Kualitas Udara dan Kebisingan

yang digunakan untuk mengurangi kandungan amoniak. Sedangkan pada PT.CPI Lapangan Duri dan Pertamina UP III Plaju, kandungan amoniaknya dari tahun 1993-2006 tidak melampaui baku mutu amoniak yang telah ditetapkan 10 mgl. Demikian pula kandungan amoniak di BP Tangguh, PT.Lapindo dan Expan Blok Toili yang dipantau dari tahun 2001-2006 tidak melampaui batas baku mutu yang telah ditetapkan 10 mgl.

5.3.3 Kualitas Udara dan Kebisingan

Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, danatau komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udaara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang meyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan yang dimaksud dengan emisi adalah zat, energi danatau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk danatau dimasukkannya kedalam udara ambien yang mempunyai danatau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar PPLH UNSRI, 2003. Udara adalah media pencampur untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi dari sisa pembakaran dan kendaraan bermotor, gas buangan keluar menempati ruang atmosfir yang selanjutnya bercampur dengan asap hasil pembakaran dan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O 2 , N 2 , NO 2 , CO 2 , H 2 dan lain-lain. Penambahan gas kedalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia khususnya dalam pembukaan lahan, pertambangan dan kegiatan migas dapat menimbulkan polusi yang akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus yang masih mungkin terlibat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume, namun yang dikaji dalam penelitian ini hanya partikel debu. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman untuk gas tertentu atau akibat langsung antara lain SO 2 , No x , CO, CO 2 , hidrogen dan lain-lain. a. Kandungan SO 2 Sifat dari gas SO 2 adalah gas yang tidak berwarna, namun memiliki bau sangat tajam. Bahan-bahan yang mengandung belerang teroksidasi membentuk sulfur dioksida. Sulfur dioksida dapat berubah menjadi asam belerang asam sulfat di atmosfir dan di dalam jaringan tubuh manusia. Sulfur dioksida stabil dalam beberapa hari, di udara teroksidasi menjadi SO 3 yang akhirnya membentuk aerosol asam higroskopik H 2 SO 4 lalu akan terjadi hujan asam. Gas SO 2 dapat merusak tanaman, menyebabkan korosi pada permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain PPLH-UNSRI, 2003. Kandungan SO 2 di udara diduga berasal dari bocoran gas alam pada SKG, bocoran dari separator minyak pada stasiun pengumpul, sisa pembakaran pada flare dan genset. Data hasil pemantauan untuk enam lokasi kegiatan usaha migas menunjukkan bahwa nilai kandungan SO 2 di lingkungan relatif sangat kecil, jauh di bawah baku mutu 0,365 ppm berdasarkan peraturan pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara baku mutu ambien nasional. Gambar 11 Kandungan SO 2 di enam lokasi kegiatan usaha migas b. Kandungan H 2 S Senyawa H 2 S dalam bentuk gas bersifat racun dan berbau busuk, H 2 S di udara pada musim hujan akan larut dalam air yang merubah sifak fisik air 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertamina Plaju CPI Duri Suryaraya Teladan Lapindo Brantas BP Tangguh ExpanToili Baku Mutu Lingkungan menjadi hitam, dan dengan senyawa besi membentuk Fe 2 S. Kandungan H 2 S dapat berasal dari sisa pembakaran pada flare atau pada genset dan sisa tumpahan minyak mentah yang tercecer maupun pada oil catcher yang menguap akibat dari penguapan oleh panas matahari. Nilai kandungan dalam udara di lingkungan dari hasil pelaporan relatif sangat kecil dan masih di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Indikator ini diperkuat dengan tidak adanya keluhan dari pekerja dan masyarakat desa sekitar mengenai gangguan pernafasan. Demikian juga tingkat korosif di lokasi yang dipantau umumnya kurang terlihat. Gambar 12 Kandungan H 2 S di enam lokasi kegiatan usaha migas c. Kandungan NO x Kandungan NO x terbentuk pada temperatur tinggi dan pada kondisi kaya oksigen. Sumber pembentuk NO x dari kegiatan penambangan minyak dapat berasal dari flare pada gas buangan di daerah pengeboran maupun pada stasiun pengumpul dan dapat berasal dari aktivitas kendaraan operasional dari dan menuju lokasi. Dengan demikian, temperatur tinggi pada pembakaran gas sisa di flare, kendaraan operasional, dari knalpot genset dapat mendorong terbentuknya nitrogen monoksida. Jika pada saat pembentukan pada temperatur tinggi dan pada 0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250 0.0300 0.0350 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertamina Plaju CPI Duri Suryaraya Teladan Lapindo Brantas BP Tangguh Expan Toili Baku Mutu Lingkungan kondisi oksigen berlebihan. Kehadiran NO x adalah sama seperti kandungan SO 2 . Hasil pelaporan pemantauan di enam lokasi kegiatan usaha migas menunjukkan bahwa tingkat kandungan NO x dalam udara di lingkungan relatif rendah masih di bawah nilai baku mutu lingkungan. Oleh karena itu wajar, bila pengaruh terhadap lingkungan pada saat ini belum terjadi seperti belum adanya gangguan pertumbuhan vegetasi ataupun kesehatan pekerja. Gambar 13 Kandungan NO x di enam lokasi kegiatan usaha migas Hasil pemantuan kinerja lingkungan tampak bahwa kandungan NO x pada enam lokasi pengamatan untuk enam lokasi kegiatan usaha minyak dan gas diperoleh bahwa kandungan NO x terukur tidak melebihi baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan. Kandungan NO x dari masing-masing lokasi pengamatan menunjukkan kecenderungan yang menurun dari tahun ke tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan pada kegiatan usaha migas telah menjadi perhatian utama. Penggunaan teknologi pengelolaan limbah dan buangan serta dampak yang dapat muncul telah menjadi salah satu prioritas utama dalam kegiatan usaha migas. d. Kebisingan Pengukuran kualitas udara dan kebisingan dilakukan pada lokasi lapangan minyak dan gas yang sudah beroperasi. Analisis terhadap data kualitas lingkungan 0.0000 50.0000 100.0000 150.0000 200.0000 250.0000 300.0000 350.0000 400.0000 450.0000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertamina Plaju CPI Duri Suryaraya Teladan Lapindo Brantas BP Tangguh Expan Toili Baku Mutu Lingkungan yang diperoleh dari lapangan akan selalu didasarkan pada baku mutu lingkungan BML yang telah ditetapkan. Penilaian untuk kebisingan digunakan baku mutu bagi kawasan industri berdasarkan keputusan menteri LH No. 48 tahun 1996. Hasil analisis kebisingan pada pemantauan periode 1993-2006 disajikan pada Gambar 14. Sumber bising pada lokasi pemantauan berasal dari kompresor gas pada booster dan SKG, selain dari genset dan pompa. Pemantauan dilakukan hanya untuk kawasan industri pusat dengan baku mutu bising 70 dBA berdasarkan keputusan menteri LH No. 48 tahun 1996 untuk kawasan industri. Berdasarkan Gambar 14 menunjukan bahwa tingkat kebisingan pada enam lokasi kegiatan migas tidak ada yang melampaui baku mutu bising sebagaimana yang telah ditetapkan pada Kepmen LH No. 48 tahun 1996. Hasil ini diperkuat dengan tidak adanya keluhan dari pekerja dan masyarakat sekitar daerah industri. Tingkat kebisingan merupakan hal yang perlu dicermati karena dapat diukur secara langsung didengar oleh pekerja dan masyarakat di sekitarnya. Untuk mereduksi kebisingan dapat dilakukan penanaman pohon-pohon seperti bambu atau pohon-pohon tegakan tinggi di sekitar sumber kebisingan pompa, genset atau kompresor. 10 20 30 40 50 60 70 80 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertamina Plaju CPI Duri Suryaraya Teladan Lapindo Brantas BP Tangguh Expan Toili Baku Mutu Lingkungan Gambar 14 Kebisingan di enam lokasi kegiatan usaha migas

5.3.4 Aspek Sosial Ekonomi