Penguatan Hukum dan Kelembagaan AMDAL Migas

dilakukan selama 75 tujuh puluh lima hari kerja sejak diterimanya dokumen tersebut. Begitu pula untuk penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang diajukan secara bersama-sama untuk dinilai selama 75 tujuh puluh lima hari kerja. Namun, seringkali dalam implementasi, sebagaimana hasil analisis kualitas dokumen AMDAL migas diperoleh bahwa waktu penyusunan relatif lama yakni 1-3 tahun. Semestinya, waktu penilaian disesuaikan dengan kebutuhan usaha untuk masing-masing kegiatan yang berbeda. Disisi lain penambahan anggota tim komisi harus dilakukan sebagai upaya efisiensi waktu pemeriksaan dan penilaian.

5.6.3 Penguatan Hukum dan Kelembagaan AMDAL Migas

Strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan harus dilakukan melalui penguatan hukum dan kelembagaan. Komponen penguatan hukum dan kelembagaan AMDAL terdiri atas: peningkatan kualitas sumberdaya manusia SDM pada semua tingkatan, namun lebih ditekankan pada tingkat komisi AMDAL pusat dan tim teknis AMDAL migas. Penerapan sanksi administrasi dan pidana sesuai UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Mekanisme keterlibatan masyarakat yang jelas dalam penyusunan AMDAL migas. Lembaga pengawas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Gambar 29 Diagram strategi penguatan hukum dan kelembagaan AMDAL migas Keterlibatan Masyarakat Pemahaman dan Pengetahuan Perguruan Tinggi Tokoh Masyarakat Pemerintah Penguatan Hukum dan Kelembagaan AMDAL Migas Tahap Perencanaa Tahap Operasi Tahap Pasca Operasi Penguatan SDM Komisi AMDAL Pusat Tim Teknis AMDAL Migas Penerapan Sanksi Sanksi Administrasi Sanksi Pidana UU N0.231997 Perizinan Pengawasan Pelaksanaan RKL, RPL Ditjen Migas Pemda Instansi Terkait Komponen Masyarakat Penguatan hukum dan kelembagaan AMDAL migas dalam rangka pengembangan dilakukan dengan tiga pendekatan terintegrasi yakni: penguatan SDM, penerpanan sanksi administrasi dan pidana sesuai UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, perbaikan mekanisme keterlibatan masyarakat dan kelembagaan pengawas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Penguatan SDM ditekankan pada penguatan kualitas SDM komisi AMDAL pusat KLH dan tim teknis AMDAL migas Ditjen Migas. Kualitas komisi penilai AMDAL juga menjadi salah satu komponen efektivitas AMDAL pada kegiatan usaha migas. Kualitas komisi penilai akan menentukan hasil akhir dari penyusunan dokumen AMDAL. Komisi penilai yang berkualitas, diharapkan mampu menghasilkan hasil review dokumen yang baik. Kualitas komisi penilai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kualitas dokumen AMDAL. Kualitas tim teknis merupakan komponen yang juga berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan AMDAL dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Kualitas tim teknis sangat penting mengingat kegiatan studi AMDAL merupakan kegiatan multidisiplen dengan aspek linkungan sebagai inti kajian. Kualitas tim teknis sangat terkait dengan keahlian dibidangnya. Kegiatan usaha migas merupakan kegiatan dengan teknologi tinggi serta bersifat teknis profesional sehingga dibutuhkan kajian AMDAL yang mendalam dan komprehensif agar dihasilkan kualitas AMDAL yang baik, khususnya dalam upaya pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan. Tim teknis diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik dalam keterlibatannya dalam pengkajian dan penilaian AMDAL. Penerapan sanksi terhadap pelanggaran AMDAL yang dilakukan sangat penting diterapkan, mengingat aspek penguatan hukum merupakan salah satu faktor penting pengembangan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Penerapan sanksi dapat dilakukan berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana sesuai dengan UU No. 23 tahun 1997. Penerapan sanksi diharapkan manpu menekan tingkat pelanggaran yang terjadi, sehingga efisiensi dan efektifitas kbijakan AMDAL dapat terwujud. Peningkatan keterlibatan masyarakat dilakukan melalui pelibatan masyarakat pada setiap tahap kegiatan. Pembekalan pemahaman tentang AMDAL yang diinisiasi oleh pemrakarsa dengan bekerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan atau organisasi non-pemerintah. Melakukan sosialisasi kegiatan lebih awal kepada masyarakat serta memastikan keterwakilan masyarakat dari semua komponen. Mekanisme keterlibatan masyarakat dapat dilakukan melalui pengumuman pada media massa baik lokal maupun nasional, diskusi interaktif secara langsung dengan masyarakat yang kemungkinan terkena dampak serta dilibatkan sejak penyusunan dokumena AMDAL sampai tahap pelaksanaan kegiatan mulai persiapan sampai pasca operasi. Pola pendekatan yang digunakan disarankan bersifat partisipatif. Pendekatan partisipatif merupakan pola distribusi kekuasaan dari pengelola ke masyarakat. Dengan pola partisipasi masyarakat tidak hanya dilibatkan sebagai objek tapi juga bagian dari subjek, sehingga kegiatan dan atau usaha yang dilakukan menjadi tanggung jawab bersama. Pola ini juga akan memberikan kesadaran yang tinggi terhadap masyarakat dengan mengharapkan partisipasi yang lebih bermanfaat. Prinsip partisipasi adalah mendorong setiap warga menggunakan hak menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis partisipatif dilakukan guna memahami suara masyarakat bawah tentang apa yang mereka hadapi serta mengakomodasikan suara masyarakat bawah dalam perumusan kebijakan. Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bukan reaktif artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara. Partisipasi dimaksudkan untuk menjamin setiap kebijakan yang diambil dapat mencerminkan aspirasi masyarakat. Saluran komunikasi sebagai salah satu wadah atau media yang sangat urgen bagi masyarakat dalam memudahkan penyampaian pendapatnya kerap menjadi salah satu kendala tersendiri dalam memaksimalkan peran partisipasi masyarakat. Dengan demikian perlu penyediaan sarana maupun jalur komunikasi yang efektif meliputi pertemuan-pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat baik tertulis maupun tidak tertulis. Perencanaan partisipatif juga merupakan salah satu metode yang efektif untuk menstimulasi keterlibatan masyarakat menyiapkan agenda pembangunan yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dalam upaya penyelesaian masalah-masalah di masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama. Satu hal terpenting dalam menjamin hak warga masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan adalah adanya keinginan dari semua pihak, mulai dari tataran pemerintah pusat sampai ke daerah, sehingga masyarakat itu sendiri mengedepankan nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip yang harus dijunjung tinggi dan dilestarikan demokrasi, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas serta desentralisasi. Berpegang pada nilai dan prinsip tersebut, diharapkan akan terbangun kebersamaan yang berdampak pada terbukanya akses bagi masyarakat lokal dalam merumuskan dan menentukan arah kebijakan bagi dirinya sendiri tanpa terus menerus tergantung pada pihak-pihak tertentu. Ini sudah tentu harus didukung oleh keberpihakan pemerintah dan pihak-pihak peduli lainnya terhadap masyarakat, terutama masyarakat lokal. Tumbuhnya rasa kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan pemrakarsa serta sebaliknya diharapkan dapat meningkatkan peran masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Kegunaan keterlibatan masyarakat adalah sebagai sumber informasi keadaan lingkungan, sumber informasi persepsi masyarakat terhadap kegiatan, ikut memantau dampak yang terjadi, sebagai mitra dalam memecahkan masalah yang timbul serta sebagai penerima sarana-sarana penunjang Carter, 1977 dalam Suratmo, 2002. Dengan dua sub aspek penekanan yakni komponen masyarakat yang terlibat dan pemberian pemahaman dan pengetahuan secara dini tentang kegiatan usaha migas dan kemungkinan dampak yang dapat terjadi beserta seluruh resiko dan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh. Kelembagaan pengawas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada kegiatan usaha migas perlu diatur secara jelas antara pengawasan aspek teknis oleh Ditjen Migas antara lain instalasi dan atau peralatan yang akan digunakan di dalam operasi migas termasuk peralatan pencegahan penanggulangan pencemaran. Pengawasan aspek sosial ekonomi dan budaya oleh pemerintah daerah dan pengawasan terhadap media penerima limbah oleh pemerintah daerah antara lain penetapan baku mutu badan air penerima limbah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Koordinasi kelembagaan untuk izin lokasi kegiatan usaha migas sebelum beroperasi wajib mendapat izin dari instansi terkait sesuai rencana pemanfaatan kegiatan seperti kehutanan, perhubungan laut, kelautan dan perikanan.

5.7 Prioritas Strategi Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas