Nilai Ekonomi Kinerja Lingkungan Implementasi AMDAL Kegiatan Migas

Kondisi ini menjadi permasalahan klasik yang umum dijumpai di daerah-daerah lokasi kegiatan usaha migas dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena tidak diwajibkannya pembangunan dimensi sosial oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi, namun hal tersebut hanya bersifat voluntary, sehingga dimensi sosial masyarakat seperti pengembangan pendidikan masyarakat lokal sangat bergantung pada keberpihakan perusahaan yang beroperasi. Dengan demikian, secara umum pembangunan dimensi sosial tidak menjadi tanggung jawab perusahaan, namun hanya menjadi bagian dari program kepedulian sosial semata. Tanggung jawab kemudian dilimpahkan pada pemerintah daerah yang memperoleh share lifting dari kegiatan usaha migas.

5.3.5 Nilai Ekonomi

Lingkungan Nilai ekonomi lingkungan merupakan nilai moneter dari sumberdaya alam dan lingkungan. Estimasi nilai moneter telah banyak dilakukan dalam kerangka pengembangan perhitungan biaya kerugian akibat dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan usaha pembangunan. Kegiatan usaha migas yang merupakan kegiatan ektraksi sumberdaya alam memungkinkan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Estimasi nilai ekonomi sejak awal perencanaan kegiatan, semestinya dilakukan sebagai bagian dari penggambaran rona awal lingkungan serta sebagai dasar atau acuan kompensasi kerusakan lingkungan. Perhitungan nilai ekonomi lingkungan dalam penelitian ini, dilakukan pada dua lokasi kegiatan usaha migas yakni pada perusahaan yang baru akan beroperasi dan perusahaan yang telah lama beroperasi, dengan maksud kedua lokasi kegiatan tersebut dapat menggambarkan nilai ekonomi lingkungan sebelum kegiatan usaha migas dan setelah kegiatan usaha migas beroperasi. 1. Kabupaten Gresik Kabupaten Gresik memiliki kawasan kepulauan yakni Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas daratan wilayah Kabupaten Gresik seluruhnya 1.192,25km 2 terdiri dari 996,14 km 2 luas daratan ditambah sekitar 196,11 km 2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773,80 km 2 yang sangat potensial dari sub sektor perikanan laut. Jumlah penduduk Kabupaten Gresik yaitu 1.164.024 jiwa terdiri atas: laki- laki 586.484 jiwa dan perempuan 577.540 jiwa yang tergabung dalam 286.986 keluarga. Jumlah pencari kerja di Kabupaten Gresik sebanyak 19.023 orang terdiri atas: laki-laki 10.023 orang dan perempuan 9.211 orang. Tingkat pendidikan di Kabupaten untuk tingkat SDMI yaitu 187.041 orang 25,94, tingkat SMPMTs sebanyak 638.933 orang 54,89, tingkat SMAMA 129.516 orang 11,13, dan untuk tingkat akademisarjana 11.175 0.96. Berdasarkan struktur pendidikan, jumlah pencari kerja terdiri atas: tamat SD 3 orang 0,02, tamat SLTP 267 orang 1,39, tamat SMA 6.918 rang 35.97, tamat sekolah kejuruan 5.188 orang 26,97, tamat akademi 2.637 13,71 dan sarjana 4.221 21,95. Jumlah yang tenaga kerja yang telah ditempatkan sebanyak 1.822 orang terdiri atas: laki-laki 1016 orang 55,76 dan perempuan 806 orang 44,24. Perusahaan minyak di Gresik saat beroperasi kegiatan usaha Hess dengan produksi maksimum minyak 20.000 barrel per hari dan produksi gas 100 MMSCFD. Ladang produksi diperkirakan selama 20 tahun. Hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan manfaat kepada masyarakat disekitarnya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu konsep pengelolaan yang diawali dengan mengetahui seberapa besar total nilai ekonomi dari hutan mangrove yang menjamin keberlanjutan sumberdaya. Total nilai ekonomi hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah dihitung dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat keberadaan. Hasil perhitungan valuasi ekonomi diperoleh nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah sebesar Rp. 1.235.996.678,00 per hektar per tahun dengan rinciannya disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai ekonomi total ekosistem mangrove Ujung Pangkah, 2007 No Jenis Manfaat Manfaat Ekonomi Rphatahun 1 Manfaat Langsung 541.677.344,00 2 Manfaat Tidak Langsung 692.096.552,00 3 Manfaat Pilihan 138.000,00 4 Manfaat Keberadaan 2.084.783,00 Nilai Ekonomi Total 1.235.996.678,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2007 Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat langsung hutan mangrove mencakup manfaat usaha tambak, manfaat hasil kayu bakar dan manfaat penangkapan hasil perikanan seperti kepiting, udang dan ikan. Sedangkan manfaat tidak langsung dari hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah diperoleh dengan pendekatan manfaat fisik dan manfaat biologi. Manfaat fisik adalah sebagai penahan abrasi pantai yang diestimasi melalui replacement cost dengan pembuatan beton pantai untuk pemecah gelombang break waters. Hasil yang diperoleh berdasarkan biaya pengganti dari nilai pemecah gelombang, yang diacu dari estimasi yang dilakukan Aprilwati 2001 yaitu bahwa biaya pembangunan fasilitas pemecah gelombang break waters ukuran 1 m x 11 m x 2,5 m panjang x lebar x tinggi dengan daya tahan 10 tahun sebesar Rp. 4.153.880,00. Panjang pantai hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah adalah 140 km, maka biaya pembuatan pemecah gelombang dengan daya tahan 10 tahun seluruhnya adalah Rp. 58,15 milyar. Selain manfaat tidak langsung berupa fisik, hutan mangrove juga memberikan manfaat biologi. Manfaat biologi berupa hutan mangrove sebagai spawning ground yang diperoleh dengan pendekatan menghitung manfaat hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami bagi udang. Luas hutan mangrove pada saat ini adalah 84,10 ha. Hal ini berarti bahwa udang yang dapat diproduksi sebesar 16,32 ton per tahun. Produksi udang dikalikan dengan harga udang yang ada dipasaran saat ini yaitu sebesar Rp. 125.000 per kg, diperoleh nilai manfaat hutan mangrove sebagai spawning ground sebesar Rp. 606.421.000 per hektar per tahun. Untuk mengetahui manfaat pilihan ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah diperoleh dengan pendekatan manfaat sebagai keanekaragaman hayati biodiversity dari ekosistem mangrove, dengan menggunakan metode benefit transfer. Menurut Krupnick 1993 dalam Fauzi 2004 bahwa benefit transfer bisa dilakukan jika sumberdaya alam tersebut memiliki ekosistem yang sama, baik dari segi tempat maupun karakteristik pasar market characteristic. Mengacu pada nilai keanekaragaman hayati hutan mangrove di Teluk Bintuni Irian Jaya adalah sebesar US 15 per ha per tahun oleh Ruitenbeek 1991. Nilai manfaat pilihan diasumsikan sama dengan nilai biodiversity di Teluk Bintuni Irian Jaya. Nilai manfaat pilihan didapatkan dengan mengalikan nilai biodiversity dengan nilai kurs rupiah terhadap dollar pada saat penelitian yaitu sebesar Rp. 9.200. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil bahwa nilai manfaat pilihan hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah adalah sebesar Rp. 138.000 per hektar per tahun. Luas hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah adalah seluas 84,10 ha, sehingga nilai manfaat pilihan option value secara keseluruhan adalah Rp. 11.605.800 per tahun. Nilai tersebut dijadikan sebagai dasar untuk melindungi sumberdaya alam dari kemungkinan pemanfaatannya untuk masa datang. Menghitung nilai manfaat keberadaan dari hutan mangrove didekati dengan menggunakan teknik contingent valuation method CVM. Metode ini diterapkan kepada responden yang dipilih secara sengaja purposive sebanyak 115 responden. Nilai manfaat keberadaan hutan mangrove yang diperoleh sebesar Rp. 2.084.783,00 per ha per tahun. Alasan dari responden menilai sumberdaya seperti nilai di atas karena responden baik yang berhubungan langsung dengan hutan mangrove maupun yang tidak berhubungan langsung akan bersedia untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk melindungi ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah. Umumnya responden mempunyai kesadaran bahwa melindungi lingkungan dan sumberdaya alam merupakan tanggung jawab setiap manusia agar tetap dapat mendukung kehidupannya secara berkelanjutan. Berdasarkan Tabel 17 diperoleh manfaat tidak langsung memberikan nilai manfaat hutan mangrove tertinggi dan memiliki persentasi paling besar dibandingkan dengan manfaat lainnya. Manfaat tidak langsung dengan presentase 55,48 dengan nilai sebesar Rp. 692.096.552,00 per hektar per tahun. Nilai tersebut lebih besar dari manfaat lainnya karena manfaat fisik berupa penahan abrasi dan manfaat biologi sebagai penyedia pakan alami ternyata memiliki nilai paling tinggi. Persentase nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah dapat dilihat pada Gambar 22. Manfaat Tidak Langsung 55.48 Manfaat Langsung 43.42 Manfaat Pilihan 0.93 Manfaat Keberadaan 0.17 Gambar 22 Nilai ekonomi total ekosistem mangrove Ujung Pangkah, 2007 Nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Ujung Pangkah sebesar Rp. 1.235.996.678,00 per hektar per tahun. Nilai ini masih terlalu rendah bila melihat fungsi-fungsi ekosistem itu sendiri. Namun dengan nilai tersebut, menggambarkan bahwa ternyata sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam pemanfaatan minimal sekalipun memberikan nilai yang cukup tinggi. Keberadaan nilai menjadi sangat penting sehubungan dengan keberlanjutan pembangunan. Ketersedian sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan hidup menjadi entry point pembangunan berkelanjutan. Selain itu nilai tersebut memberikan alternatif dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. 2. Kabupaten Bengkalis Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan daratan rendah, rata-rata ketinggian 2,0 – 6,1 meter diatas permukaan laut, sebagian besar merupakan tanah organosol, yakni jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Terdapat sungai, danau serta pulau besar dan kecil yang berjumlah 26 buah. Jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis yaitu 711.233 jiwa, terdiri atas: 378.003 jiwa 53,15 laki-laki dan 333.230 jiwa 46,85 perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan terdiri atas: tidak tamat sekolah sebanyak 143.811 jiwa 20,22, tamat SD sebanyak 227.381 31,97, tamat SLTP sebanyak 138.619 19,49, tamat SLTA sebanyak 129.587 18,22, 42.603 5,99, tamat sekolah kejuruan sebanyak 4.054 0,57, tamat diploma sebanyak 9.317 1,31, dan sarjana sebanyak 15.932 2,24. Untuk jumlah pencari kerja sebanyak 3.064 orang terdiri atas: laki-laki 1.707 orang dan perempuan 1.359 orang. Sedang struktur penduduk pencari kerja berdasarkan pendidikan terdiri atas: tamat SD 9 orang, tamat SLTP 49 orang, tamat SMA 1.970 orang, tamat akademi 529 orang dan sarjana sebanyak 409 orang. Untuk lowongan pekerjaan yang ada terdiri atas: sektor pertanian 7 orang, pertambangan 56 orang, industri pengolahan 11 orang dan perbankan 36 orang. Kabupaten Bengkalis merupakan potensi penghasil minyak terbesar kedua di Indonesia setelah Kutai. Saat ini ladang-ladang minyak bumi terdapat di Kecamatan Mandau, Bukit Batu dan Merbau pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan minyak PT. Caltex Pasific Indonesia dengan wilayah operasi di Kecamatan Mandau dan Bukit Batu serta perusahaan minyak Kondur Petroleum S.A yang wilayah konsesioperasinya meliputi Kecamatan Merbau, Tebing Tinggi, Rangsang, Bengkalis dan perairan Bengkalis sekitar Selat Malaka. Produksi minyak mentah oleh PT CPI yaitu 295.000 barrel per hari, lebih dari separuh produksi minyak Propinsi Riau yaitu 455.000 barrel per hari. Selain memiliki potensi minyak bumi yang melimpah Kabupaten Bengkalis juga memiliki potensi sumberdaya alam terbarukan antara lain: sektor perikanan, pertanian dan holtikultura, serta sektor kehutanan. Untuk sektor kehutanan Kabupaten Bengkalis memiliki hutan produksi seluas 322.931,46 ha, atau sekitar 48,25 dari total hutan produksi propinsi Riau. Hutan produksi tersebut dikelola oleh 13 perusahaan dengan total produksi per tahun mencapai 1.127.209 meter kubik. Hasil perhitungan valuasi ekonomi Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis berupa hutan sekunder sebesar Rp. 1.244.786.305,00 per ha per tahun. Nilai ekonomi total merupakan penjumlahan dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat keberadaan. Tabel 18 Nilai ekonomi total ekosistem hutan sekunder Mandau, 2007 No Jenis Manfaat Manfaat Ekonomi RpHaTh 1 Manfaat Langsung 1.160.141.198,00 2 Manfaat Tidak Langsung 80.400.000,00 3 Manfaat Pilihan 302.250,00 4 Manfaat Keberadaan 3.942.857,00 Nilai Ekonomi Total 1.244.786.305,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2007 Berdasarkan hasil identifikasi manfaat langsung yang diperoleh masyarakat dari hutan sekunder adalah hasil getah karet, kelapa sawit dan arang. Untuk manfaat tidak langsung dari ekosistem hutan sekunder yang berhasil diidentifikasi adalah besarnya peranan ekosistem hutan sekunder sebagai pencegah erosi, penjaga siklus makanan serta habitat flora dan fauna langka. Untuk menghitung besarnya biaya pencegah erosi didekati berdasarkan penggantian dari biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lahan apabila tidak ada ekosistem hutan sekunder. Penafsiran penjaga silkus makanan terukur dari 20 ton per ha per tahun serasah setara dengan harga kompos Rp3.700kg. Sedangkan untuk habitat flora dan fauna didekati dengan biaya penghijauan reboisasi. Manfaat pilihan hutan sekunder dalam penelitian ini diperhitungkan berdasarkan manfaat keanekaragaman hayati yang dapat diperoleh dari keberadaan hutan. Nilai manfaat keanekaragaman hayati hutan sekunder sebesar US32,5 per hektar per tahun, apabila keberadaan hutan tersebut secara ekologis penting dan tetap terpelihara relatif alami Ministry of State for Population and Environment USA , 1993. Berdasarkan hasil analisis dengan 42 responden diperoleh nilai manfaat keberadaan hutan mangrove sebesar Rp. 3.942.857,00 per hektar per tahun. Persentase nilai ekonomi ekosistem hutan sekunder di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, disajikan pada Gambar 23. Manfaat Keberadaan, 0.32 Manfaat Tidak Langsung, 5.39 Manfaat Pilihan 0.02 Manfaat Langsung, 94.26 Gambar 23 Nilai ekonomi total ekosistem hutan sekunder Mandau, 2007 Nilai ekonomi total hutan sekunder di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis yaitu Rp. 1.244.786.305,00 per hektar per tahun. Nilai ini sangat rendah bila dibandingkan nilai produksi dari kegiatan usaha migas yang dilakukan, namun dengan nilai sumberdaya tersebut telah memberikan gambaran yang jelas bahwa pemanfaatan yang sangat minimal sekalipun sumberdaya alam dan lingkungan hidup telah memberikan nilai yang cukup signifikan. Estimasi nilai ekonomi lingkungan tersebut dapat memberikan pilihan-pilihan dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Nilai ekonomi total tersebut memberikan gambaran betapa nilai dari suatu sumberdaya dengan tingkat pemanfaatan yang paling sederhana sekalipun dapat memberikan manfaat yang besar terhadap ekosistem dan manusia. Hasil ini memberikanan gambaran bahwa suatu sumberdaya memiliki potensi pemanfaatan dengan berbagai alternatif. Berdasarkan nilai ekonomi lingkungan yang diperoleh dari hasil analisis TEV, mengindikasikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memerlukan penghargaan yang lebih tinggi dan dapat menjadi dasar informasi secara kuantitatif untuk menentukan berbagai pilihan pengelolaan sumberdaya alam serta menjadi informasi dalam penentuan alternatif kebijakan. Penilaian dampak pembangunan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan merupakan suatu langkah menuju pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Namun, pemahaman akan pentingnya pelaksanaan valuasi ekonomi masih sangat kurang khususnya di kalangan pemerintah dan perusahaan. Hal ini terlihat dalam hasil analisis PCA dan AHP, dimana strategi pengkajian nilai ekonomi lingkungan sebagai pengembangan metode analisis dampak lingkungan dianggap kurang penting bagi kalangan pemerintah dan pelaksana kegiatan perusahaan migas. Metode valuasi ekonomi lingkungan merupakan salah satu metode pengumpulan data dan analisis data sebagaimana diatur dalam Kepdal No. 299 tahun 1996. Berdasarkan hasil review dokumen pada 7 lokasi kegiatan usaha migas tidak satupun penyusun dokumen AMDAL yang menghitung valuasi ekonomi. Hal ini terjadi karena penerapan Kepdal No. 299 tahun 1996 bukan merupakan peraturan yang wajib dilaksanakan dalam menyusun dokumen AMDAL. Pada dasarnya valuasi ekonomi lingkungan penting dilakukan agar lingkungan dipertimbangkan sebagai aset ekonomi sehingga AMDAL yang juga merupakan bagian dari kelayakan suatu proyek dapat melihat untung rugi dari konteks lingkungan secara moneter. AMDAL yang merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL aspek fisik- kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha danatau kegiatan. Selain itu, nilai ekonomi lingkungan yang diperoleh dari hasil estimasi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dijadikan sebagai standar perhitungan kompensasi maupun asuransi lingkungan environment insurence. Dengan demikian, suatu rencana kegiatan dapat berjalan dengan baik, sekalipun terjadi hal-hal emergency maupun pencemaran terhadap lingkungan hidup Fauzi, 2004. Adapun pertimbangan-pertimbangan tentang pentingnya pelaksanaan valuasi ekonomi dalam penyusunan AMDAL antara lain: 1 Sebagai salah satu aspek yang perlu ditambahkan dalam pengkajian proses AMDAL. 2 Sebagai salah satu bahan pembuatan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di sekitar kegiatan migas seperti mangrove, perikanan, DAS, hutan, dan ekosistem lainnya. 3 Memberikan input informasi dalam mengukur jasa lingkungan. 4 Menggambarkan nilai suatu dampak lingkungan dari rencana usaha danatau kegiatan secara lebih jelas dengan menyajikan kerugian lingkungannya. 5 Sebagai dasar perhitungan nilai ganti rugi lahan atas dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. 6 Memberikan nilai moneter terhadap dampak lingkungan yang diprakirakan akan timbul. Hasil perhitungan tersebut akan menjadi dasar bagi penentuan nilai penting suatu dampak pada tahap evaluasi dampak penting. Valuasi ekonomi dimasukkan dalam penyusunan KA-ANDAL sebagai bagian dari isu pokok, kemudian dikaji di dalam ANDAL yang dilakukan sebagai salah satu analisis dampak besar dan penting terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Valuasi ekonomi dipersyaratkan sebagai salah satu metode dalam penyusunan AMDAL migas, yang nantinya hasil valuasi ekonomi dapat dijadikan sebagai acuan di dalam penentuan ganti rugi atau kompensasi terhadap pembebasan lahan masyarakat, tuntutan dari terjadinya pencemaran dan sebagai dasar penentuan dana jaminan lingkungan sewaktu pasca operasi penutupan lapangan.

5.4 Kebutuhan