Indonesia seperti cekungan Makassar, Irian Jaya dan juga kawasan karat Indonesia.
Kegiatan migas di Indonesia tersebar pada beberapa kepulauan yaitu di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan serta Irian Jaya meliputi:
1. Kegiatan hulu terdiri dari eksplorasi dan eksploitasi, kegiatan eksploitasi
yaitu: a kegiatan pemboran eksplorasi untuk mencari cadangan minyak kegiatan ini tidak berdampak penting sesuai keputusan menteri LH No. 11
tahun 2006 tidak mewajibkan menyusun AMDAL, b kegiatan eksploitasi yaitu kegiatan operasi produksi, memproduksi minyak dan pemboran sumur-
sumur produksi, c kegiatan yang berstatus eksplorasi dan produksi hulu antara lain :1 Pertamina eksplorasi: Sumatera Utara, Sumatera bagian tengah
Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat Cirebon, Cepu, Kalimantan, dan Papua, 2 kontraktorkontrak kerja sama KKS, swasta-swasta asing maupun
nasional antara lain, Chevron Pasifik Indonesia CPI, Total Indonesia, UNOCAL, CONOCO Phillip, CNOOC, dan Petrochina. 3 JOB : Joint
Operation Body dan 4 TAC Technic Assistance Contract. 2.
Kegiatan hilir terdiri dari: a unit pengolahan minyak UP yaitu pengelolaan minyak untuk menjadi produk BBM antara lain : UP I Pangkalan Berandan,
UP II Dumai, UP III Pelaju Sungai Gerong, UP IV Cilacap, UP V Balikpapan, UP VI Balongan dan UP VII Sorong, b unit pengolahan gas LPG dan LNG,
dan c kegiatan niagapemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia.
2.4 Konsep Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan
terlepas dari apakah nilai pasar market price tersedia atau tidak Fauzi, 1999. Akar dari konsep penilaian ini sebenarnya berlandaskan dari teori ekonomi neo-
klasikal yang menekankan pada kepuasan atau keperluan konsumen. Berdasarkan pemikiran neo-klasik ini dikemukakan bahwa setiap individu pada barang dan jasa
tidak lain adalah selisih antara keinginan membayar willingness to pay dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa tersebut Barbier, 1995.
Nilai ekonomi dapat diartikan sebagai ukuran jumlah keinginan maksimum seseorang yang bersedia mengorbankan barang dan jasa untuk
mendapatkan barang dan jasa lainnya. Konsep ini sering disebut sebagai keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sumberdaya alam tidak selalu bahwa nilai tersebut harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Sebaliknya dapat diukur dari
sisi lain yakni seberapa besar masyarakat harus diberikan kompensasi untuk menerima pengorbanan atas hilangnya barang dan jasa dari sumberdaya dan
lingkungan. Dalam memberikan penilaian terhadap hasil dari suatu kegiatan, perlu
diketahui urutan dalam memberikan penilaian Suparmoko, 2000, yaitu: 1 mengidentifikasi dampak penting lingkungan, 2 mengkuantifikasi besarnya
dampak dan 3 perubahan kuantitas fisik kemudian diberi harganilai uang dalam rupiah.
Masalah yang
perlu diperhatikan
dalam penilaian ekonomi adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang
dipakai dalam suatu kegiatan untuk masyarakat sehingga diperoleh ”social returns
” atau ”economic return” yang paling tinggi Kadariah et al., 1978. Setiap kegiatan pembangunan umumnya menghasilkan dampak terhadap
lingkungan, demikian pula dalam setiap tahap kegiatan industri minyak dan gas bumi termasuk unit pengolahan minyak. Industri ini berpotensi menimbulkan
dampak yang bersifat positif maupun yang negatif terhadap lingkungan alam ekosistem, sosial budaya, sosial politik dan ekonomi Abda’oe, 1994. Dampak
lingkungan, ekonomi dan sosial dari kegiatan unit pengolahan minyak secara umum dapat terlihat dari pengaruhnya secara langsung terhadap aktivitas utama di
wilayah pesisir. Permasalahan dan isu lingkungan mengenai dampak aktivitas migas di suatu wilayah, namun tidak jarang hanya ditanggapi dengan melakukan
identifikasi tanpa ada tindak lanjut untuk menghitung besarnya nilai ekonomi yang ditimbulkan dari pemanfaatan sumberdaya alam. Kondisi ini diperparah
dengan tidak tersedianya data ekonomi dan lingkungan suatu wilayah. Tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambil keputusan untuk
menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan competing use yang
mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada. Asumsi yang mendasari fungsi ini adalah bahwa alokasi sumberdaya yang dipilih adalah yang mampu
menghasilkan manfaat bersih bagi masyarakat net gain to society yang diukur dari manfaat ekonomi dari alokasi tersebut dikurangi dengan biaya alokasi
sumberdaya tersebut Adrianto, 2005 Pengelolaan lingkungan dapat dicapai dengan menerapkan ekonomi
lingkungan sebagai instrumen yang mengatur alokasi sumberdaya secara rasional Steer, 1996. Nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam sumberdaya alam
sangat peran dalam penentuan kebijakan pengelolaannya, sehingga alokasi dan alternatif pengelolaannya dapat efisien dan berkelanjutan. Hilangnya ekosistem
atau sumberdaya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi karena hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut untuk
menyediakan barang dan jasa. Dalam beberapa kasus, hilangnya ekosistem ini tidak dapat dikembalikaqn seperti sediakala irreversible. Pilihan kebijakan
pembangunan yang melibatkan sumberdaya alam ekosistem seperti kebijakan tetap mempertahankan ekosistem apa adanya atau dikonversi menjadi
pemanfaatan lain merupakan persoalan pembangunan yang dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi Adrianto, 2006.
Valuasi ekonomi sumberdaya alam adalah seluruh manfaat yang disediakan oleh sumberdaya alam dari yang digunakan saat ini dan manfaat untuk
masa yang akan datang. Valuasi ekonomi adalah salah satu dari banyak cara untuk menggambarkan dan mengukur nilai sumberdaya alam, baik yang bernilai
pasar dapat diperdagangkan maupun yang tidak bernilai pasar tidak dapat diperdagangkan Williamson, 2003.
Tujuan penilaian ekonomi lingkungan adalah untuk memperkuat mata rantai antara lingkungan dan ekonomi. Penerapan penilaian ekonomi dalam
sumberdaya alam dan lingkungan melalui berbagai teknik ekonomi adalah salah satu metode untuk mempromosikan pengintegrasian dari lingkungan, ekonomi
dan sosial Williamson, 2003. Selain itu, tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi dari
berbagai pemanfaatan competing use yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada. Asumsi yang mendasari fungsi ini adalah bahwa alokasi
sumberdaya yang dipilih adalah yang mampu menghasilkan manfaat bersih bagi masyarakat net gain to society yang diukur dari manfaat ekonomi dari alokasi
tersebut dikurangi dengan biaya alokasi sumberdaya tersebut Adrianto, 2005. Kerangka nilai ekonomi yang sering digunakan dalam valuasi ekonomi
sumberdaya alam adalah konsep total economic value TEV atau nilai ekonomi total. Terdapat tiga metode yang digunakan secara umum dalam valuasi ekonomi
dan dampak ekonomi terhadap lingkungan. Ketiga metode tersebut adalah: 1 Market valuation
adalah pendekatan yang menggunakan penilaian ekonomi dari sumberdaya alam alam berdasar nilai pasar. Pendekatan ini biasanya digunakan
untuk menilai aset ekonomi economic asset dari sumberdaya alam. Apabila nilai pasar dari sumberdaya alam tidak tersedia, karena jumlah sumberdaya alam
tersebut tidak diketahui, nilai ekonomi dari sumberdaya alam tersebut dapat ditemukan dari jumlah penerimaan potensial dari sumberdaya tersebut dengan
pendekatan diskonto, 2 Maintenance valuation adalah pendekatan yang didasarkan pada penilaian terhadap opportunity cost yang hilang sebagai akibat
suatu tindakan ekonomi dan juga opportunity cost dari tindakan maintenance untuk mengurangi dampak kegiatan ekonomi terhadap lingkungan, dan 3
Contingent and related damaged valuation adalah pendekatan yang didasarkan
penggunaaan cost-benefit analysis dan feasibility study dalam melakukan kegiatan ekonomi Bartelmus and Vespers, 1999.
Pendekatan ini sangat efektif untuk digunakan dalam penilaian kegiatan ekonomi skala kecil, akan tetapi sangat sulit untuk diimplementasikan dalam
penilaian skala luasnasional. Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam
mengalokasikan SDA yang semakin langka Kramer et al., 1995. Penilaian manfaat lingkungan secara ekonomi dengan sangat kecil atau sangat besar harus
ditinggalkan, saat ini barang atau jasa lingkungan yang diperoleh harus dinilai keuntungannya secara finansial Barbier, 1995.
Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh para peneliti saat menghitung nilai suatu sumberdaya adalah adanya nilai dari barang atau jasa yang tidak dapat
dikuantifikasikan dengan nilai pasar, karena memang barang atau jasa tersebut tidak dijual di pasaran, seperti keindahan alam. Memahami permasalahan tersebut,
Krutila 1967 dalam Fauzi 2002 memperkenalkan konsep total economic value TEV atau nilai ekonomi total bagi setiap individu atas sumberdaya alam dan
lingkungan. Secara garis besar jenis-jenis nilai dari TEV dibagi menjadi dua, yaitu nilai kegunaan dan nilai bukan kegunaan.
1. Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual dari barang dan jasa seperti menangkap ikan, menebang kayu dan sebagainya. Nilai ini
juga termasuk pemanfaatan secara komersial atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, misalnya ikan dan kayu yang hasilnya dapat dijual Fauzi,
2002. Nilai kegunaan ini merupakan nilai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Nilai kegunaan ini lebih mudah diukur dengan menggunakan harga
pasar. Nilai kegunaan sendiri dibagi menjadi dua yaitu nilai kegunaan langsung yakni: 1 nilai kegunanaan langsung dari suatu sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara komersial maupun non komersial. Misalkan jika kita sedang menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya danau,
maka yang dimaksud dengan nilai kegunaan langsung adalah menangkap ikan, 2 nilai kegunaan tidak langsung yaitu nilai yang dirasakan secara tidak langsung
oleh masyarakat terhadap suatu sumberdaya. Contoh dari nilai ini adalah fungsi pencegah abrasi pada hutan mangrove.
2. Nilai Bukan Kegunaan
Nilai bukan kegunaan atau non use value merupakan nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam Fauzi, 2002. Nilai bukan kegunaan ini bersifat sulit diukur karena nilai-nilai tersebut sulit dikuabtifikasikan dengan harga pasar dan
menyangkut kesukaan preferensi seseorang. Nilai bukan kegunaan ini secara lebih mendetail dibagi lagi menjadi tiga
jenis yaitu option value, existence value dan bequest value. Option value atau nilai pilihan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk
menikmati barang atau jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan datang Fauzi, 2002. Pada dasarnya option value ini mengandung makna ketidakpastian
atas ketersediaan sumberdaya pada masa yang akan datang maka nilai option
value kita akan menjadi nol. Begitu juga sebaliknya nilai dari option value akan
semakin besar jika masyarakat tidak yakin akan ketersediaan suatu sumberdaya pada masa yang akan datang.
Existence value atau nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan atas
keberadaan atau terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat tidak akan memanfaatkan atau mengunjunginya. Nilai eksistensi ini
sering juga disebut dengan intrinsic value atau nilai intrinsik dari sumberdaya alam atau nilai yang memang sudah melekat pada sumberdaya alam itu Fauzi,
2002. Bequest value
atau nilai pewarisan artinya nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan bequest sumberdaya untuk
generasi mendatang atau mereka yang belum lahir. Jadi bequest value diukur berdasarkan keinginan membayar masyarakat untuk memelihara to preserve
sumberdaya alam dan lingkungan untuk generasi mendatang Fauzi, 2002.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu