Prioritas Strategi Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas

pemerintah daerah antara lain penetapan baku mutu badan air penerima limbah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Koordinasi kelembagaan untuk izin lokasi kegiatan usaha migas sebelum beroperasi wajib mendapat izin dari instansi terkait sesuai rencana pemanfaatan kegiatan seperti kehutanan, perhubungan laut, kelautan dan perikanan.

5.7 Prioritas Strategi Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas

Didasarkan pada hasil perumusan kebijakan dan penyusunan strategi implementasi selanjutnya dilakukan penentuan strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas dengan pendekatan hierarchy process analysis. Penentuan strategi pengembangan kebijakan AMDAL dalam mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas, dilakukan dengan pendekatan aspek aktor dan tujuan pengembangan AMDAL migas. Analisis prioritas strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas disusun dengan lima level yakni level-1 goal: strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan, level-2 aktor: penyusun, pemrakarsa serta komisi AMDAL dan tim teknis, level-3 tujuan: efektif dan efisien, level-4 sub tujuan: operasional, menjadi acuan, implementatif, biaya, waktu dan sumberdaya manusia, level-5 alternatif: peningkatan kualitas dokumen AMDAL migas, penyempurnaan prosedur penyusunan AMDAL migas, serta penguatan hukum dan kelembagaan AMDAL migas. Strategi Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan Peningkatan Kualitas Dokumen AMDAL Migas 0.441 Penyempurnaan Prosedur Penyusunan AMDAL Migas 0.263 Penguatan Hukum dan Kelembagaan AMDAL Migas 0.296 Penyusun 0.297 Pemrakarsa 0.163 Komisi-Tim Teknis 0.540 Efektif 0.500 Efisien 0.500 Operasional 0.270 Acuan 0.082 Implementasi 0.149 Biaya 0.143 Waktu 0.072 SDM 0.286 Gambar 30 Strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas Strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan dilakukan dengan pendekatan aktor yakni: komisi dan tim teknis 0.540, penyusunan 0.297 dan pemrakarsa 0.163. Komisi AMDAL dan tim teknis merupakan aktor utama dalam pengembangan kebijakan AMDAL migas. Hasil menunjukkan bahwa bobot peranan komisi AMDAL dan tim teknis merupakan bobot tertinggi dari kedua aktor lainnya. Komisi dan tim teknis menjadi kunci kualitas dokumen AMDAL yang dihasilkan. Komisi penilai merupakan komponen yang sangat penting dalam implementasi kebijakan AMDAL. Komisi penilai akan sangat berperan dalam penilaian dokumen AMDAL yang telah disusun, diterima atau ditolaknya dokumen tersebut. Sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL yakni pasal 1 ayat 11 bahwa komisi penilai adalah komisi yang bertugas menilai dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup dengan pengertian di tingkat pusat oleh komisi penilai pusat dan di tingkat daerah oleh komisi penilai daerah. Komisi penilai menilai kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup. Tim teknis merupakan tim yang membantu komisi penilai dalam memberikan pertimbangan teknis terhadap dokumen AMDAL yang diajukan oleh pemrakarsa. Sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL yakni pasal 8 ayat 4 bahwa dalam menjalankan tugasnya, komisi penilai dibantu oleh tim teknis yang bertugas memberikan pertimbangan teknis atas kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. Selanjutnya pasal 12 ayat 1 bahwa tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 4 terdiri atas para ahli dari instansi teknis yang membidangi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan dan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan serta ahli lain dengan bidang ilmu yang terkait. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota tim teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat 1 ditetapkan oleh menteri untuk komisi penilai pusat dan oleh gubernur untuk komisi penilai daerah tingkat I. Kualitas tim teknis merupakan komponen yang juga berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan AMDAL dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Kualitas tim teknis sangat penting mengingat kegiatan studi AMDAL merupakan kegiatan multidisiplen dengan aspek linkungan sebagai inti kajian. Kualitas tim teknis sangat terkait dengan keahlian dibidangnya. Kegiatan usaha migas merupakan kegiatan dengan teknologi tinggi serta bersifat teknis profesional sehingga dibutuhkan kajian AMDAL yang mendalam dan komprehensif agar dihasilkan kualitas AMDAL yang baik, khususnya dalam upaya pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan. Tim teknis diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik dalam keterlibatannya dalam pengkajian dan penilaian AMDAL. Aktor berikutnya adalah penyusun. Kualitas penyusun terdiri atas kualifikasi ketua dan anggota tim. Ketua tim penyusun studi disebutkan harus bersertifikat AMDAL penyusun dan sesuai ketentuan yang berlaku, sedang anggota tim harus memiliki keahlian yang sesuai dengan lingkup studi yang dilakukan. Kualitas penyusun AMDAL sangat berpengaruh terhadap hasil studi AMDAL yang dilakukan. Tim penyusun yang berkualitas diyakini menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas pula. Dengan demikian AMDAL akan menjadi efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Bobot penyusun lebih tinggi, bila dibandingkan dengan bobot aktor, lebih dikarenakan peran dan tugas dari penyusun yang sangat menentukan isi dan kualitas dokumen yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL, kualifikasi dan integritas penyusun sangat menentukan. Selain itu pengalaman penyusun dalam menyusun AMDAL juga sangat penting, mengingat kompleksitas aspek dan dimensi-dimensi dalam suatu studi AMDAL. Aktor pemrakarsa juga menjadi bagian dari pengembangan kebijakan AMDAL migas yang efektif dan efisien. Pemrakarsa merupakan pihak pengguna langsung kebijakan AMDAL. Pemrakarsa memiliki kewenangan menunjuk langsung tim penyusun AMDAL kegiatan usaha yang dilakukan, begitu pula dengan pembiayaan kegiatan studi AMDAL. Kewenangan dalam penentuan pelaksana studi dan penyusun dokumen AMDAL sangat penting, mengingat otoritas sepenuhnya yang dimiliki oleh pemrakarsa, menjadi awal kualitas dokumen AMDAL yang dihasilkan. Penunjukan tim penyusun yang tepat, akan memberikan hasil yang baik dengan kualitas dokumen AMDAL yang dihasilkan. Disisi lain, pemrakarsa merupakan pengguna langsung dari dokumen AMDAL yang dihasilkan. Analisis mengenai dampak penting yang teridentifikasi akan menjadi rambu-rambu pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Selanjutnya indikator efektif dan efisien sebagai pendekatan untuk melihat sejauh mana pengembangan kebijakan AMDAL migas di masa datang. Indikator efektivitas dan efisiensi meliputi: operasional 0.270, menjadi acuan 0.082 dan implementasi 0.149, biaya penyusunan 0.143, waktu penyusunan 0.072 dan sumberdaya manusia 0.286. Kebijakan AMDAL yang operasional, implementatif serta dapat menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan pada kegiatan usaha migas, merupakan sesuatu yang sangat penting, mengingat kebijakan AMDAL adalah dokumen kebijakan, dokumen publik dan berkekutan hukum. Dokumen AMDAL adalah satu-satunya dokumen pengelolaan lingkungan khususnya dalam pengendalian dampak pada suatu kegiatan usaha. Dengan demikian, dokumen tersebut harus bersifat operasional, dapat diimplementasikan serta dapat menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan dalam kaitannya dengan pengendalian dampak lingkungan. Peningkatan SDM penyusunan AMDAL perlu dilakukan mengingat kualitas dokumen AMDAL selain ditentukan oleh kualitas penyusun, juga sangat dipengaruhi oleh kualitas komisi AMDAL. Hal ini menjadi penting mengingat kajian tentang lingkungan hidup dalam dua dekade terakhir menjadi sangat serius dan mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dunia. Pemanasan global akibat dampak yang muncul dari aktivitas pembangunan telah mengancam kelansungan hidup manusia. Akibat tersebut menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan sehingga dokumen AMDAL sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam keberlanjutan menjadi sangat penting. Komisi penilai AMDAL pusat adalah salah satu komponen penting yang berperan dalam kegiatan penyusunan AMDAL migas. Sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya untuk kegiatan migas akan sangat menentukan hasil studi AMDAL migas selain kualitas tim penyusun itu sendiri. Sinergitas antara tim penyusun dengan komisi penilai dengan sumberdaya yang berkualitas diharapkan menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas pula. Komponen efisiensi kebijakan AMDAL lainnya adalah biaya dalam penyusunan dokumen. Komponen pembiayaan sangat berpengaruh terhadap kualitas AMDAL yang dihasilkan. Pembiayaan yang minim akan menyulitkan dalam kegiatan studi, sehingga komponen pembiayaan menjadi sulit dilakukan dan menyebabkan kegiatan menjadi sekedar dilaksanakan. Disisi lain pembiayaan yang tinggi akan memberatkan pemrakarsa dan pemborosan biaya dapat terjadi sehingga kegiatan studi menjadi tidak efisien. Untuk itu, proporsionalisasi pembiayaan menjadi sangat penting, mengingat efisien kebijakan AMDAL. Komponen waktu merupakan salah satu indikator efisiensi kebijakan AMDAL. Waktu persetujuan dokumen AMDAL 75 hari kerja yang didasarkan pada PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL. Waktu tersebut terbilang cukup lama sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Terlebih lagi penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL tidak dapat dilaksanakan sebelum dokumen KA-ANDAL disetujui. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap efisiensi penyusunan AMDAL. Waktu pengambilan keputusan kelayakan dokumen AMDAL menjadi penting dalam kaitannya dengan efisiensi kebijakan AMDAL untuk mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan kelayakan dokumen AMDAL secara keseluruhan yakni 150 hari teridir dari 75 hari untuk penilaian persetujuan dokumen KA-ANDAL dan 75 hari untuk penilaian persetujuan dokumen ANDAL, RKL dan RPL. Dengan demikian kurang lebih lima bulan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan keputusan kelayakan lingkungan. Sementara waktu pengambilan keputusan masyarakat dimana saat ini ditentukan sekitar 30 hari sejak diumumkannya. Masyarakat diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan kepada pemrakarsa, pemerintah dan penyusun AMDAL untuk kemudian segera memperbaiki sesuai dengan tanggapan yang masuk. Waktu yang terbilang singkat tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap tanggapan dan masukan yang terbatas. Dengan demikian dokumen AMDAL menjadi tidak berkualitas disebabkan karena minimnya tanggapan yang masuk dari masyarakat. Akhirnya AMDAL yang dihasilkan dalam implementasinya tidak menjadi efektif. Hasil penentuan prioritas strategi pengembangan kebijakan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan berturut-turut: peningkatan kualitas dokumen 0.441, penguatan hukum dan kelembagaan 0.296 dan penyempurnaan prosedur penyusunan AMDAL 0.263. Peningkatan kualitas dokumen menjadi strategi utama, mengingat AMDAL sebagai dokumen manajemen lingkungan, dokumen publik dan dokumen hukum. Kualitas dokumen AMDAL migas merupakan salah satu strategi penting dan kaitannya dengan pengembangan kebijakan AMDAL. Strategi tersebut harus didukung oleh peningkatan kualitas penyusun, meliputi; kualifikasi, independensi dan komposisi. Perbaikan substansi dokumen AMDAL dengan memperbaiki metode-metode didalam penyusunan AMDAL seperti; kajian aspek ekologi dan sosial ekonomi. Selain itu, juga harus dilakukan pengintegrasian dengan kajian emergency dalam penyusunan AMDAL, dengan harapan bahwa hal-hal emergency, seperti yang sering terjadi selama ini yakni tumpuhan minyak dapat diatasi. Kualitas dokumen AMDAL merupakan komponen yang terdiri atas dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan KA-ANDAL, dokumen analisis dampak lingkungan ANDAL, dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup RKL dan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup RPL. Dokumen KA-ANDAL disusun terlebih dahulu untuk menentukan lingkup studi dan mengidentifikasi isu-isu pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan AMDAL. Dokumen KA-ANDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL dan bila telah disetujui maka kegiatan penyusunan dokumen ANDAL, RPL dan RKL dilaksanakan. Ketiga dokumen tersebut ANDAL, RKL dan RPL, merupakan bahan penilaian bagi komisi penilai AMDAL untuk kemudian menjadi dasar penentuan rencana usaha dan atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak. Selain itu dokumen AMDAL juga menjadi bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah, memberi masukan untuk penyusunan disain teknis dari rencana usaha dan atau kegiatan, serta memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan. Strategi kedua dalam upaya pengembangan kebijakan AMDAL kaitannya dengan mencegah kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas adalah penguatan aspek hukum dan kelembagaan. Dokumen AMDAL yang merupakan dokumen hukum, harus menjadi barometer keberlanjutan pembangunan dari sisi ekologi. Hal ini sangat terkait dengan dampak yang senantiasa mengikuti aktivitas pembangunan yang dilakukan. Dokumen AMDAL kemudian menjadi sangat penting, sebagai dokumen yang bersifat preventif pencegahan akan terjadinya kerusakan lingkungan. Penegakan hukum law enforcement terhadap pelanggaran-pelanggaran lingkungan, diharapkan menjadi prioritas penguatan hukum dan kelembagaan AMDAL migas. Strategi ketiga adalah penyempurnaan prosedur penyusunan AMDAL migas. Strategi ini juga menjadi penting, mengingat salah satu permasalahan yang umumnya dihadapi dalam investasi pembangunan adalah aspek prosedural yang seringkali berbelit-berbelit dan membutuhkan waktu yang lama. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya birokrasi yang harus dilalui dalam kaitannya dengan penanam investasi tersebut. Demikian pula halnya dalam kegiatan penyusunan AMDAL. Pemrakarsa dan penyusun seringkali mengalami hambatan, terutama dalam aspek waktu dan pembiayaan yang begitu besar.

5.8 Rumusan Kebijakan AMDAL Migas