tuntutan kurikulum dan analisis kebutuhan bahan ajar di
SMP Negeri 1 Batangan yang mengharuskan pembelajaran IPA dilaksanakan secara integrated science dan berbasis pada karakteristik siswa. Namun, pada
penerapannya di lapangan, LKS yang dibuat sendiri oleh guru IPA masih terpisah antara LKS IPA fisika dan LKS IPA biologi sesuai dengan latar belakang guru
yang mengajar belum dapat mengoptimalkan potensi siswa. LKS yang digunakan selama ini sudah berfungsi sebagai petunjuk dalam
menemukan konsep, tetapi kegiatan pembelajaran yang disajikan dalam LKS kurang bervariasi, yaitu lebih didominasi dengan kegiatan yang mengembangkan
80,21 83,75
88,02 90,10
76 78
80 82
84 86
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4