5.3.4 Aspek Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi di dalam penyusunan dokumen AMDAL didasarkan pada keputusan menteri No. 229 tahun 1996 tentang pedoman kajian aspek sosial
ekonomi. Di dalam keputusan menteri tersebut, salah satu parameter untuk mengukur aspek sosial adalah pendapatan domestik regional bruto PDRB.
Perkembangan PDRB merupakan salah satu kriteria penilaian keberhasilan pembangunan daerah. Keadaan ekonomi makro regional suatu daerah dapat
dilihat dari perkembangan PDRB, baik dari besaran nilainya maupun perkapita. Distribusi PDRB suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan yang
diberikan oleh tiap-tiap sektor yang terbagi dalam beberapa sub sektor. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur aspek sosial ekonomi pada
enam kegiatan usaha migas adalah aspek pendidikan dan kesehatan. Kedua aspek tersebut merupakan aspek sosial masyarakat yang umumnya banyak digunakan
sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dari sisi sosial masyarakat. Aspek pendidikan dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan jumlah gedung
sekolah maupun taraf pendidikan lamanya sekolah, sedang aspek kesehatan diidentifikasi berdasarkan perkembangan jumlah gedung kesehatan dan tingkat
kesehatan masyarakat. Berdasarkan daerah operasi kegiatan migas yang dikaji pada enam lokasi
kegiatan usaha migas yakni PT.CPI Duri Kabupaten Bengkalis, Pertamina UP III Plaju Kota Palembang dan Kabupaten Musi Banyuasin, Pertamina-Suryaraya
Teladan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Banyuasin, PT.Lapindo Kabupaten Sidoarjo, Expan Toili Sulawesi Kabupaten Morowali dan BP Tangguh
Kabupaten Sorong.
Gambar 15 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kabupaten Bengkalis BPS Kabupaten Bengkalis, 1986-2005
Berdasarkan Gambar 15 menunjukkan bahwa kontribusi sektor migas sangat mempengaruhi perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. Kondisi ini
terjadi seiring berkembangnya sektor migas salah satunya sejak beroperasinya PT.CPI Lapangan Duri di Kabupaten Bengkalis. Namun, peningkatan sektor
migas terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis tidak mempengaruhi perkembangan jumlah gedung sekolah sebagai salah satu parameter dari sektor pendidikan
demikian halnya pada perkembangan jumlah fasilitas kesehatan. Hal ini menggambarkan bahwa kontribusi sektor migas tidak dinikmati secara merata,
khususnya yang berkaitan dengan dimensi sosial masyarakat. Saat ini, sumbangsih sektor migas lebih menjadi sumber APBD yang selanjutnya menjadi bagian dari
belanja dan penggunaan anggaran daerah dalam pembangunan. Rendahnya korelasi antara sumbangan migas terhadap pertumbuhan pendidikan dan
kesehatan, lebih disebabkan oleh fokus dan penekanan pembangunan daerah bersangkutan. Pembangunan infrastruktur seperti jalan dan sarana penerangan
listrik lebih menjadi fokus pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis.
- 500
1,000 1,500
2,000 2,500
3,000 3,500
4,000
19 86
198 7
198 8
198 9
199 199
1 199
2 199
3 199
4 199
5 199
6 199
7 199
8 199
9 200
200 1
200 2
200 3
200 4
200 5
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa Migas Rp. X 10000 PDRB dengan Migas Rp. X 10000
Gambar 16 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kota Palembang BPS Kota Palembang, 1986-2005
Berdasarkan Gambar 16 menunjukkan bahwa dengan berkembangnya sektor migas di Kota Palembang, perekonomian daerah PDRB meningkat secara
signifikan. Kondisi ini terjadi sejak beroperasinya Pertamina UP III Plaju pada tahun 1993. Namun, peningkatan ini tidak diiringi oleh peningkatan jumlah
gedung sekolah dan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Palembang. Hal ini berarti peningkatan kontribusi sektor migas tidak mempengaruhi sektor pendidikan dan
sektor kesehatan di Kota Palembang. Kontribusi sektor migas terhadap PDRB Kota Palembang, menunjukkan
perkembangan yang signifikan. Kontribusi migas tampak pada tahun 2002, mengalami peningkatan terus menerus hingga tahun 2005. Namun kondisi
tersebut belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kondisi sosial masyarakat seperti pertumbuhan taraf pendidikan yang ditandai dengan masih
minimnya gedung sekolah serta perkembangan jumlah tahunan yang rendah. Demikian pula untuk sektor kesehatan dimana perkembangan jumlah gedung
kesehatan belum menunjukkan hubungan yang signifikan dengan sumbangan sektor migas di Kota Palembang.
500 1000
1500 2000
2500 3000
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp. x10000 PDRB dengan MigasRp. x10000
Gambar 17 Perkembangan PDRB, gedung dan fasilitas kesehatan Kabupaten Sidoarjo BPS Kabupaten Sidoarjo, 1986-2005
Berdasarkan Gambar 17 menunjukkan bahwa kontribusi sektor migas tidak terlalu signifikan mempengaruhi perekonomian daerah Kabupaten Sidoarjo.
Kontribusi sektor migas baru dinikmati mulai pada tahun 2001 karena pada tahun tersebut sektor migas mulai berkembang, salah satunya dengan beroperasinya
PT.Lapindo Brantas di Kabupaten Sidoarjo. Namun, kontribusi sektor migas tidak mempengaruhi perkembangan jumlah gedung sekolah dan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Sidoarjo. Kontribusi sektor migas terhadap PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang
diukur dari sisi kesejahteraan sosial di Kabupaten Sidoarjo tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Kondisi tersebut, sangat dipengaruhi oleh kondisi
daerah secara umum yang didominasi oleh sektor industri. Hal ini, tampak pada perkembangan PDRB tanpa migas sama dengan perkembangan PDRB dengan
migas. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi secara mikro di Kabupaten Sidoarjo dalam kaitannya dengan sumbangan PDRB sektor migas masih sangat
rendah. Namun demikian, perkembangan ekonomi secara makro tetap memberikan sumbangan yang besar. Kesempatan kerja dan peluang berusaha di
sektor migas tetap menjadi bagian dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidoarjo.
50 100
150 200
250 300
350
1 986
1 987
1 988
1 989
1 990
1 991
1 992
1 993
1 994
1 995
1 996
1 997
1 998
1 999
2 000
2 001
2 002
2 003
2 004
2 005
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp. x100000 PDRB dengan MigasRp. x100000
Perkembangan aspek sosial ekonomi di Kabupaten Muara Enim diukur dari perkembangan PDRB dengan migas, PDRB tanpa migas dan jumlah gedung
sekolah. Berdasarkan Gambar 18 menunjukkan bahwa sejak tahun 1995 perkembangan sektor migas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perekonomian daerah, hal ini terlihat dari perkembangan PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Namun, kontribusi sektor migas terhadap PDRB ternyata
tidak mempengaruhi perkembangan jumlah gedung sekolah dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Muara Enim.
Masih minimnya sumbangsih sektor migas terhadap pertumbuhan ekonomi mikro dan kesejahteraan sosial masyarakat, lebih disebabkan oleh
konsep pemerataan pembangunan daerah yang masih sangat bergantung pada pertumbuhan dan perkembangan jumlah APBD. Prioritas pembangunan lebih
dikedepankan pada infrastruktur jalan dan aksesibilitas informasi serta pembiayaan pembangunan dan belanja daerah.
Gambar 18 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kabupaten Muara Enim BPS Kabupaten Muara Enim, 1986-2005
Kondisi di Kabupaten Muara Enim tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin. Kontribusi sektor migas sangat mempengaruhi
perekonomian daerah, terlihat dari perbedaan nilai PDRB tanpa migas dan PDRB dengan migas yang tinggi mulai tahun 1995. Namun, disisi lain perkembangan
200 400
600 800
1000 1200
198 6
198 7
198 8
198 9
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp. x10000 PDRB dengan MigasRp. x10000
jumlah gedung sekolah dan jumlah fasilitas kesehatan sangat jauh berbeda dengan perkembangan PDRB dengan migas. Jumlah gedung sekolah dan fasilitas
kesehatan berdasarkan Gambar 19 tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan atau dianggap tidak ada peningkatan dari tahun ke tahun.
Gambar 19 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin BPS Kabupaten Musi Banyuasin, 1986-2005
Sumbangan sektor migas terhadap PDRB menunjukkan nilai yang signifikan terutama pada dua tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sektor migas di Kabupaten Musi Banyuasin menjadi tulang punggung pembangunan daerah. Namun demikian sumbangan sektor yang besar tersebut,
belum memberikan sumbangan yang nyata terhadap aspek kesejahteraan sosial masyarakat seperti taraf pendidikan dan tingkat kesehatan. Kedua aspek tersebut
diukur dari sisi perkembangan jumlah fasilitas gedung sekolah dan gedung kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh kedua aspek tersebut belum
mengalami perkembangan yang berarti. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh pemerataan pembangunan dan prioritas pembiayaan pembangunan. Kedua faktor
tersebut menjadi jawaban terhadap belum signifikannya sumbangan migas terhadap aspek kesejahteraan sosial.
Perkembangan PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas Kabupaten Morowali, menunjukkan perbedaan yang sangat kecil. Kontribusi sektor migas
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp. x10000 PDRB dengan MigasRp. x10000
19 92
mulai terlihat pada tahun 2001, yakni pada tahun tersebut sektor migas mulai berkembang dengan beroperasinya PT.Expan Toili di Kabupaten Morowali.
Gambar 20 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kabupaten Morowali BPS Kabupaten Morowali, 1986-2005
Perkembangan PDRB tanpa migas tidak berbeda dengan perkembangan PDRB dengan migas. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh besarnya peranan
sektor-sektor lain seperti perkebunan dan pertanian, perikanan dan kelautan serta kehutanan. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pembangunan sumbangan sektor migas belum memberikan dampak yang nyata khususnya terhadap aspek sosial masyarakat yakni: taraf pendidikan dan tingkat
kesehatan masyarakat. Kontribusi sektor migas di Kabupaten Sorong salah satunya dapat diukur
dari perkembangan PDRB. Pada Gambar 21 terlihat bahwa dari tahun 1993 sektor migas mulai berkembang dengan nilai kontribusi terhadap perekonomian daerah
yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Namun, perkembangan sektor migas tidak menujukkan pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah gedung
sekolah dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Sorong. Jumlah gedung sekolah dan fasilitas kesehatan dari tahun ke tahun tidak menunjukkan kenaikan. Hal ini
berarti kontribusi sektor migas yang begitu besar tidak merata pada seluruh sektor di Kabupaten Sorong.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
198 6
198 7
198 8
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
200 1
200 2
200 3
200 4
20 05
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp.x1000 PDRB dengan MigasRp.x1000
Gambar 21 Perkembangan PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan Kabupaten Sorong BPS Kabupaten Sorong, 1986-2005
Perkembangan aspek sosial ekonomi yang diukur dari nilai PDRB, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan pada tujuh kabupatenkota di enam lokasi kegiatan
usaha migas menunjukkan bahwa kontribusi sektor migas yang begitu besar tidak dinikmati secara merata pada seluruh sektor di daerah.
Peningkatan PDRB secara umum dengan keberadaan perusahaan migas, menunjukkan nilai yang signifikan. Kabupatenkota dengan PDRB yang tinggi,
diharapkan mampu memberikan perkembangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan sosial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan PDRB secara umum pada kabupatenkota dimana perusahaan beroperasi, ternyata tidak diikuti dengan perkembangan kondisi sosial yang
signifikan. Aspek pendidikan dan kesehatan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana kondisi sosial masyarakat.
Berdasarkan evaluasi aspek sosial ekonomi pada tujuh kabupatenkota di enam lokasi kegiatan usaha migas, diperoleh bahwa meskipun aspek ekonomi
makro yakni PDRB daerah mengalami peningkatan yang signifikan dengan kehadiran perusahaan-perusahaan minyak tersebut, namun disisi lain aspek sosial
dengan menggunakan indikator pendidikan yakni perkembangan jumlah gedung dan jumlah fasilitas kesehatan tidak menunjukkan peningkatan yang nyata.
50 100
150 200
250 300
350
1 986
1 987
1 988
1 989
1 990
1 991
1 992
1 993
1 994
1 995
1 996
1 997
199 8
1 999
2 000
2 001
2 002
2 003
2 004
2 005
Gedung sekolah unit Fasilitas kesehatan unit
PDRB tanpa MigasRp. X 10000 PDRB dengan MigasRp. X 10000
Kondisi ini menjadi permasalahan klasik yang umum dijumpai di daerah-daerah lokasi kegiatan usaha migas dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena tidak
diwajibkannya pembangunan dimensi sosial oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi, namun hal tersebut hanya bersifat voluntary, sehingga dimensi sosial
masyarakat seperti pengembangan pendidikan masyarakat lokal sangat bergantung pada keberpihakan perusahaan yang beroperasi. Dengan demikian, secara umum
pembangunan dimensi sosial tidak menjadi tanggung jawab perusahaan, namun hanya menjadi bagian dari program kepedulian sosial semata. Tanggung jawab
kemudian dilimpahkan pada pemerintah daerah yang memperoleh share lifting dari kegiatan usaha migas.
5.3.5 Nilai Ekonomi