digunakan melebihi alokasi jam pembelajaran sampai 12 menit. Suasana kelas kurang terkontrol saat siswa akan melakukan presentasi kreatif.
Evaluasi pada implementasi LKS ini adalah pada pertemuan keempat tentang manajemen waktu.
Siswa masih belum terbiasa presentasi di depan kelas sehingga menghabiskan banyak waktu untuk persiapan.
Sementara itu, kecerdasan eksistensial-spiritual dikembangkan melalui pencerminan nilai kehidupan dari artikel ilmiah dan pertanyaan kreatif. Menurut
Yaumi 2012, aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan
kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama
dan membuat respon terhadap nilai kehidupan. Pada Pertemuan pertama dan keenam dilaksanakan pretest dan posttest
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menggunakan LKS selama pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang dibuat sesuai
indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal dan keterampilan
berpikir elaborasi. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan merupakan penunjang dalam
pembangunan konsp IPA melalui aktivitas kreatif, seperti membuat proyek sederhana, gagasan inovatif, menyusun diagram dan presentasi kreatif, sesuai
dengan kecerdasan dan potensi yang dimiliki siswa. Shanahan 2009 menyatakan bahwa aktivitas pendorong kreativitas siswa dapat dilakukan dengan kegiatan
painting menggambar, membuat pola engeneering design dan drama dramatic presentation.
4.2.2 Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences
Penilaian kelayakan LKS dapat diukur melalui validasi pakar dan angket tanggapan siswa. Validasi pakar merupakan penilaian kelayakan LKS yang
dilakukan oleh pakar yang berkompeten dibidangnya dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari BSNP. Validasi kelayakan yang telah
dilakukan mencakup penilaian kelayakan komponen penyajian, komponen bahasa dan komponen isi.
Validasi kelayakan penyajian dinilai oleh tiga pakar, yaitu satu dosen IPA Unnes, Dra. Woro Sumarni, M.Si. dan dua guru IPA dari SMP Negeri 1
Batangan, Suwarno, S.Pd. dan Drs. Juari. Instrumen penilaian diadaptasi dari BSNP yang telah disesuaikan dengan karakteristik LKS yang dikembangkan.
Penilaian kelayakan penyajian LKS dilakukan dua tahap, tahap I dan tahap II. Penilaian tahap I merupakan penilaian mengenai kelengkapan komponen
yang terdapat dalam LKS. Kelengkapan LKS tahap 1 sejalan dengan Prastowo 2012 dimana LKS merupakan bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas yang
terdiri atas enam unsur utama, meliputi 1 judul, 2 petunjuk belajar; 3 kompetensi dasar atau materi pokok, 4 informasi pendukung, 5 tugas atau
langkah kerja, dan 6 penilaian. Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penilaian pakar terhadap LKS IPA berbasis multiple intelligences menunjukan bahwa semua butir
penilaian mendapat respon positif. Hal tersebut dikarenakan semua butir komponen telah terpenuhi dan komponen yang terdapat dalam LKS sudah
lengkap. Oleh karena itu, LKS dapat dinyatakan lolos pada penilaian tahap I. Pada penilaian tahap I tidak ada saran dari ahli untuk revisi sehingga bisa dilanjutkan
pada penilaian kelayakan LKS tahap II. Penilaian kelayakan LKS tahap II mencakup pendukung penyajian materi dan
penyajian pembelajaran. Aspek yang dinilai antara lain: konsistensi sistematika LKS, kesesuaian penyajian kegiatan pembelajaran dengan lima kecerdasan yang
dikembangkan, penyajian teks dan gambar disertai rujukan, adanya variasi stimulus, penyajian penugasan secara kreatif dan penulisan daftar pustaka. Aspek
tersebut berisi butir-butir penilaian yang telah mendapat respon positif oleh pakar. Aspek pertama, konsistensi sistematika LKS. Secara umum ketiga pakar
memberikan skor yang baik. Pakar I dan III memberikan skor 4, sedangkan pakar II memberikan skor 3. Hal ini berarti sistematika penyajian pada setiap LKS
sudah lengkap dan runtut. Bagian yang perlu direvisi adalah pada halaman 1, yakni pada bagian tujuan dan indikator pembelajaran hendaknya dihilangkan atau
jumlah butirnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dituliskan pada awal setiap LKS. Setelah direvisi, bagian tujuan dan indikator pembelajaran pada
halaman 1 dihilangkan.
Aspek kedua, kesesuaian penyajian kegiatan pembelajaran dengan lima kecerdasan yang dikembangkan. Berdasar penelitian Bas dan Beyhan 2010, teori
multiple intelligences dapat diterapkan melalui kegiatan yang sesuai dengan kecerdasan siswa. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar I
dan III memberikan skor 4, sedangkan pakar II memberikan skor 3. Hal ini berarti penyajian LKS sudah dapat menggambarkan karakteristik kelima kecerdasan yang
dapat dilihat melalui simbol setiap kecerdasan. Aspek ketiga, penyajian teks dan gambar disertai rujukan. Penilaian pakar memberikan skor maksimum, yaitu 4,
menandakan penyajian teks dan gambar sudah disertai penulisan rujukan yang baik. Simbol ini digunakan untuk mempermudah siswa memahami kecerdasan
yang dikembangkan Utami, 2012. Aspek keempat, adanya variasi stimulus. Secara umum ketiga pakar
memberikan skor yang baik. Pakar I dan III memberikan skor 3, sedangkan pakar II memberikan skor 4. Rohaeti dkk 2009 mengungkapkan bahwa penyajian LKS
sebaiknya lebih menekankan pada penemuan konsep dan variasi stimulus melalui kegiatan pembelajaran yang komunikatif. Variasi stimulus ini bertujuan untuk
memandu siswa dalam berpikir logis, seperti “Apa yang Kalian Pikirkan?”;
melakukan kerja ilmiah, seperti “Ayo Lakukan”; mengamati kerja ilmiah, seperti
“Ayo Amati”; mencari informasi lebih luas, seperti “Ayo Cari Tahu”; dan berpikir kreatif
, seperti “Zona Kreativitas”. Bagian yang perlu direvisi adalah konsistensi penggunaan font yang jelas dan menarik. Setelah direvisi, penulisan stimulus ini
disajikan dengan font CCSmashOpen. Aspek kelima, penyajian penugasan secara kreatif. Secara umum ketiga
pakar memberikan skor yang baik. Pakar I dan II memberikan skor 4, sedangkan pakar III memberikan skor 3. Tugas kreatif diberikan pada setiap kegiatan LKS
dengan berbasis masalah. Tujuannya adalah untuk mengakomodasikan siswa untuk memberdayakan keterampilan berpikir kreatifnya melalui interprestasi
fenomena atau demonstrasi Purnamaningrum dkk, 2012. Hal ini dapat dilihat pada LKS 1, tugas kreatif yang disajikan adalah diskusi dan penggalian informasi
tentang krisis energi dan membuat karya kreatif dalam menanggapi krisis energi dalam kehidupan. Tugas kreatif ini dapat menggali keterampilan berpikir lancar,
luwes dan orisinal. Pada LKS 2, siswa diberikan tugas untuk mencari info kesehatan tentang penyakit kekurangan gizi dan membuat karya kreatif dalam
menanggapi penyakit gizi yang mewabah dalam kehidupan. Tugas kreatif ini dapat menggali keterampilan berpikir luwes dan orisinal. Pada LKS 3, siswa
diberikan tugas untuk membuat rancangan presentasi kreatif untuk ditampilkan pada pertemuan selanjutnya tentang sistem pencernaan makanan. Tugas kreatif ini
dapat menggali keterampilan berpikir elaborasi dan orisinal. Penugasan kreatif berbasis kecerdasan siswa
merupakan sarana untuk membantu siswa mengenal kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Ayriza, 2011.
Aspek keenam, penulisan daftar pustaka. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar II dan III memberikan skor 4, sedangkan pakar I memberikan skor
3. Hal ini berarti penulisan daftar pustaka pada LKS sudah lengkap dan benar. Hal yang perlu direvisi adalah penambahan sumber artikel pada daftar pustaka. Secara umum,
penyajian LKS sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari skor penilaian rata-rata dari tiga pakar, yaitu 3,67. Berdasarkan penilaian BSNP, LKS ini dapat dikatakan layak untuk
digunakan.
Validasi kelayakan bahasa dinilai oleh tiga pakar, yaitu satu dosen IPA Unnes, Stephanai Diah P, S.S., M.Hum. serta dua guru IPA dari SMP Negeri 1
Batangan, Karti Indarmi, S.Pd. dan Bambang Sukamto, S.Pd. Instrumen penilaian diadaptasi dari BSNP yang telah disesuaikan dengan karakteristik LKS yang
dikembangkan. Penilaian kelayakan penyajian LKS dilakukan dua tahap, tahap I dan tahap II.
Penilaian tahap I merupakan penilaian mengenai kelengkapan komponen yang terdapat dalam LKS. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil penilaian pakar terhadap
LKS IPA berbasis multiple intelligences menunjukan bahwa semua butir penilaian mendapat respon positif. Hal tersebut dikarenakan semua butir komponen telah
terpenuhi dan komponen yang terdapat dalam LKS sudah lengkap. Oleh karena itu, LKS dapat dinyatakan lolos pada penilaian tahap I. Pada penilaian tahap I
tidak ada saran dari ahli untuk revisi sehingga bisa dilanjutkan pada penilaian kelayakan LKS tahap II.
Penilaian kelayakan LKS tahap II mencakup kesesuaian penggunaan bahasa LKS. Aspek yang dinilai antara lain: kesesuaian bahasa dengan tingkat
perkembangan emosional siswa, kesesuaian ilustrasi dengan substansi lingkuangan sekitar, kemampuan memotivasi siswa dengan melibatkan lima
kecerdasan yang dikembangkan, ketepatan struktur kalimat, keutuhan makna dan konsistensi penggunaan istilah. Aspek tersebut berisi butir-butir penilaian yang
telah mendapat respon positif oleh pakar. Aspek pertama, kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan emosional
siswa. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar I,II, dan III memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berrti bahasa yang digunakan dalam
LKS sederhana, menarik dan mudah dipahami sesuai dengan tingkat perkembangan emosional siswa tingkat SMP. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Arafah dkk 2012 bahwa LKS dikatakan valid dapat ditinjau dari penilaian pakar dengan skor maksimum pada tata urutan pelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa dan sumber bacaan yang sesuai dengan jangkauan keterbacaan siswa.
Aspek kedua, kesesuaian ilustrasi dengan substansi lingkuangan sekitar. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar I, II, dan III
memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti ilustrasi yang digunakan sebagai pengantar konsep sudah sangat baik disajikan pada LKS. Ilustrasi yang
digunakan berupa artikel sains dan mini kartun IPA yang disesuaikan secara faktual. Aspek ketiga, ketepatan struktur kalimat. Secara umum ketiga pakar
memberikan skor yang sangat baik. Pakar I, II, dan III memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti penggunaan kalimat dalam LKS sudah sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Aspek keempat, keutuhan makna. Secara umum ketiga pakar memberikan
skor yang baik. Pakar I dan III mendapatkan skor 4, sedangkan pakar II mendapatkan skor 3. Hal ini berarti penggunaan bahasa LKS telah dapat
menggambarkan makna sesuai konsep tema yang dikembangkan. Bagian yang perlu direvisi adalah ketepatan penggunaan tanda baca koma , pada sub judul.
Aspek kelima, kemampuan memotivasi siswa dengan melibatkan lima
kecerdasan. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang sangat baik. Pakar I,II, dan III memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti penggunaan
bahasa dalam LKS mampu memotivasi siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Aspek keenam, konsistensi penggunaan istilah. Secara umum ketiga pakar
memberikan skor yang baik. Pakar I dan II mendapatkan skor 4, sedangkan pakar III mendapatkan skor 3. Hal ini berarti penggunaan bahasa LKS sudah
menggunakan istilah yang konsisten dalam menggambarkan suatu konsep. Hal yang perlu direvisi adalah penggunaan kata ganti kamu diganti dengan kalian
yang berarti kata ganti orang kedua jamak. Secara umum, bahasa LKS sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari skor penilaian rata-rata dari tiga pakar, yaitu 3,89.
Berdasarkan penilaian BSNP, LKS ini dapat dikatakan layak untuk digunakan. Validasi kelayakan isi dinilai oleh tiga pakar, yaitu satu dosen Biologi
FMIPA Unnes, Dra. Retno Sri Iswari, SU., dan dua guru IPA dari SMP Negeri 1 Batangan, Hendro Suryono, S.Pd. dan Suci Murni, S.Pd. Instrumen penilaian
diadaptasi dari BSNP yang telah disesuaikan dengan karakteristik LKS yang dikembangkan. Penilaian kelayakan penyajian LKS dilakukan dua tahap, tahap I
dan tahap II. Penilaian tahap I merupakan penilaian mengenai kelengkapan komponen
yang terdapat dalam LKS. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil penilaian pakar terhadap LKS IPA berbasis multiple intelligences menunjukan bahwa semua butir penilaian
mendapat respon positif. Hal tersebut dikarenakan semua butir komponen telah terpenuhi dan komponen yang terdapat dalam LKS sudah lengkap. Oleh karena
itu, LKS dapat dinyatakan lolos pada penilaian tahap I. Pada penilaian tahap I tidak ada saran dari ahli untuk revisi sehingga bisa dilanjutkan pada penilaian
kelayakan LKS tahap II. Penilaian kelayakan LKS tahap II mencakup kesesuaian materi LKS. Aspek
yang dinilai antara lain: kesesuaian isi LKS dengan KI dan KD, kesesuaian isi LKS dengan tema yang dikembangkan, rujukan termassa, mendorong siswa untuk
mencari informasi lebih jauh, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual, mengembangkan kecerdasan
visual-spasial, mengembangkan
kecerdasan jasmaniah-kinestetik,
mengembangkan kecerdasan interpersonal dan mengembangkan kecerdasan logis- matematis. Aspek tersebut berisi butir-butir penilaian yang telah mendapat respon
positif oleh pakar. Aspek pertama, kesesuaian isi LKS dengan KI dan KD. Secara umum ketiga
pakar memberikan skor yang baik. Pakar I memberikan skor 3, sementara Pakar II dan III memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti materi LKS sudah
sesuai denan KI dan KD. Bagian yang perlu direvisi adalah penambahan item KI dan KD disesuaikan dengan aspek yang diukur dalam pembelajaran, tidak hanya
mencantumkan KI dan KD aspek pengetahuan. Kemudian penulisan indicator kurang tepat, sehingga harus diperbaiki. Aspek kedua, kesesuaian isi LKS dengan
tema yang dikembangkan. Pakar I dan III memberikan skor 3, sementara Pakar II memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti materi LKS sdah sesuai
dengan tema energi dan kesehatan. Bagian yang perlu direvsi adalah pada peta materi sebaiknya ditambahkan item diagram yang menghubungkan proses
pencernaan makanan sampai menghasilkan energi agar sesuai tema. Aspek ketiga, rujukan termassa. Secara umum ketiga pakar memberikan
skor yang baik. Pakar I memberikan skor 3, sementara Pakar II dan III memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti materi LKS sudah
menggunakan referensi pengetahuan keterkinian. Bagian yang perlu dievisi adalah penggantian materi sistem metabolisme pencernaan pada LKS 3, karena
disesuaikan dengan perkembangan emosional siswa. Oleh karena itu, sebaiknya LKS 3 menggunakan diagram sistem pencernaan makanan yang dihubungkan
dengan penghasilan energi. Mirrota dkk 2014 berpendapat bahwa pembuatan LKS harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dan ranah berpikir siswa
dan memiliki instruksi yang jelas untuk menggiring daya pikir siswa menuju kompetensi yang harus mereka kuasai.
Aspek keempat, mendorong siswa untuk mencari informasi lebih jauh. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar I memberikan skor
4, sementara Pakar II dan III memberikan skor 3. Hal ini berarti materi LKS sudah dapat mendorong rasa ingin tahu siswa. Safitri dkk 2013 menjelaskan bahwa
pembelajaran berbasis kecerdasan dominan siswa dapat memotivasi siswa untuk
belajar lebih aktif dalam menerima dan mengolah informasi yang diperolehnya. Bagian yang perlu direvisi adalah penambahan cara kerja pada LKS 2 sebaiknya
disertakan petunjuk warna kontrol positif pada uji coba. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa tingkat SMP dalam pengamatan. Aspek kelima,
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Ketiga pakar memberikan skor maksimum, yaitu 4.
Hal ini berarti materi LKS sudah mampu mengantarkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Aspek keenam, mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Ketiga pakar memberikan skor
maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti materi LKS sudah dapat mengembangkan kecerdasan eksistensial-
spiritual, dapat dilihat pada kolom “Oh Ternyata” yang mengajak siswa untuk senantiasa mengingatkan bersyukur kepada Tuhan, serta
pada kolom pertanyaan “Ayo Cari Tahu” yang mendorong siswa untuk menggali nilai-nilai kehidupan setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Ayriza 2011,
pengoptimalan kecerdasan eksistensial-spiritual diantaranya dapat dilakukan dengan membelajarkan siswa untuk mensyukuri nikmat dari Tuhan dan mengajak
siswa belajar dari pengalaman. Aspek ketujuh, mengembangkan kecerdasan interpersonal. Secara umum
ketiga pakar memberikan skor yang baik. Ketiga pakar memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti, materi LKS sudah dapat mengembangkan
kecerdasan interpersonal, dapat dilihat pada kegiatan inti LKS 1 yang menuntut kerjasama yang baik untuk menyelesaikan proyek, serta pada LKS 3 yang
membutuhkan komunikasi dan kerjasama kelompok yang baik dalam merancang dan melakukan presentasi kreatif. Aspek kedelapan, mengembangkan kecerdasan
visual-spasial. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Ketiga pakar memberikan skor maksimum, yaitu 4. Hal ini berarti, materi LKS sudah
dapat mengembangkan kecerdasan visual-spasial, dapat dilihat pada kolom “Kartun IPA Pintar” yang mengantarkan materi dengan gambar, kemudian
penugasan kreatif dengan gambar dan foto, pengamatan warna pada LKS 2 dan penyusunan diagram pada LKS 3.
Aspek kesembilan, mengembangkan kecerdasan logis-matematis. Secara umum ketiga pakar memberikan skor yang baik. Pakar I dan II memberikan skor
3, sedangkan pakar III memberikan skor 4. Hal ini berarti, materi LKS sudah dapat mengembangkan kecerdasan logis-matematis. Bagian yang perlu direvisi
adalah penajaman materi LKS pada LKS 1 dan LKS 2. Aspek kesepuluh, mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik. Secara umum ketiga pakar
memberikan skor yang baik. Pakar I dan II memberikan skor 4, sedangkan pakar III memberikan skor 3. Hal ini berarti, materi LKS sudah dapat mengembangkan
kecerdasan jasmaniah-kinestetik, dapat dilihat pada kegiatan dan penugasan LKS 1 dan 3 yang melibatkan kegiatan fisik. Secara umum, bahasa LKS sudah baik.
Hal ini dapat dilihat dari skor penilaian rata-rata dari tiga pakar, yaitu 3,70. Berdasarkan penilaian BSNP, LKS ini dapat dikatakan layak untuk digunakan.
Berdasarkan penilaian dari ketiga ahli, LKS IPA berbasis multiple intelligences yang telah dinilai menggunakan instrumen kelayakan BSNP dinilai
sudah representatif untuk diterapkan pada siswa. Hal itu karena LKS yang dikembangkan sudah layak dalam aspek komponen isi, bahasa, penyajian dan
kegrafikan. Kelayakan pengembangan LKS selain diukur dari penilaian pakar, juga ditentukan dari tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan LKS IPA
berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran IPA. Tanggapan siswa diperoleh dari tanggapan siswa pada uji skala kecil, skala besar dan skala
penerapan. Tanggapan guru diperoleh dari dua guru IPA terhadap penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA.
Uji coba skala kecil merupakan uji coba LKS pada sampel yang jumlahnya terbatas. Uji coba skala kecil ini dilakukan pada kelas VIII B dengan jumlah 10
siswa. Uji coba skala kecil ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan LKS sebelum digunakan pada skala besar. Berdasarkan Tabel 4.11, angket tanggapan siswa
terhadap LKS IPA berbasis multiple intelligences mendapat tanggapan baik oleh siswa. Hal tersebut terlihat dari data angket yang menunjukan persentase rata-rata
sebesar 76,25. Berdasarkan hasil tanggapan tersebut diketahui siswa memberikan respon positif terhadap LKS yang telah dikembangkan. Ketertarikan
dan tanggapan positif yang ditunjukkan siswa ini dipengaruhi adanya inovasi baru
dengan variasi kegiatan yang disajikan secara kreatif dalam LKS. Namun, beberapa perlu direvisi terkait kejelasan karakter multiple intelligences.
Uji coba skala besar adalah uji coba pengembangan LKS pada sampel yang jumlahnya lebih banyak, pada tahap ini sama pula dengan yang dilakukan uji coba
skala kecil hanya saja pada jumlah sampel yang berbeda. Sampel yang digunakan pada uji coba skala besar adalah kelas VII B dengan jumlah siswa sebanyak 30
anak. Uji coba skala besar ini bertujuan untuk menguji kelayakan LKS final yang dapat diterapkan pada kelas penerapan melalui angket tanggapan siswa.
Berdasarkan Tabel 4.11, angket tanggapan siswa terhadap LKS IPA berbasis multiple intelligences dapat diketahui bahwa hasil angket tanggapan uji coba skala
besar mengalami peningkatan sebesar 9,54 dibandingkan hasil uji coba skala kecil. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket tanggapan uji coba skala besar
menunjukan persentase rata-rata sebesar 85,69. Penggunaan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada kelas penerapan
mengambil sampel dari kelas VII A sebanyak 30 siswa. Hasil tanggapan siswa terhadap LKS dapat dilihat pada Tabel 4.11, mengalami peningkatan sebesar
2,39 dari uji skala besar diperoleh rerata skor persentase sebesar 88,02 dengan kriteria sangat baik. Hal ini sesuai dengan temuan Mirrota dkk 2014 dengan
respon ketertarikan siswa terhadap LKS sebesar 100 karena kegiatan LKS melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan konsep dan bekerja dengan
kelompok. Respon positif siswa diperoleh dari tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS sebagai bahan ajar kreatif yang menyenangkan dengan
persentase sebesar 87,93. Respon ini menunjukan ketertarikan dan tingginya minat siswa dalam menguasai konsep energi dengan LKS. Prastowo 2012
berpendapat bahwa keberadaan LKS yang kreatif dan inovatif menjadi motivasi siswa karena dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Angket tanggapan guru terhadap penggunaan LKS diberikan pada dua guru
IPA. Hasil tanggapan guru dapat dilihat pada Tabel 4.12, diperoleh rata-rata persentase total sebesar 92,5 dengan kriteria sangat baik. Tanggapan guru
terhadap penggunaan LKS diperoleh bahwa LKS yang digunakan menarik dan
layak diterapkan dalam pembelajaran. Hasil pengembangan LKS ini mendapat respon positif dengan pemberian skor maksimum, yaitu 4, pada pernyataan
kegiatan dan penugasan dalam LKS berbasis multiple intelligences dapat membantu siswa memahami materi melalui kegiatan yang menyenangkan, variatif
dan berpusat pada siswa. Sesuai dengan penelitian Arafah dkk 2012, dari hasil angket tanggapan guru menyatakan bahwa LKS dikembangkan dengan
sistematika dan tujuan yang jelas guna mempermudah siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran untuk memahami materi animalia melalui gambar dan
bahasa penyampai pesan yang efektif. Selanjutnya, saran dari guru IPA 1, yaitu menambahkan percobaan ketapel untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
besarnya energi potensial benda pada LKS 1. Secara keseluruhan, LKS IPA berbasis multiple intelligences dinyatakan
layak untuk diimplementasikan dalam pembelajaran IPA kelas VII berdasarkan penilaian pakar serta angket tanggapan siswa dan guru. Hal ini sesuai dengan
temuan Septiani 2013 yang juga mengembangkan LKS berbasis multiple intelligences pada materi pertumbuhan dan perkembangan dengan aspek
kelayakan isi memperoleh skor 96,87 dan kelayakan media 89,56.
4.2.3 Keefektifan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligence