Multiple Intelligences TINJAUAN PUSTAKA

diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu webbed, connected, shared dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam kompetensi dasar KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini akan digunakan model keterpaduan connected. Deskripsi model connected dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Model keterpaduan connected Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan Connected Membelajarkan sebuah KD, konsep- konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain a Melihat perma- salahan tidak hanya dari satu bidang kajian. b Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu. Wilujeng, 2011 Model pembelajaran IPA connected merupakan suatu konsep atau prinsip yang memadukan konsep dalam bidang lain sesuai karakteristik kompetensi dasar. Model ini dipilih sesuai dengan karekteristik tema energi dan kesehatan yang kegiatan pembelajaranya lebih didominansi oleh bidang kajian ilmu biologi. Disiplin ilmu fisika pada tema ini adalah sumber-sumber energi dan energi potensial. Disiplin ilmu biologi pada tema ini adalah makanan sebagai sumber energi dan sistem pencernaan makanan.

2.3 Multiple Intelligences

Setiap insan terlahir di dunia dalam keadaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan genetik itu juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melengkapi pengalaman hidup manusia, baik lingkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan, sekolah maupun lingkungan lain. Kombinasi perbedaan genetik dan perbedaan pengalaman tersebut mentransformasi seorang manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar yang unik Chatib, 2012. Hal ini berarti, setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda satu sama lain. Namun, seringkali kita menggunakan tes IQ, tes standarisasi, tes prestasi, tes kognitif akademik untuk mengukur kecerdasan seseorang. Salah satu inovasi pendidikan yang kini mulai diterapkan di sekolah-sekolah adalah penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences. Konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner ini, seorang psikolog dari Universitas Harvard, menegaskan bahwa setiap anak cerdas. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki kecerdasan dan potensi tertentu. Teori ini diterima dalam dunia pendidikan karena masuk dalam semua jenis kecerdasan anak. Dalam menggali dan mengembangkan kecerdasan anak di sekolah, dapat dilakukan dengan pemilihan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang tepat. Mengutip pemikiran J.R. David dalam Chatib 2013 menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksaan pembelajaran. Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan perencanaan pembelajaran yang bertolak pada sembilan kecerdasan menurut teori kecerdasan Howard Gardner. Namun, dalam pengembangan ini, diintegrasikan lima kecerdasan dominan yang dimiliki siswa, dengan penjelasan menurut Yaumi 2012 sebagai berikut. a. Pembelajaran berbasis logis-matematis Kecerdasan logis-matematis atau dikenal dengan istilah cerdas angka termasuk kemampuan ilmiah scientific yang sering disebut berpikir kritis. Ciri khas orang yang memiliki kecerdasan ini adalah mampu berpikir induktif, deduktif dan rasional. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis adalah berpikir kritis chritical thinking, menggunakan pertanyaan sokrates socratic questioning, menganalisis, membuat simbol abstrak, membuat kalkulasi, berpikir rasional rational thinking, membandingkan, membuat urutan, eksperimen, problem solving, mengklasifikasi, membuat alasan, menulis masalah dengan angka-angka dan berpikir ilmiah scientific ilmiah. b. Pembelajaran berbasis kecerdasan visual-spasial Kecerdasan berbasis visual-spasial adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk menginterprestasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan visual-spasial adalah membuat potongan kertas warna-warni, merancang brosur, membuat diagram, menyuting, menggambar, membuat simbol grafik, membuat visualisasi, pemetaan ide ideas map, membuat diagram, memotret dan mendesain. c. Pembelajaran berbasis kecerdasan interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komuniksi verbal dan nonverbal serta mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki kecerdasan ini mengetahui betapa pentingnya kolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan serta bekerjasama dengan orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda- beda. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah menerapkan model jigsaw, membuat kelompok kooperatif, membuat teamwork, berdiskusi kelompok, membuat proyek kelompok, melakukan simulasi, melakukan wawancara dan membuat keterampilan kolaboratif. d. Pembelajaran berbasis jasmaniah-kinestetik Kecerdasan jasmaniah dan kinestetik atau disebut cerdas jasmaniah adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan ini biasa memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek jasmaniah. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan jasmaniah dan kinestetik adalah studi lapangan, demonstrasi, bermain tebak-tebakan, bergerak dan berpindah-pindah, bermain peran dan bertukuar kunjungan dalam kelompok kelas. e. Pembelajaran berbasis kecerdasan eksistensial-spiritual Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan unutuk menempatkan diri dalam hubunganya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dan sangat kecil serta kapisitas untuk menerapkan diri dalam hubunganya denga fitur-fitur eksistensial dari suatu kondisi manusia dalam suatu karya seni. Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama dan membuat respon terhadap sesuatu. Esensi teori berbasis multiple intelligences menurut Howard Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini dalam bidang tertentu untuk mendapat pengakuan Utami, 2012. Strategi ini menekankan pada aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa yang diharapkan dapat memotivasi semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa.

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif