PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA TEMA ENERGI DAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(1)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS

MULTIPLE

INTELLIGENCES

PADA TEMA ENERGI DAN

KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Frieda Wijayanti

4001410013

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Agustus 2014

Frieda Wijayanti NIM 4001410013


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 19 Agustus 2014

Semarang, Agustus 2014 Pembimbing

Arif Widiyatmoko, M.Pd 198412152009121006


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kreatif Siswa disusun oleh

Frieda Wijayanti 4001410013

telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 19 Agustus 2014

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Prof. Dr. Sudarmin,

196310121988031001 1966012319920310

Ketua Penguji

Prof. Dr. Hartono, M.Pd 196108101986011001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Penguji II Pembimbing

Parmin, M. Pd Arif Widiyatmoko, M.Pd

197901232006041003 198412152009121006


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan mimpi-mimpinya (E. Roosevelt).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, Mbak, Mas, Raka kecil, Keluarga Besarku

2. Sahabat Terhebatku: Hida, Elyn, Erna, Risa, Feri, Danang, A. Bayu, Lilik, Imah, Anif, Wulandari

3. Sahabat Tersuperku: Intan, Yuyun, Novi dan Teman Seperjuanganku, Arek Pendidikan IPA 2010

4. Rumah Terbaikku: Keluarga Joven 1, Keluarga Manuver BEM FMIPA, Laskar Think Smart, Keluarga JODY!, Gank Geje PPL Spenalan (Vivin, Akhyar, Shofa, Chatarina), Keluarga SMP Negeri 9 Magelang, Keluarga SMP Negeri 1 Batangan

5. Almamater Tercintaku: Universitas Negeri Semarang 6. Inspirasi Teristimewaku: Denting Sang Pagi yang

selalu memberikan harapan, Serta orang-orang yang berani menaklukkan mimpi-mimpinya

7. Baktiku: Indonesiaku


(6)

vi

PRAKATA

Alhamdulillah. Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak lepas dari bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., selaku Ketua Jurusan IPA Terpadu.

3. Arif Widiyatmoko, M.Pd., sebagai dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

4. Prof. Dr. Hartono, M.Pd. dan Parmin, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan IPA Terpadu Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan semangat dan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Hendro Suryono, S.Pd. dan Suci Murni, S.Pd., selaku guru IPA kelas VII di SMP Negeri 1 Batangan dan validator produk yang selalu memberikan semangat dan pengarahan serta berkenan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Dr. Woro Sumarni, M.Si., Stephani Diah Pamelasari, S.S., M.Hum. dan Dr. Retno Sri Iswari, SU, selaku dosen validator produk yang memberikan arahan, saran dan masukan yang berguna untuk penyempurnaan produk.

8. Suwarno, S.Pd., Drs. Juari, Karti Indarmi, S.Pd. dan Bambang Sukamto, S.Pd., selaku validator produk yang memberikan arahan, saran dan masukan yang berguna untuk penyempurnaan produk.


(7)

vii

9. Susanto, S.Pd., M.M., selaku Kepala SMP Negeri 1 Batangan yang telah berkenan membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam pelaksanaan penelitian.

10. Keluarga besar SMP Negeri 1 Batangan yang telah bekerja sama dalam membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA angkatan 2010, atas hari-hari perjuangan yang hebat selama 4 tahun yang luar biasa ini.

12. Semuah pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan. Terima Kasih.

Semarang, Agustus 2014


(8)

viii

ABSTRAK

Wijayanti, Frieda. 2014. Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Tema Energi Dan Kesehatan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa. Skripsi, Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

Kata Kunci: LKS, Multiple Intelligences, Kemampuan Berpikir Kreatif

Proses pembelajaran IPA ditingkat SMP dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan (integrative science), sehingga setiap guru IPA harus memiliki kompetensi dalam membelajarkan IPA secara terpadu. Keterpaduan ini meliputi integrasi dalam bidang IPA dapat ditunjukan melalui LKS. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Batangan, LKS yang digunakan belum dapat mengoptimalkan kecerdasan siswa serta belum menunjukan keterpaduan konsep IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kelayakan dan keefektifan LKS dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa LKS ini dikembangkan berdasarkan lima kecerdasan dominan siswa, yakni kecerdasan logis-matematis, jasmaniah-kinestetik, visual-spasial, interpersonal dan eksistensial-spiritual. Pengembangan LKS IPA berbasis multiple inteeligences ini dinyatakan layak sesuai instrumen BSNP dengan rata-rata skor validasi komponen isi 3,70, komponen kebahasaan 3,87 dan komponen penyajian 3,67. Penerapan LKS IPA berbasis multiple inteeligences diukur dengan uji gain dengan nilai peningkatan sebesar 0,71 berkriteria tinggi. Kemudian sikap kreatif pada setiap pertemuan mengalami peningkatan dengan skor rata-rata ≥62%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada penerapan LKS IPA berbasis


(9)

ix

ABSTRACT

Wijayanti, Frieda. 2014. Development of Science Worksheet Based Multiple Intelligences Energy And Healthness Theme To Increase Student Creative

Thinking Skill. Final Project, Science Education Program, Faculty of Mathematics

and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

Keyword: Student Worksheet, Multiple Intelligences, Creative Thinking Skill

The process of science learning for the junior high in 2013 implemented based integerated science curiculum, so every science teacher should have competence to teach it. This integration can be shown by student worksheets. Based on the observation in SMP Negeri 1 Batangan, it was that use student worksheet for science activity. It is not yet optimalization for student multiple intelligences and creativity, also unknown integrated science concept about it. This research aims to determine characteristics, the feasibility and effectiveness of multiple intelligences-science worksheet. This research used of Research and Development (R&D) design. The result is it develope based on five multiple intelligences for students. They are logic-matematic, kinestethic, visual-spacial, interpersonal and exsistensial-spiritual intelligences. Based on the results of the study it was found on that the feasibility of multiple-intelligences student worksheet showed eligible criteria based on BSNP with average score of content validation is 3.70, then average score of linguistic validation is 3.87 and average score of presentation validation is 3.67. Based on implementation, it was that multiple intelligences-science worksheet found the results indicate that the increase creative thinking skill in learning outcomes with N-gain was 0.71 with a high criteria. Then, creative attitude of student is increase for every meeting with average score ≥62%. This shows an increase in students' creative thinking skill for the application of science-based multiple intelligences-worksheets, so this worksheet declared effective.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Penegasan Istilah ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa ... 9

2.1.1 LKS Sebagai Bahan Ajar IPA ... 9

2.1.2 Pengembangan LKS IPA ... 11

2.2 Pembelajaran IPA Di Kurikulum 2013 ... 13

2.3 Multiple Intelligences ... 15

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif ... 18

2.5 Tema Energi dan Kesehatan... 20

2.6 Penelitian yang Relevan ... 22


(11)

xi 3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.2 Subjek Penelitian ... 24

3.3 Langkah Penelitian ... 24

3.4 Prosedur Penelitian... 25

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 30

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Deskripsi Penelitian ... 38

4.1.2 Hasil Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences . 41 4.1.3 Hasil Validasi Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 43

4.1.4 Keefektifan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 52

4.2 Pembahasan ... 56

4.2.1 Karakteristik dan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 56

4.2.2 Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligence .... 61

4.2.3 Keefektifan Penggunaan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 71

5. PENUTUP 5.1Simpulan ... 77

5.2Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Model Keterpaduan Connected ... 15

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema Energi dan Kesehatan ... 20

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 31

Tabel 3.2 Klasifikasi Realibilitas ... 31

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 32

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 33

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 33

Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 34

Tabel 3.7 Kategori Kelayakan LKS ... 35

Tabel 3.8 Kategori Sikap Kreatif Siswa ... 36

Tabel 3.9 Kategori Aktivitas Motorik Siswa ... 36

Tabel 4.1 Hasil Tes Kedentifikasi Kecerdasan Majemuk Siswa ... 39

Tabel 4.2 Makna Simbol Kecerdasan Majemuk Siswa ... 40

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Tahap I ... 43

Tabel 4.4 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Tahap II ... 44

Tabel 4.5 Penilaian Kelayakan Komponen Penyajian ... 45

Tabel 4.6 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Penyajian ... 45

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kelayakan Komponen Bahasa ... 46

Tabel 4.8 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Bahasa ... 47

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Kelayakan Komponen Isi ... 48

Tabel 4.10 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Isi ... 48

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Kecil, Uji Coba Skala Besar dan Kelas Penerapan ... 50

Tabel 4.12 Hasil Tanggapan Guru IPA ... 51


(13)

xiii

Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Uji Gain Data Nilai Hasil Pretest dan Posttest ... 53 Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa ... 54 Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 55


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagram Langkah Menyusun LKS ... 10

Gambar 2.2 Model Connected Tema Energi dan Kesehatan ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Research and Development ... 25

Gambar 4.1 Simbol Lima Kecerdasan Majemuk yang Dikembangkan ... 40

Gambar 4.2 Contoh Draft LKS ... 42

Gambar 4.3 Revisi Penyajian Gambar ... 46

Gambar 4.4 Revisi Tanda Baca ... 47

Gambar 4.5 Revisi Kompetensi Inti ... 49

Gambar 4.6 Perbandingan Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif ... 53

Gambar 4.7 Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa ... 55


(15)

xv

DAFTAR

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Kecerdasan Majemuk Siswa ... 83

Lampiran 2 Validasi Tahap I ... 90

Lampiran 3 Instrumen Validasi Isi ... 97

Lampiran 4 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Isi ... 105

Lampiran 5 Instrumen Validasi Bahasa ... 108

Lampiran 6 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Bahasa ... 113

Lampiran 7 Instrumen Validasi Penyajian ... 115

Lampiran 8 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Penyajian ... 120

Lampiran 9 RPP ... 122

Lampiran 10 Kode Siswa ... 139

Lampiran 11 Instrumen Uji Coba Soal ... 141

Lampiran 12 Analisis Hasil Uji Coba Soal ... 155

Lampiran 13 Analisis Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 162

Lampiran 14 Analisis Uji Gain ... 169

Lampiran 16 Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa ... 171

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 177

Lampiran 18 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 183

Lampiran 19 Hasil Angket Tanggapan Guru ... 188

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian ... 192


(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan nasional merupakan suatu bentuk usaha terencana untuk meningkatkan kualitas pembangunan bangsa yang cerdas dan kompetitif dalam menghadapi tantangan globalisasi. Kemampuan yang diperlukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah kemampuan generasi muda yang memiliki kecerdasan dan kreativitas dalam bidang IPTEK, memiliki kepribadian dan keterampilan hidup. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, khususnya pada pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19 yang menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dan kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta mendapatkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis siswa. Maka, perumusan sistem pengelolaan pendidikan harus berorientasi pada pengoptimalan kecerdasan siswa. Hal ini dapat tercapai melalui reformasi pendidikan nasional, yakni dengan adanya perubahan kurikulum.

Dewasa ini, kurikulum 2013 dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaran pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum 2013 lebih menekankan pada keaktifan siswa (student center) yang berorientasi pada sikap dan keterampilan belajar. Harapannya penyelenggaraan pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran pada dasarnya identik dengan proses komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Pembelajaran yang berkualitas dapat berlangsung apabila proses komunikasi berjalan lancar, sehingga


(17)

dibutuhkan bahan ajar sebagai alat bantu pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Berdasarkan dokumen pengembangan kurikulum 2013, pembelajaran IPA ditingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan (integrative science), sehingga setiap guru IPA harus memiliki kompetensi dalam membelajarkan IPA secara terpadu. Keterpaduan ini meliputi integrasi dalam bidang IPA, integrasi bidang lain dan integrasi pencapaian sikap, proses ilmiah dan keterampilan yang ditunjukan melalui LKS. Oleh karena itu, selain berperan sebagai petunjuk melakukan percobaan, panduan diskusi maupun kegiatan ilmiah lain, LKS juga memiliki peran penting dalam penjabaran konsep keterpaduan dalam suatu tema pembelajaran (Susilowati, 2013).

Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Batangan, LKS merupakan bahan ajar pendukung dalam pembelajaran yang berperan penting dalam mengembangkan aktivitas pembelajaran yang bermakna di kelas. Keterbatasan sarana prasarana, seperti belum tersedianya LCD dan laboratorium yang kurang standar, menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran melalui LKS.

LKS yang digunakan dibuat sendiri oleh setiap guru IPA sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Namun, berdasar analisis yang telah dilakukan, LKS tersebut belum menunjukan adanya keterpaduan konsep IPA, yakni masih terpisah antara LKS IPA fisika dan LKS IPA biologi. Hasil wawancara dengan siswa kelas VII A dan VII B, menyatakan bahwa pemanfaatan LKS ini belum dapat mengoptimalkan potensi dan kreativitas siswa dalam penguasaan konsep IPA. Sebagian siswa masih merasa kesulitan dalam memahami konsep IPA terutama dibidang IPA biologi. Selain itu, kegiatan pembelajaran dalam LKS kurang bervariasi, yakni lebih didominasi dengan kegiatan discovery yang berbasis pada kecerdasan logis-matematis saja, seperti demonstrasi percobaan dan latihan soal. Padahal, pada hakikatnya setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda, sehingga perlu dikembangkan LKS dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi serta berbasis pada kecerdasan majemuk siswa.


(18)

Kecerdasan majemuk siswa tidak hanya ditentukan dari nilai yang dicapai, melainkan dilihat dari kemampuan siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Berdasarkan teori multiple

intelligences dari Howard Gardner, setiap individu memiliki sembilan jenis

kecerdasan dalam dirinya, terdiri atas (1) kecerdasan verbal-linguistik (word

smart), (2) kecerdasan logis-matematis (number/reasoning smart), (3) kecerdasan

visual-spasial (picture smart), (4) kecerdasan berirama-musik (musical smart), (5) kecerdasan interpersonal (people smart), (6) kecerdasan intrapersonal (self smart), (7) kecerdasan naturalis (nature smart), (8) kecerdasan jasmaniah-kinestetik (body

smart), dan (9) kecerdasan eksistensial-spiritual (Ayriza, 2011). Setiap siswa

memiliki kesembilan kecerdasan tersebut, namun hanya beberapa kecerdasan yang mendominasi. Strategi pembelajaran IPA dengan teori ini bertolak pada karakter dan potensi siswa yang unik dan berbeda (Chatib, 2012). Hal tersebut menjadi potensi keunggulan tersendiri dalam pengembangan LKS IPA berbasis

multiple intelligences ini. LKS yang dikembangkan mengacu pada kecerdasan

dominan yang dimiliki siswa yang diintegrasikan dalam suatu tema pembelajaran dengan kegiatan yang bervariasi. Pengoptimalan kecerdasan tersebut diharapkan menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga dapat membangkitkan semangat belajar dan rasa percaya diri.

Semangat belajar dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan pembelajaran mampu mendorong siswa untuk belajar lebih menghargai dan menggali potensi yang ada dalam dirinya. Hal ini dapat mendorong pula pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran IPA. Keunggulan strategi pembelajaran multiple intelligences ini sudah banyak dibuktikan dalam beberapa penelitian. Penelitian Septiani (2013) tentang pengembangan LKS berbasis multiple intelligences pada materi pertumbuhan dan perkembangan di SMP Negeri 1 Pengadegan Purbalingga, menunjukan bahwa hasil pengembangan LKS berbasis multiple intelligences layak dikembangkan sebagai bahan ajar dengan skor rata-rata persentase aspek kelayakan isi sebesar 96,87% dan skor rata-rata persentase kelayakan media 89,56% serta telah mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran IPA. Kemudian penelitian yang dilakukan


(19)

oleh Karsli dan Sahin (2009) yang berjudul Developing Worksheet Based on

Science of Process Skill Factor Effecting Solubility, yang menunjukan bahwa

pengembangan LKS berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran mampu meningkatkan keefektifan hasil kegiatan praktikum di laboratorium serta meningkatkan pemahaman materi daya larut. Hal ini berarti pendekatan multiple

intelligences dapat memberikan hasil yang efektif dalam proses pembelajaran.

Namun, kelemahannya penerapan LKS ini membutuhkan manajemen kelas dan kreativitas yang tinggi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran (Amstrong, 2005).

Kegiatan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam LKS IPA berbasis

multiple intelligences ini berbasis pada kecerdasan dominan siswa yang

disesuaikan dengan kebutuhan tema pembelajaran. Pengembangan ini berdasar pada tes identifikasi kecerdasan dominan siswa (Septiani, 2013). Berdasarkan hasil tes identifikasi kecerdasan pada 58 siswa di SMP Negeri 1 Batangan, diketahui bahwa seluruh siswa memiliki sembilan kecerdasan sesuai teori multiple

intelligences. Selanjutnya, dari hasil tes tersebut dipilih lima kecerdasan dominan

yang telah disesuaikan dengan karakteristik tema energi dan kesehatan, terdiri atas (1) kecerdasan logis-matematis, (2) kecerdasan visual-spasial, (3) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, (4) kecerdasan interpersonal, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual. Kelima kecerdasan ini selanjutnya digunakan sebagai pemandu kegiatan belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dikembangkan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang diteliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan sebagai bahan ajar IPA kelas VII?

2. Bagaimanakah kelayakan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk digunakan sebagai bahan ajar IPA kelas VII?


(20)

3. Bagaimanakah keefektifan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui karakteristik LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk digunakan sebagai bahan ajar IPA siswa kelas VII. 2. Mengetahui kelayakan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema

energi dan kesehatan untuk digunakan sebagai bahan ajar IPA siswa kelas VII. 3. Mengetahui keefektifan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema

energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP.

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu sebagai inovasi pembelajaran dan pengembangan ilmu pendidikan dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa pembelajaran IPA.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep IPA pada tema energi dan kesehatan dengan LKS. Selain itu, pengembangan ini diharapkan dapat mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sesuai dengan potensi dan kecerdasan yang dimiliki yang kelak dapat dimanfaatkan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


(21)

1.4.2.2 Manfaat Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberdayakan diri guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, sehingga semakin terampil dalam mengelola pembelajaran kreatif dengan memanfaatkan LKS yang berbasis pada kecerdasan siswa.

1.4.2.3Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi sekolah serta mendorong untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka evaluasi pelaksanaan pembelajaran yang berbasis pada potensi siswa, guna meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA.

1.4.2.4Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peneliti lain tentang LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan sebagai bahan rujukan penelitian pengembangan selanjutnya.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian dan penjelasan pengertian beberapa istilah sebagai berikut. 1.5.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Depdiknas, 2008). LKS yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKS IPA berbasis multiple intelligences.

1.5.3 Kelayakan

Kelayakan secara harfiah memiliki arti suatu kepantasan atau kewajaran. Kelayakan LKS IPA berbasis multiple intelligences dalam penelitian ini diukur berdasarkan kriteria penilaian kelayakan oleh pakar berdasarkan instrumen BSNP (2006), meliputi penilaian kelayakan bahasa, penyajian, dan isi.


(22)

1.5.4 Pembelajaran IPA Terpadu

IPA terpadu adalah sebuah pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian dalam IPA untuk memecahkan permasalahan (Wilujeng, 2011). Penelitian ini menggunakan model keterpaduan connected dengan memadukan bidang kajian fisika dan biologi. 1.5.5 Multiple Intelligences

Multiple intelligences atau biasa disebut dengan kecerdasan jamak adalah

berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Kecerdasan majemuk menurut penemuan Howard Gardner meliputi, yakni (1) kecerdasan verbal-linguistik, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan visual-spasial,(4) kecerdasan berirama-musik, (5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan naturalistik, dan (9) kecerdasan eksistensial-spiritual (Ayriza, 2011). Dalam penelitian pengembangan ini berfokus pada (1) kecerdasan logis-matematis, (2) kecerdasan visual-spasial, (3) kecerdasan interpersonal, (4) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual.

1.5.6 Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri yang terdiri atas (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3) keaslian atau originalitas (originality), dan (4) merinci atau elaborasi (elaboration) (Fauziah, 2011). Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kreatif yang diukur adalah kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal dan berpikir elaborasi.

1.5.7 Keefektifan

Keefektifan secara harfiah memiliki arti keberhasilan. Pengembangan LKS ini dinyatakan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, apabila:

1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan memperoleh skor rata-rata N-gain pada batas minimal 0,3≤(g)≤0,7 dan kriteria sedang.

2. Ketuntasan klasikal minimal siswa mencapai ≥ 85% dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa.


(23)

3. Hasil observasi sikap kreatif siswa minimal memperoleh persentase rata-rata ≥ 62% dengan kategori kreatif.

1.5.8 Tema Energi dan Kesehatan

Dalam pembelajaran IPA, tema energi dan kesehatan disampaikan pada kelas VII pada semester genap. Secara umum, tema ini menggambarkan tentang konsep energi dan perubahannya, makanan sebagai sumber energi dan sistem pencernaan makanan. Pemaduan antar konsep dalam tema ini menggunakan model keterpaduan secara connected, yaitu membelajarkan sebuah KD, yang berarti konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep KD yang lain. Tema ini menghubungkan bidang kajian fisika dan biologi.


(24)

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

2.1.1 LKS Sebagai Bahan Ajar IPA

Proses pembelajaran identik dengan proses komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Agar pembelajaran berkualitas maka proses komunikasi harus berjalan dengan lancar, sehingga dibutuhkan bahan ajar sebagai alat bantu pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional

materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas, 2006).

Adapun jenis-jenis bahan ajar menurut Prastowo (2012) adalah:

1. Bahan ajar cetak (printed), antara lain handout, buku, LKS, poster, brosur,

wallchart, foto atau gambar dan leaflet;

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam;

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disc video, film; dan 4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), Compact Disc (CD) multimedia pembelajaran

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Kriteria bahan ajar yang baik menurut Prastowo (2012) yaitu:

1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik;

2. Materi dalam buku lengkap, paling tidak memberikan penjelasan secara lengkap seperti definisi atau rangkuman;

3. Padat pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan; 4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan;

5. Kalimat yang disajikan singkat dan jelas; dan

6. Penampilan fisiknya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca. Salah satu bahan ajar yang mendukung aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS merupakan lembaran-lembaran berisi


(25)

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai (Depdiknas, 2008).

Menurut Prastowo (2012), dalam pembelajaran LKS memiliki empat fungsi sebagai berikut.

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan peran siswa;

b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan;

c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan d. Memudahkan pelaksanaan pembelajaran.

Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama, terdiri atas (1) judul, (2) petunjuk belajar; (3) kompetensi dasar atau materi pokok, (4) informasi pendukung, (5) tugas atau langkah kerja, dan (6) penilaian (Prastowo, 2012).

Pada implementasi kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan scientific. Kegiatan yang berbasis scientific ini harus dimunculkan dalam penyusunan LKS dengan Kompetensi Dasar (KD) yang terpadu. Landasan dalam penyusunan LKS adalah analisis kurikulum (KI, KD, indikator dan kegiatan pembelajaran). Adapun alur untuk mengembangkan LKS dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram langkah menyusun LKS (Susilowati, 2013) Penyusunan LKS IPA ini perlu memerhatikan penilaian unsur-unsur mengacu pada deskripsi beberapa komponen yang dikeluarkan oleh BSNP yang meliputi:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


(26)

a. Komponen kelayakan isi 1) Cakupan materi; 2) Akurasi sajian; 3) Kemutakhiran;

4) Merangsang keingintahuan;

5) Mengembangkan kecakapan hidup;

6) Mengembangkan wawasan kebhinekaan; dan 7) Mengandung wawasan kontekstual.

b. Komponen kebahasaan

1) Sesuai tingkat perkembangan siswa; 2) Komunikatif dan interaktif;

3) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia; dan 4) Penggunaan istilah dan simbol/lambang.

c. Komponen penyajian pembelajaran 1) Teknik penyajian; dan

2) Pendukung penyajian materi. d. Komponen kegrafikan

1) Kesesuaian ukuran font;

2) Layout dan tata letak;

3) Desain tampilan; dan 4) Keterbacaan.

2.1.2 Pengembangan LKS IPA

Proses pengembangan LKS yag dikembangkan dalam penelitian ini disusun berdasar metode pengembangan Sugiyono (2010). Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Potensi dan Masalah (Define), penelitian harus berangkat dari potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang memiliki nilai tambah sedangkan masalah merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan.

2. Pengumpulan data, pengumpulan berbagai data yang diperlukan dalam perancangan produk.


(27)

3. Desain produk (Design), pembuatan rancangan produk awal yang lengkap dengan spesifikasinya.

4. Validasi desain, proses penilaian terhadap rancangan produk dengan cara menghadirkan beberapa atau tenaga ahli yang sesuai sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5. Revisi desain, koreksi dari ahli dijadikan sebagai bahan perbaikan produk. 6. Uji coba produk (Development), hasil dari revisi desain kemudian diujicobakan

penggunaannya pada kelompok terbatas. Kelompok terbatas yang dimaksud adalah kelompok kecil.

7. Revisi produk, proses perbaikan produk berdasarkan saran dan hasil pada uji coba produk.

8. Uji coba pemakaian, uji coba produk pada kelompok yang lebih luas dan tetap dinilai kekurangan dan hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut. 9. Produk Final (Implementation), setelah beberapa kali pengujian dan dinilai

efektif maka dihasilkan produk akhir.

Inovasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences. LKS IPA berbasis multiple intelligences ini disusun berdasarkan kecerdasan majemuk siswa yang diintegrasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran dan penugasan kreatif kepada siswa. Menurut Rizal dan Wasis (2012), dalam mengembangkan LKS Berbasis Multiple Intelligences ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.

a. Memilih tema pembelajaran dan kecerdasan yang dikembangkan

Penentuan format LKS dilakukan dengan analisis karakteristik siswa sesuai kebutuhan melalui tes identifikasi kecerdasan, menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar, analisis materi, dan analisis teknologi. Tema yang dipilih dalam pengembangan LKS ini yaitu energi dan kesehatan berdasarkan observasi awal peneliti.

b. Mengorganisir kecerdasan yang dikembangkan

Penyusunan kerangka LKS disusun berdasarkan tema dan kecerdasan yang dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran. Kecerdasan majemuk yang dipilih antara lain (1) kecerdasan logis-matematis, (2) kecerdasan


(28)

jamaniah-kinestetik, (3) kecerdasan visual-spasial, (4) kecerdasan interpersonal, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual. Kelima kecerdasan tersebut dianalisis untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai.

c. Mengumpulkan bahan dan sumber

Pengumpulan bahan dan sumber dari berbagai media diperlukan untuk menyusun LKS sesuai dengan kerangka yang telah dibuat. Bahan dan sumber dipilih kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

d. Merancang kegiatan proyek

LKS disusun berdasarkan kegiatan proyek yang telah ditentukan. Kegiatan proyek ini berbasis pada lima kecerdasan yang dikembangkan. Adapun kegiatan proyek dikembangkan sebagai berikut:

1) Membuat kincir angin dan ketapel sederhana untuk mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan interpersonal.

2) Melakukan uji bahan makanan untuk mengembangkan kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial.

3) Menyusun diagram sistem pencernaan makanan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial dan interpersonal.

4) Melakukan presentasi kreatif untuk mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan interpersonal.

e. Mengimplementasikan satuan pembelajaran

LKS yang telah disusun kemudian divalidasi kelayakannya oleh pakar sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran. Komponen kelayakan yang dinilai meliputi kelayakan isi, bahasa dan penyajian. Instrumen penilaian yang digunakan diadaptasi dari BSNP dan disesuaikan dengan karakteristik LKS yang telah dikembangkan. Kemudian LKS dapat diimplementasikan dalam pembelajaran.

2.2

Pembelajaran IPA Di Kurikulum 2013

Pembelajaran IPA di SMP pada kurikulum 2013 dilaksanakan sebagai mata pelajaran berbasis integrated science atau keterpaduan. IPA terpadu adalah sebuah


(29)

pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian dalam IPA untuk memecahkan permasalahan. Pembelajaran IPA secara terpadu mencakup dimensi sikap, proses, produk, aplikasi dan kreativitas (Wilujeng, 2011). Konsep keterpaduan ini dapat dilihat pada bagian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang memadukan konsep-konsep IPA. Karakteristik pembelajaran terpadu (Kemendikbud, 2013), yaitu:

a. Holistik, mengkaji suatu fenomena dari berbagai bidang sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

b. Bermakna, jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.

c. Otentik, siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan-kegiatan belajar secara langsung.

d. Aktif, pembelajaran terpadu pada dasarnya siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasinya.

Dengan demikian, pembelajaran IPA dikembangkan secara integrative science bukan sebagai disiplin ilmu yang berbasis pada aspek aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu dan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial (Kemendikbud, 2013). Menurut Parmin & Sudarmin (2013), terdapat empat unsur utama dalam IPA yaitu:

(1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended.

(2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan simpulan.

(3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

(4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat sejumlah model pembelajaran IPA terpadu yang dikemukakan Fogarty dalam Wilujeng (2011) terdapat empat model yang potensial untuk


(30)

diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu webbed, connected, shared dan

integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam kompetensi

dasar (KD) IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini akan digunakan model keterpaduan connected. Deskripsi model connected dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Model keterpaduan connected

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

Connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain

a) Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian.

b) Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu.

(Wilujeng, 2011) Model pembelajaran IPA connected merupakan suatu konsep atau prinsip yang memadukan konsep dalam bidang lain sesuai karakteristik kompetensi dasar. Model ini dipilih sesuai dengan karekteristik tema energi dan kesehatan yang kegiatan pembelajaranya lebih didominansi oleh bidang kajian ilmu biologi. Disiplin ilmu fisika pada tema ini adalah sumber-sumber energi dan energi potensial. Disiplin ilmu biologi pada tema ini adalah makanan sebagai sumber energi dan sistem pencernaan makanan.

2.3

Multiple Intelligences

Setiap insan terlahir di dunia dalam keadaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan genetik itu juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melengkapi pengalaman hidup manusia, baik lingkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan, sekolah maupun lingkungan lain. Kombinasi perbedaan genetik dan perbedaan pengalaman tersebut mentransformasi seorang manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar yang unik (Chatib, 2012). Hal ini berarti, setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda satu sama lain. Namun, seringkali kita menggunakan tes IQ,


(31)

tes standarisasi, tes prestasi, tes kognitif akademik untuk mengukur kecerdasan seseorang.

Salah satu inovasi pendidikan yang kini mulai diterapkan di sekolah-sekolah adalah penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences. Konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner ini, seorang psikolog dari Universitas Harvard, menegaskan bahwa setiap anak cerdas. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki kecerdasan dan potensi tertentu. Teori ini diterima dalam dunia pendidikan karena masuk dalam semua jenis kecerdasan anak.

Dalam menggali dan mengembangkan kecerdasan anak di sekolah, dapat dilakukan dengan pemilihan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang tepat. Mengutip pemikiran J.R. David dalam Chatib (2013) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksaan pembelajaran. Strategi pembelajaran berbasis

multiple intelligences merupakan perencanaan pembelajaran yang bertolak pada

sembilan kecerdasan menurut teori kecerdasan Howard Gardner. Namun, dalam pengembangan ini, diintegrasikan lima kecerdasan dominan yang dimiliki siswa, dengan penjelasan menurut Yaumi (2012) sebagai berikut.

a. Pembelajaran berbasis logis-matematis

Kecerdasan logis-matematis atau dikenal dengan istilah cerdas angka termasuk kemampuan ilmiah (scientific) yang sering disebut berpikir kritis. Ciri khas orang yang memiliki kecerdasan ini adalah mampu berpikir induktif, deduktif dan rasional.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis adalah berpikir kritis (chritical

thinking), menggunakan pertanyaan sokrates (socratic questioning), menganalisis,

membuat simbol abstrak, membuat kalkulasi, berpikir rasional (rational thinking), membandingkan, membuat urutan, eksperimen, problem solving, mengklasifikasi, membuat alasan, menulis masalah dengan angka-angka dan berpikir ilmiah (scientific ilmiah).


(32)

b. Pembelajaran berbasis kecerdasan visual-spasial

Kecerdasan berbasis visual-spasial adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk menginterprestasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan visual-spasial adalah membuat potongan kertas warna-warni, merancang brosur, membuat diagram, menyuting, menggambar, membuat simbol grafik, membuat visualisasi, pemetaan ide (ideas map), membuat diagram, memotret dan mendesain.

c. Pembelajaran berbasis kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komuniksi verbal dan nonverbal serta mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki kecerdasan ini mengetahui betapa pentingnya kolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan serta bekerjasama dengan orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda-beda.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah menerapkan model jigsaw, membuat kelompok kooperatif, membuat teamwork, berdiskusi kelompok, membuat proyek kelompok, melakukan simulasi, melakukan wawancara dan membuat keterampilan kolaboratif.

d. Pembelajaran berbasis jasmaniah-kinestetik

Kecerdasan jasmaniah dan kinestetik atau disebut cerdas jasmaniah adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan ini biasa memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek jasmaniah.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan jasmaniah dan kinestetik adalah studi lapangan,


(33)

demonstrasi, bermain tebak-tebakan, bergerak dan berpindah-pindah, bermain peran dan bertukuar kunjungan (dalam kelompok kelas).

e. Pembelajaran berbasis kecerdasan eksistensial-spiritual

Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan unutuk menempatkan diri dalam hubunganya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dan sangat kecil serta kapisitas untuk menerapkan diri dalam hubunganya denga fitur-fitur eksistensial dari suatu kondisi manusia dalam suatu karya seni.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama dan membuat respon terhadap sesuatu.

Esensi teori berbasis multiple intelligences menurut Howard Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini dalam bidang tertentu untuk mendapat pengakuan (Utami, 2012). Strategi ini menekankan pada aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa yang diharapkan dapat memotivasi semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa.

2.4

Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil penelitian Torrace (1959), Getzels dan Jackson (1962), Yamamoto (1964) dan Munandar (1977) sebagaimana dikutip oleh Saparahayuningsih (2010), menunjukan bahwa kreativitas dan kecerdasan secara berkombinasi menentukan prestasi belajar siswa. Hal ini membuktikan hakikat pembelajaran di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kreativitas siswa dalam mencapai pretasi belajar. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan oleh seorang individu untuk membangun dan menghasilkan gagasan baru. Sedangkan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (Nuriadin dan Perbowo, 2013).


(34)

Menurut Krulik dan Runik, sebagaimana diungkapkan oleh Saefuddin (2012) bahwa berpikir kreatif merupakan tingkatan tertinggi seseorang dalam berpikir, yakni dimulai dari ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking). Pengukuran kemampuan berpikir kreatif, dapat dilakukan dengan mengamati unsur-unsur sebagai berikut.

a. Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin secara jelas. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan; dan 2) arus pemikiran lancar.

b. Keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) menghasilkan gagasan yang bervariasi; dan (2) mampu mengubah cara atau pendekatan.

c. Keaslian atau originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang unik dan tidak biasanya. Kemampuan ini dapat diamati melalui jawaban atau solusi yang dikemukakan jarang diberikan kebanyakan orang.

d. Merinci atau elaborasi (elaboration), kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasanya sehingga lebih bernilai. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) mengembangkan, menambah dan memperkaya suatu gagasan; dan (2) memperinci detail-detail.

Berdasar pertimbangan dalam Munandar (2009), perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga sikap kreatif (afektif). Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut:

a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru; b. Kelenturan dalam berpikir;

c. Kebebasan dalam ungkapan diri; d. Menghargai fantasi;


(35)

e. Minat terhadap kegiatan kreatif

f. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri;

g. Kemandirian dalam memberikan pertimbangan.

2.5

Tema Energi dan Kesehatan

Energi memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan perubahan. Salah satu sumber energi adalah makanan. Asupan makanan yang bergizi menjadi penunjang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pembelajaran dilaksanakan dengan LKS IPA berbasis multiple intelligences dengan model yang bervariasi, seperti discovery learning, project based learning dan picture and

picture. Selain itu, model penugasan kreatif siswa disusun berbasis masalah dan

bersifat open-ended. Tema energi dan kesehatan menggabungkan dua bidang kajian IPA dengan model connected yaitu fisika dan biologi. Bidang kajian ini dijabarkan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kompetensi inti dan kompetensi dasar tema energi dan kesehatan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

3.6 Memahami konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi dalam sel, metabolisme sel respirasi, sistem


(36)

Energi dan Perubahanya Sistem

Pencernaan Makanan

Makanan sebagai Sumber Energi Energi

Dan Kesehatan budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

pencernaan makanan dan fotosintesis.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4.8 Melakukan percobaan sederhana untuk menyelidiki zat gizi yang berperan sebagai sumber energi.

(Kemendikbud, 2013)

Adapun model connected pada tema energi dan kesehatan ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(37)

2.6

Penelitian yang Relevan

Penelitian lain yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rizal dan Wasis (2012) tentang pengembangan LKS fisika berbasis kecerdasan majemuk (multiple intelligences) pada materi alat optik kelas VIII. Kesimpulannya menunjukan bahwa perangkat ini layak dengan skor validasi sebesar 87,7% dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Respon ketertarikan siswa terhadap LKS ini sebesar 90,6%.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2013) tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis multiple intelligences pada materi pertumbuhan dan perkembangan di SMP Negeri 1 Pengadegan, Purbalingga. Kesimpulannya adalah hasil pengembangan LKS berbasis multiple intelligences dengan aspek kelayakan isi memperoleh skor 96,87% dan kelayakan media 89,56%, artinya LKS yang dikembangkan layak untuk dijadikan bahan ajar serta mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Shanahan (2009) yang berjudul Creative

Activities and Their Influence on Identification in Science: Three Studies.

Kesimpulannya adalah kreativitas dengan pembelajaran IPA saling bertautan satu sama lain. Kreativitas merupakan penunjang penting dalam pembangunan konsep IPA untuk siswa sekolah dasar. Aktivitas pendorong kreativitas IPA dapat dilakukan dengan kegiatan seperti menggambar (painting), membuat pola (engineering design) dan drama (dramatic presentation).

2.7

Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di kurikulum 2013 diterapkan sebagai mata pelajaran

integrative science. Guru harus dapat membuat bahan ajar sendiri yang berbasis

pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu dan pengembangan sikap yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Pada pelaksanaanya di lapangan, bahan ajar yang digunakan, seperti LKS, masih menekankan pada hasil (output) yang hanya berbasis pada kecerdasan logis-matematis saja. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar yang dapat menggali konsep IPA sesuai dengan potensi


(38)

dan kreativitas yang dimiliki siswa. Skema kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Tema Energi dan Kesehatan

Pengembangan LKS IPA berbasis multiple Intelligences dengan berbasis pada lima kecerdasan dominan siswa, yaitu: kecerdasan logis-matemtis,

jasmaniah-kinestetik, visual-spasial, interpersonal dan eksistensial-spiritual Permasalahan yang ditemukan di

lapangan:

1. LKS yang digunakan dalam pembelajaran belum menunjukan keterpaduan konsep IPA.

2. Kurang adanya variasi kegiatan pembelajaran sehingga membuat siswa bosan.

3. Berorientasi pada kecerdasan logis-matematis (didominasi demonstrasi dan latihan soal). 4. Belum memaksimalkan potensi

dan kecerdasan siswa

Kurikulum 2013:

1. Pembelajaran IPA

diajarkan secara

integerative science.

2. Pembelajaran berorientasi pada siswa (student center) 3. Pengoptimalan potensi dan

kecerdasan siswa dalam pembelajaran

Pembelajaran IPA di SMP

Alernatif pemecahan masalah: Pembelajaran IPA yang berorientasi pada

kecerdasan majemuk siswa


(39)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batangan yang terletak di Jalan Raya Batangan-Jaken km 1,5 Pati. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei – 3 Juni 2014.

3.2

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII di SMP Negeri 1 Batangan. Pengambilan sampel untuk uji coba produk ditentukan dengan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan ahli

(Sugiyono, 2010). Uji coba produk skala kecil dilaksanakan dengan memilih 10 siswa kelas VIII B, sedangkan uji pemakaian produk diterapkan pada lingkup yang lebih besar, yaitu pada kelas VII B. Selanjutnya dilakukan uji penerapan produk pada kelas VII A.

3.3

Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian dan Pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D) yang diadaptasi dari model pengembangan Sugiyono (2010). Menurut Sugiyono (2010), metode Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Model yang digunakan meliputi langkah-langkah penelitian dan pengembangan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1.


(40)

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Research and Development (Sugiyono, 2010)

3.4

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan disesuaikan dengan alur kerja pada metode Research and Development (Sugiyono, 2010). Tahapan proses pengembangan dan penelitian tersebut sebagai berikut.

3.4.1 Identifikasi Potensi dan Masalah

Potensi pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences ini berdasar pada tes hasil identifikasi kecerdasan siswa. Dari tes tersebut diperoleh lima kecerdasan dominan siswa, yakni kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan kecerdasan eksistensial-spiritual. Setelah itu dilakukan identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara melalui observasi awal. Permasalahan yang ditemukan dalam pemanfaatan LKS ini adalah belum tereksplorasi adanya keterpaduan konsep IPA. Selain itu kegiatan pembelajaran kurang bervariasi, yakni lebih didominasi pada kegiatan discovery yang menekankan kecerdasan logis-matematis saja, seperti latihan soal dan demonstrasi. Hal ini membuat pembelajaran IPA kurang bermakna bagi siswa, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan LKS berbasis multiple intelligences, yakni pengembangan LKS yang berbasis pada kecerdasan majemuk siswa.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi

Desain Uji Coba

Produk Revisi

Produk Uji Coba

Pemakaian

Revisi Produk

Produk Akhir


(41)

3.4.2 Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil identifikasi potensi dan masalah maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences. Hasil pada tahap pengumpulan data ini menjadi dasar untuk menentukan tahap desain produk yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Melakukan observasi pembelajaran dan wawancara dengan guru IPA dan siswa tentang permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPA.

2. Melakukan analisis kurikulum 2013 dan kebutuhan bahan ajar dari silabus dan RPP yang menghendaki adanya LKS untuk mendukung pembelajaran IPA. 3. Menentukan tema pembelajaran.

4. Melakukan tes identifikasi potensi kecerdasan siswa di SMP Negeri 1 Batangan.

5. Memilih kecerdasan dominan siswa yang disesuaikan dengan tema pembelajaran.

6. Mencari informasi kegiatan maupun penugasan bagi siswa dari berbagai sumber yang disesuaikan dengan kecerdasan dan tema yang dikembangkan. 7. Mengumpulkan materi dari berbagai sumber dalam penyusunan LKS.

8. Mengumpulkan bahan penyusunan instrumen penelitian seperti RPP, silabus, instrumen evaluasi dan penilaian, angket validasi pakar, angket tanggapan siswa dan guru.

3.4.3 Kerangka Produk

Tahap ini dimulai dengan menyusun kerangka LKS, yakni menentukan kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Selanjutnya, membuat diagram tema yang terpadu, menentukan urutan materi, kemudian menyusun LKS sesuai pedoman pengembangan bahan ajar.

Kegiatan pembelajaran dalam LKS IPA ini didesain sesuai dengan lima kecerdasan dominan siswa, yakni kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan kecerdasan eksistensial-spiritual. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pembuatan kincir angin


(42)

dan ketapel sederhana, uji bahan makanan, menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif. Adapun garis besar LKS sebagai berikut.

LKS 1: Energiku Mengubah Dunia

Kegiatan yang dilakukan adalah membuat kincir angin dan ketapel sederhana sebagai aplikasi konsep energi dan perubahannya.

LKS 2: Makanan Sehat Makanan Anak Cerdas

Kegiatan yang dilakukan adalah uji bahan makanan yang sebagai aplikasi konsep makanan sebagai sumber energi.

LKS 3: Sistem Pencernaan Makanan

Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif sebagai aplikasi konsep sistem pencernaan makanan pada tubuh manusia.

3.4.4 Validasi Produk

LKS yang telah didesain divalidasi terlebih dahulu oleh validator yang berkompeten dibidangnya, yakni dosen dan guru. Komponen validasi yang dilakukan, antara lain (1) kelayakan isi, (2) kelayakan kebahasaan, dan (3) kelayakan penyajian.

3.4.5 Revisi Produk

LKS yang telah divalidasi, diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator. Hal ini bertujuan agar dihasilkan produk yang baik dan layak digunakan dalam pembelajaran.

3.4.6 Uji Coba Produk Skala Kecil

Setelah revisi desain, LKS yang telah valid diujicobakan pada siswa dengan jumlah yang terbatas. Uji coba produk skala kecil ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan produk dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Implementasi LKS dilakukan pada 10 siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Batangan.

3.4.7 Revisi Produk (Skala Kecil)

Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil angket dari uji coba produk skala kecil. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki dan mnyempurnakan kekurangan produk.


(43)

3.4.8 Uji Coba Skala Besar

Setelah produk direvisi dan valid untuk digunakan, maka produk tersebut siap untuk diujicobakan pada skala besar. Implementasi LKS pada uji coba skala besar menggunakan angket tanggapan siswa dengan melibatkan satu kelas penuh yaitu siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Batangan.

3.4.9 Revisi Produk (Skala Besar)

Setelah diuji coba pada skala besar, maka LKS direvisi kembali berdasarkan angket tanggapan siswa untuk mengetahui kelemahan produk, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan LKS dan siap untuk diterapkan pada pembelajaran dalam uji penerapan produk.

3.4.10 Uji Penerapan LKS Berbasis Multiple Intelligences

Uji Penerapan dilakukan untuk mengetahui keefektifan LKS yang dikembangkan dengan adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran. Peningkatan ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pretest dan posttest serta observasi sikap kreatif. LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan dengan mengimplementasikan produk yang telah direvisi dalam pembelajaran di kelas VII A. Adapun pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertemuan 1: Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pretest. Pertemuan 2: Pelaksanaan kegiatan LKS 1 yaitu membuat kincir angin dan ketapel sederhana.

Pertemuan 3: Pelaksanaan kegiatan LKS 2 yaitu menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.

Pertemuan 4: Pelaksanaan kegiatan LKS 3 yaitu membuat diagram dan merancang presentasi kreatif.

Pertemuan 5: Presentasi kreatif oleh setiap kelompok.


(44)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penilaian LKS yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut

3.5.1 Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS yang telah dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil penilaian kelayakan LKS untuk digunakan dalam proses pembelajaran tema energi dan kesehatan.

3.5.1.1Angket Validasi

Angket validasi digunakan untuk menganalisis kelayakan LKS oleh pakar materi dan media berupa pengembangan instrumen penilaian kelayakan isi, penyajian dan bahasa berdasarkan BSNP.

3.5.1.2 Angket Tanggapan

Angket tanggapan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS setelah divalidasi oleh pakar, baik dari segi komponen kelayakan isi, penyajian dan bahasa.

3.5.1.2.1 Angket Tanggapan Siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA. Pengisian angket ini dilakukan pada uji coba skala kecil, uji coba skala besar dan uji penerapan.

3.5.1.2.2 Angket Tanggapan Guru

Angket tanggapan guru diberikan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa efektif LKS yang dikembangkan dalam membantu guru menyampaikan materi pada kegiatan pembelajaran IPA.

3.5.2 Lembar Observasi

Lembar observasi sikap diberikan pada observer saat uji penerapan produk untuk mengukur sikap kreatif siswa dalam pembelajaran, dengan indikator sikap kreatif antara lain (1) keterbukaan terhadap pengalaman baru; (2) kebebasan dalam ungkapan diri; (3) minat terhadap kegiatan kreatif, (4) kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (5) menghargai fantasi.


(45)

Selain sikap kreatif, penelitian ini juga mengukur aktivitas motorik siswa selama kegiatan pembelajaran yang menggunakan LKS di kelas penerapan. Aspek yang diukur antara lain (1) persiapan alat dan bahan; (2) ketepatan melakukan kerja ilmiah; (3) ketepatan menyelesaikan tugas; dan (4) komunikasi ilmiah.

3.5.2 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif secara kognitif dengan memberikan pretest dan posttest kepada siswa. Tes diberikan dalam bentuk uraian. Kemampun berpikir kreatif yang diukur antara lain (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3) orisinalitas, dan (4) elaborasi. Keempat aspek tersebut menjadi dasar penyusunan kisi-kisi dan soal tes.

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Soal Instrumen 3.6.1.1Uji Validitas Soal

Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan instrumen tes yang dipakai. Agar diperoleh data yang valid, instrumen atau alat yang digunakan untuk mengevaluasi juga harus valid. Untuk mencari validitas soal tes digunakan validitas product moment dengan angka kasar. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

  

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy (Arikunto, 2012) Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y ΣXY : Jumlah perkalian skor item X dan Y

X : Jumlah skor item X Y : Jumlah skor item Y N : Jumlah responden

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor item X ΣY2 : Jumlah kuadrat skor item

Hasil perhitungan uji coba instrumen tes dengan validitas product moment diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(46)

Tabel 3.1 Hasil analisis validitas uji coba soal kelas VIII A

No Kriteria Nomor Soal Jumlah 1 Valid 3a,3b, 4a, 4b, 6, 7,8,9,10, 11, 12, 13, 16, 17,

18,19, 20, 14

18 2 Tidak Valid 1, 2, 4a, 4b,15 5

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Harga rxy atau rhitung yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Soal dapat dikatakan valid jika harga rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis uji coba soal pada kelas VIII A diperoleh bahwa terdapat 18 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid.

3.6.1.2Uji Reliabilitas Soal

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil ang tetap. Reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui keajegan dari suatu butir tes. Apabila ingin mencari reliabilitas tes bentuk uraian dapat diukur dengan rumus Alpha. Rumua Alpha sebagai berikut :

            

22

1 , 1 1 1 i i n n r  

(Arikunto, 2012) Keterangan :

11

r : reliabilitas instrumen n : jumlah butir soal

2

i

 : jumlah varians skor tiap-tiap item

2

i

: varians total

Hasil perhitungan reliabilitas soal selanjutnya dibandingkan dengan tabel, diperoleh rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung> rtabel maka instrumen tes yang diujicobakan reliabel. Klasifikasi realibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi realibilitas Interval Kriteria 0.80 – 1,00 Sangat Tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup

(Arikunto, 2012)

Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh rhitung sebesar 0,839. Selanjutnya dari tabel, rtabel ditentukan dengan N sebanyak 28 siswa dan taraf signifikansi (α)


(47)

sebesar 5%. Karena rhitung>rtabel, yaitu 0,839>0,374, maka soal tersebut dapat dikatakan instrumen tes yang reliabel dengan kriteria sangat tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

3.6.1.3Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda soal dinamakan indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi ini tidak mengabaikan tanda negatif, berarti jika suatu soal „‟terbalik‟‟ menunjukan kualitas testee. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus berikut:

(Arikunto, 2012)

Keterangan: : daya pembeda

: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok atas

: banyaknya peserta kelompok bawah

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria daya pembeda soal

Interval Kriteria

0,70

1,00

Baik sekali

0,40

0,69

Baik

0,20 – 0,39 Cukup

0,00 – 0,19 Jelek

(Arikunto, 2012)

Hasil perhitungan daya pembeda yang dilakukan pada soal uji coba diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(48)

Tabel 3.4 Hasil analisis daya pembeda uji coba soal kelas VIII A

No Butir Soal Jumlah Kriteria Keterangan 1 10 1 Sangat Baik Dipakai 2 3a, 11, 20 3 Baik Dipakai 3 5a, 13 2 Baik Dibuang 4 3b, 5b, 6, 9, 12, 17, 18 7 Cukup Dipakai 5 1, 7, 8, 14, 19 5 Cukup Dibuang 6 2, 4a, 4b, 15, 16 5 Jelek Dibuang

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Hasil analisis daya pembeda dari 23 soal diperoleh 5 soal dalam kriteria kurang baik, soal dalam kriteria cukup sebanyak 12 soal, soal dalam kriteria baik sebanyak 5 soal dan soal dalam kriteria sangat baik sebanyak 1 soal.

3.6.1.4Indeks Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara 0-1. Taraf kesukaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2012)

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul J : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran yang dilakukan pada soal uji coba diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(49)

Tabel 3.6 Hasil analisis tingkat kesukaran uji coba soal kelas VIII A

No Butir Soal Jumlah Kriteria Keterangan

1 3a, 5b 2 Mudah Dipakai 2 4b, 8, 13, 14, 15, 19 6 Mudah Dibuang 3 3b, 6, 9, 10, 11, 12, 18, 20 8 Sedang Dipakai 4 1, 2, 4a, 5a, 7, 16 6 Sedang Dibuang 5 17 1 Sukar Dipakai

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Hasil analisis tingkat kesukaran dari 23 soal diperoleh 8 soal dalam kriteria mudah, soal dalam kriteria sedang sebanyak 14 soal, soal dalam kriteria sukar sebanyak 1 soal.

3.6.2 Analisis Angket

3.6.1 Angket Validasi Kelayakan LKS

Kelayakan ini di nilai oleh ahli materi, ahli bahasa dan ahli penyajian. Penilaian kelayakan dilakukan melalui dua tahap. Tahap I dikatakan lolos jika semua butir dalam instrumen penilaian mendapat nilai atau respon positif.

Kriteria penilaian LKS yang dinilai dari ahli mengikuti aturan penetapan yang diadaptasi BSNP (2006) sebagai berikut.

a. Layak. LKS dinyatakan layak berdasarkan hasil penilaian dari keempat komponen penilaian, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 2,75.

2) Komponen kebahasaan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata ≥ 2,5.

b. Layak dengan revisi. LKS dinyatakan layak dengan revisi jika komponen kelayakan bahasa, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor < 2,50 pada setiap komponen.

c. Tidak layak. LKS dinyatakan tidak layak jika memiliki rata-rata skor sama dengan 1 pada salah satu komponen.

3.6.2 Angket Tanggapan Siswa dan Guru

Angket tanggapan siswa dan guru diperoleh dari analisis secara deskriptif persentase menggunakan rumus (Sudijono, 2005) sebagai berikut:


(50)

% 100 x n

f

P

Keterangan: P = Persentase f = skor yang dipilih n = skor maksimal

Hasil persentase data akan dikonversikan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Kategori kelayakan LKS

Interval Skor % Kategori 81%≤x< 100%

62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat Baik Baik Kurang Baik

Tidak Baik

(Arikunto dan Jabar, 2004)

Batas minimal LKS IPA berbasis multiple intelligences dikatakan layak apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62% pada kategori baik.

3.6.3 Lembar Observasi Sikap Kreatif dan Aktivitas Motorik Siswa

Penilaian sikap kreatif dan aktivitas motorik siswa dapat dianalisis dari hasil lembar observasi selama kegiatan pembelajaran pada uji penerapan produk. Hasil penilaian dapat dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan persamaan berikut ini.

(Sudijono, 2005)

Keterangan :

P = Persentase kreatifitas siswa f = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah skor maksimal kreatifitas siswa

Hasil yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan. Untuk mendapatkan kriteria tersebut ditentukan dengan cara (Sudjana, 2005):

1) Menentukan persentase skor ideal (skor maksimal), yaitu: 2) Menentukan persentase skor terendah (skor minimal), yaitu: 3) Menetapkan kelas interval, yaitu = 4


(51)

4) Menentukan panjang interval, yaitu: = 18,75 %

Untuk mengetahui kategori sikap kreatif siswa dapat dikategorikan dengan Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kategori sikap kreatif siswa Interval skor % Kategori 81%≤x< 100%

62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat kreatif Kreatif Kurang Kreatif

Tidak Kreatif

(Sudjana, 2005)

Batas minimal sikap kreatif siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62% pada kategori kreatif.

Untuk mengetahui kategori aktivitas motorik siswa dapat dikategorikan dengan Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kategori aktivitas motorik siswa Interval skor % Kategori 81%≤x< 100%

62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif

(Sudjana, 2005)

Batas minimal aktivitas motorik siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62% pada kategori aktif.

3.6.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif bertujuan untuk mengukur keefektifan pembelajaran dengan melihat besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memanfaatkan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan di uji penerapan produk. Peningkatan ini dapat dianalisis dengan menggunakan uji gain melalui kegiatan pretest dan posttest. Menurut Hake (1999) peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut:


(52)

pre pre post

S S S

g

  

0 0

100

Keterangan:

pre

S

= Skor rata-rata tes awal (%)

post

S

= Skor rata-rata tes akhir (%)

Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi : > 0,7 atau dinyatakan dalam persen > 70%

Sedang : 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30% ≤ ≤70% Rendah : 0,3 atau dinyatakan dalam persen < 30%

Batas minimal LKS IPA berbasis multiple intelligences ini dapat dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan skor rata-rata N-gain sebesar 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30%≤ ≤70% pada kategori sedang.

Pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai hasil belajar siswa mencapai 65% secara individual dan pembelajaran dianggap berhasil secara klasikal jika hasil belajar siswa mencapai ≥85% (Mulyasa, 2007). Rumus yang digunakan diadaptasi dari Depdiknas (2003) dalam Septiani (2013) adalah seagai berikut:

Penerapan LKS IPA berbasis multiple intelligences dapat dikatakan efektif jika minimal 85% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ KKM (75).


(53)

38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian pengembangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2014 - 3 Juni 2014 di SMP Negeri 1 Batangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan kelayakan pengembangan LKS IPA berbasis multiple

intelligences sebagai bahan ajar IPA di SMP pada kelas VII kurikulum 2013.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA. Penelitian pengembangan LKS ini dilakukan sesuai prosedur penelitian yang dimodifikasi dari model pengembangan Sugiyono (2010).

Hasil penelitian pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences yang diterapkan pada tema energi dan kesehatan ini meliputi (1) deskripsi penelitian, (2) hasil pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences, (3) hasil penilaian kelayakan LKS, (4) keefektifan pengembangan LKS IPA berbasis

multiple intelligences dalam pembelajaran IPA. Adapun hasil pengolahan dan

analisis data dapat diuraikan sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan berdasarkan observasi awal tentang keterbutuhan bahan ajar LKS dalam mendukung pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Batangan. Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu pemilihan lima kecerdasan dominan siswa, penyusunan produk, uji skala kecil, uji skala besar dan uji penerapan produk.

Tahapan awal dalam pengembangan LKS IPA berbasis multiple

intelligences adalah pemilihan lima kecerdasan dominan siswa sebagai fokus

penelitian. Pada dasarnya setiap siswa memiliki sembilan kecerdasan majemuk yang melekat pada dirinya, tetapi hanya beberapa kecerdasan yang dominan. Pemilihan kecerdasan ini dilakukan berdasarkan tes identifikasi kecerdasan


(1)

kecerdasan yang diintegerasikan.

6 Kegiatan pembelajaran dalam LKS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

7 Penggunaan gambar dan artikel dalam LKS Berbasis Multiple Intelligences sangat relevan dan kontekstual sehingga mendorong rasa inginn tahu siswa.

8 Kegiatan dan penugasan dalam LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat membantu siswa meahami materi melalui kegiatan yang menyenangkan, variatif dan berpusat pada siswa.

9 LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri maupun kelompok

10 LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat membantu siswa menguasai materi pada tema Energi dan Kesehatan secara komprehensif.

Saran :

... ... ... ...


(2)

Penilaian: Keterangan:

P = persentase tanggapan guru f = jumlah skor yang diperoleh n = jumlah skor maksimum

Kriteria Penilaian

81% - 100% = sangat menarik 62% - 80% = menarik 43% - 61% = cukup menarik 25% - 42% = kurang menarik

Batangan, Mei 2014 Guru Mata Pelajaran IPA

... NIP


(3)

REKAPITULASI TANGGAPAN GURU IPA TERHADAP LKS IPA

BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES

No Pernyataan Skor

Guru IPA I Guru IPA II 1 Desain Penampilan LKS Berbasis Multiple

Intelligences secara keseluruhan menarik. 4 4 2 Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan

jelas dalam LKS. 4 4

3 LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat menunjukan konsep keterpaduan IPA.

4

4 4 Bahasa dalam LKS Berbasis Multiple

Intelligences mudah untuk dipahami siswa.

4

4 5 Kegiatan pembelajaran dalam LKS

Berbasis Multiple Intelligences sesuai dengan kelima kecerdasan yang diintegerasikan.

3 4

6 Kegiatan pembelajaran dalam LKS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4 4

7 Penggunaan gambar dan artikel dalam LKS Berbasis Multiple Intelligences sangat relevan dan kontekstual sehingga mendorong rasa inginn tahu siswa.

3 4

8 Kegiatan dan penugasan dalam LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat membantu siswa meahami materi melalui kegiatan yang menyenangkan, variatif dan berpusat pada siswa.

4 4

9 LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri maupun kelompok

3 3

10 LKS Berbasis Multiple Intelligences dapat membantu siswa menguasai materi pada tema Energi dan Kesehatan secara komprehensif.

3 3

Jumlah Skor (%) 90% 95%

Kriteria Sangat Baik Sangat

Baik

Rerata Skor (%) 92,5%


(4)

Lampiran 19: Dokumentasi Penelitian

Presentasi Kreatif: Bermain Peran

Uji Coba Skala Kecil Uji Coba Soal

Membuat Ketapel Sederhana

Eksperimen: Uji Bahan Makanan Membuat Kincir Angin Sederhana

Reward: Kelompok Terkreatif


(5)

(6)